Pontianak    

Edi Sebut Festival Kue Bulan Simbol Keharmonisan Warga

Oleh : Jauhari Fatria
Selasa, 07 Oktober 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com – Ribuan warga memadati Taman Alun Kapuas, Senin (6/10/2025) malam, untuk merayakan Festival Kue Bulan (Mooncake Festival) 2025. Dalam suasana penuh warna dan cahaya lampion, sekitar dua ribu kue bulan dibagikan kepada pengunjung yang hadir menikmati perayaan tradisi masyarakat Tionghoa ini.

Perayaan Kue Bulan yang dikenal juga sebagai Zhong Qiu Jie bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi juga memiliki kisah legendaris yang sarat makna. Salah satu yang paling populer adalah kisah cinta antara Chang Er, sang Dewi Bulan, dan Hou Yi, pemanah gagah yang menyelamatkan bumi dengan menembak jatuh sembilan dari sepuluh matahari. Ketika ramuan keabadian dicuri muridnya, Feng Meng, Chang Er menelan ramuan itu dan terbang ke bulan, meninggalkan Hou Yi. Sejak itu, masyarakat membuat persembahan kue bulan sebagai simbol cinta, kesetiaan, dan pengorbanan.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival Kue Bulan menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Pontianak hidup rukun dalam keberagaman. Ia mengapresiasi masyarakat Tionghoa yang terus melestarikan tradisi dan budaya leluhur di tengah kehidupan kota yang multikultural.

“Acara ini tidak sekadar seremoni, tetapi mencerminkan keanekaragaman warga Kota Pontianak dalam menghargai budaya yang ada. Pemerintah kota selalu mendukung agar kegiatan budaya terus berkembang,” ujarnya.

Edi menegaskan, Pemerintah Kota Pontianak berkomitmen menjadikan kota ini sebagai ruang hidup yang berbudaya, harmonis, dan toleran, dengan menumbuhkan semangat gotong royong dan kebahagiaan bersama.

“Pontianak mungkin tidak luas, tapi di sinilah pusat pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan budaya Kalimantan Barat. Keberagaman justru membuat kota ini semakin kuat dan berdaya saing,” tambahnya.

Ketua Panitia Hendry Pangestu Lim menjelaskan, Festival Kue Bulan 2025 digelar untuk mempererat silaturahmi antarwarga dan menumbuhkan rasa kebersamaan lintas etnis. Festival ini menampilkan atraksi barongsai, musik tradisional, bazar kuliner, hingga pembagian dua ribu kue bulan kepada masyarakat.

“Festival ini bukan hanya milik masyarakat Tionghoa, tapi milik kita semua. Melalui kegiatan ini, kami ingin menumbuhkan semangat kebersamaan dan menjaga keharmonisan antar warga Pontianak,” ujar Hendry.

Ia menambahkan, tradisi kue bulan merupakan simbol persatuan, rasa syukur, dan doa untuk kemakmuran. Dukungan pemerintah, menurutnya, menjadi bukti nyata bahwa Pontianak adalah kota yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan budaya.

“Kami berterima kasih kepada Pemerintah Kota Pontianak, khususnya Pak Wali Kota Edi, atas dukungannya. Ini membuat kami makin semangat untuk menjaga tradisi ini agar terus hidup,” tutupnya.

Festival yang diwarnai lampion warna-warni dan aroma khas kue bulan ini berlangsung meriah hingga malam. Ribuan warga dari berbagai kalangan larut dalam suasana damai, menjadikan Taman Alun Kapuas sebagai simbol kebersamaan dan harmoni di Kota Pontianak. (Jau)

Artikel Selanjutnya
Pemkab Ketapang Beri Bonus Rp 135 Juta untuk Kafilah dan Pelatih MTQ XXXIII Kalbar
Senin, 06 Oktober 2025
Artikel Sebelumnya
Semarak HUT ke-254 Kota Pontianak, Wali Kota Ajak Warga Pasang Manggar dan Kenakan Pakaian Adat
Senin, 06 Oktober 2025

Berita terkait