Pontianak    

Solidaridad Latih 19 Ribu Petani Sawit di Kalbar, Dorong Intercropping untuk Tambah Penghasilan

Oleh : adminkalbaronline
Jumat, 26 September 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com - Solidaridad Indonesia terus menunjukkan kiprah nyata dalam mendampingi petani sawit swadaya di Kalimantan Barat.

Sejak 2012 hingga 2024, lembaga ini telah melatih lebih dari 19.785 petani yang tersebar di sembilan kabupaten, dan pada 2025 menargetkan 9.000 petani baru.

Keberhasilan pendampingan tersebut tampak dari cerita Ahmad Bujang, petani sawit swadaya asal Kabupaten Sintang.

Menjadi binaan Solidaridad sejak empat tahun lalu, Ahmad kini mempraktikkan sistem tumpang sari (intercropping) dengan menanam hortikultura seperti kacang panjang, timun, buncis, dan cabai di sela kebun sawit mudanya.

“Kalau sawit kan tiga sampai empat tahun baru produksi, sementara sayuran satu-dua bulan sudah panen. Dari situ bisa untuk menambah penghasilan sekaligus menjaga kebun tetap bersih,” ujar Ahmad saat hadir sebagai peserta Indonesian Palm Oil Smallholders Conference (IPOSC) & Expo 2025 di Qubu Resort, Pontianak, Kamis 25 September 2025.

Pendekatan ini bukan hanya memberi tambahan penghasilan hingga Rp 4 juta per musim panen, tetapi juga memanfaatkan pupuk organik dari kotoran hewan, sehingga tanah lebih subur dan sehat.

Provinsial Manager Solidaridad Kalbar, Bambang Marius, menjelaskan bahwa pihaknya sejak 2013 fokus mendampingi petani sawit di lima kabupaten, yaitu Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, dan Bengkayang.

“Kami dorong petani agar lahan tidak hanya monokultur. Dengan tumpang sari, mereka bisa mendapat penghasilan sejak awal, sekaligus menjaga kesuburan tanah dengan pupuk organik,” jelasnya.

Keberhasilan model binaan ini menjadi salah satu sorotan dalam konferensi IPOSC 2025 yang mengangkat tema "Sinergitas Pemangku Kepentingan Mengatasi Stagnan Produktivitas Sawit Rakyat".

Solidaridad tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga membawakan materi tentang “Inovasi Pupuk Hayati dan Kompos sebagai Pondasi Pertanian Regeneratif untuk Produktivitas Sawit Berkelanjutan.”

Country Manager Solidaridad Indonesia, Yeni Fitriyanti, menekankan bahwa stagnasi produktivitas sawit tidak bisa diatasi dengan solusi jangka pendek.

“Investasi terbaik yang bisa dilakukan petani adalah menjaga kesehatan tanah. Dengan praktik regeneratif, produktivitas naik, lahan lebih tangguh menghadapi iklim dan hama, serta masa depan petani lebih sejahtera,” ujarnya.

Melalui berbagai pelatihan, mulai dari Good Agricultural Practices (GAP), literasi keuangan, hingga pembuatan pupuk organik cair dan kompos, Solidaridad terus membekali petani sawit swadaya dengan ilmu praktis. Hingga kini intervensi dilakukan di 10 kabupaten dan 425 desa di Kalbar.

IPOSC 2025 yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta memperlihatkan keberhasilan model pendampingan Solidaridad sebagai bagian dari solusi peningkatan produktivitas sawit rakyat. Bagi Ahmad Bujang dan ribuan petani lain, pendampingan ini telah membuka jalan menuju kebun sawit yang lebih produktif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. (Lid)

Artikel Selanjutnya
BGN Dalami Keracunan Massal MBG, Ancaman Penjara Bayangi Pengurus Dapur
Jumat, 26 September 2025
Artikel Sebelumnya
Solidaridad Dorong Pertanian Regeneratif Jawab Stagnasi Produktivitas Sawit Rakyat
Jumat, 26 September 2025

Berita terkait