Sintang    

Askiman Harap PGI Dapat Bantu Pemda Bina Rohani Masyarakat Sintang

Oleh : Jauhari Fatria
Selasa, 12 Februari 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Wakil Bupati Buka Sidang

Daerah PGI Sintang di GKII Bethel

KalbarOnline, Sintang

Wakil Bupati Sintang, Drs. Askiman, MM menghadiri sekaligus membuka sidang

daerah perekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI) Kabupaten Sintang di gereja

GKII Bethel Jalan DI Panjaitan, Senin (11/2/2019).

Turut pula hadir Ketua PGI Kalimantan Barat, Pdt. Paulus

Ajong, Ketua PGI Sintang periode 2013-2018, Pdt Chau Simen, MA, Kasi Bimas

Kristen, Edy Pranoto, anggota PGI dan organisasi Kristen. Diketahui bahwa pada

sidang daerah kali ini akan dilakukan pemilihan kepengurusan baru PGI Sintang

periode 2019-2024.

Wabup Askiman menyampaikan bahwa PGI merupakan organisasi

yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat penting bagi gereja-gereja anggota.

“Ini wadah diskusi yang sangat baik untuk bersatunya

gereja-gereja yang ada. PGI Sintang ini saya ibaratkan tubuh yang memiliki

anggota dengan tugas yang berbeda-beda. Maka saya mendorong agar tugas dan

tanggung jawab PGI disosialisasikan kepada jemaat anggota gereja. Saya siap

mendukung berbagai organisasi gereja yang ada. Hingga sekarang ada banyak

organisasi berbasis gereja yang terbentuk diharapkan agar bisa berkerja,

berfungsi dan membantu Pemda dalam membina rohani masyarakat Sintang,”

terangnya.

Dirinya berharap sidang daerah PGI Sintang ini bisa

menghasilkan pengurus dan kebijakan yang nyata dan mampu membantu Pemda Sintang

khususnya dalam menyatukan gereja-gereja yang ada.

“Saya juga mengingatkan agar jemaat gereja hati hati dalam

membuat status dan postingan di media sosial. Hamba Tuhan saya minta mendoakan

Sintang supaya aman dan damai,” pinta Askiman.

Pada kesempatan itu pula, Wabup Askiman berharap dukungan

dari para hamba Tuhan yang hadir dalam sidang itu terkait pemekaran Provinsi

Kapuas Raya.

“Bapak Gubernur Kalbar sudah memberikan dukungan yang luar

biasa. Ada banyak manfaat positif dari pemekaran provinsi untuk kemajuan daerah

kita. Kami terus dorong dan kejar agar di Sintang ini ada pemekaran desa, kecamatan

dan kabupaten,” tukasnya.

Sementara Ketua PGI Sintang periode 2013-2018, Pdt. Chau

Simen, MA menyampaikan bahwa di muka bumi terjadi musibah, gempa bumi, gejolak,

masalah dan kejahatan lainnya. Bukan berarti Tuhan sudah tidak peduli kepada

manusia dan bumi. Tetapi kejadian itu untuk membuktikan apa yang disampaikan

dalam Alkitab.

“Saya merasakan masalah intoleransi sudah mulai berkurang.

Saya juga mendorong agar toleransi antar gereja juga semakin baik. Karena

menurut saya ada intoleransi antar agama dan inter agama yang artinya toleransi

antara sesama gereja. Maka PGI Sintang harus memperkuat peranannya dengan baik,”

terang Pdt. Chau Simen, MA.

“Hingga saat ini PGI Sintang memiliki anggota 13 gereja dari

berbagai denominasi gereja. Lima tahun yang lalu belum ada sidang seperti ini

untuk memilih ketua PGI. Hanya rapat biasa karena baru memulai. Lima tahun

memimpin tentu banyak kekurangan. Saya berharap pengurus baru mampu memperbaiki

PGI di Sintang ini. Programnya pun baru dan bisa dilaksanakan. Kami berharap

PGI bisa bermitra dengan pemerintah daerah,” harap dia.

Sementara Ketua PGI Kalimantan Barat, Pdt. Paulus Ajong menjelaskan

bahwa PGI Sintang merupakan alat kelengkapan PGI Pusat yang berjuang mewujudkan

keesaan gereja di Indonesia. Sehingga PGI Sintang juga harus memperjuangkan

keesaan gereja di Sintang.

“Kita tahu gereja anggota PGI berbeda dalam banyak hal

seperti tatacara, liturgi dan lainnya. Sehingga perlu ada wadah pemersatu. PGI

ini menjadi rumah bersama kita. Gereja tidak boleh mengisolasi diri di tengah

masyarakat. Gereja tidak boleh hanya mengurus rohani saja. Tetapi juga harus

hadir di tengah masyarakat seperti ikut menanggulangi kemiskinan, kekerasan,

kerusakan lingkungan dan lainnya. Fasilitas ibadah seperti gereja dan masjid

harus terus dibangun oleh pemerintah dan masyarakat,” terangnya.

“Gereja, saya dorong untuk mempersiapkan jemaatnya

menghadapi jaman digital seperti saat ini. Bagi yang tidak siap, maka orang

tersebut akan jatuh ke dalam jurang individualisme dan hedonisme. Maka kita

harus siapkan diri. Kita akan kehilangan kehangatan keluarga, waktu berharga

akan hilang, gaya bekerja akan berubah, bahkan menghancurkan keluarga karena

era digital ini. PGI memberikan tips bagi jemaat gereja dalam menggunakan media

sosial. Yakni jam 18.00 sampai jam 21.00 tidak boleh sentuh handphone baik ayah

ibu dan anak-anak. Gunakan waktu 3 jam tersebut untuk melaksanakan 3B yakni

berbincang, belajar dan berdoa. Lakukan itu setiap hari. Kita tidak mungkin

menolak media sosial tetapi menyeimbangkannya,” terangnya.

Sementara Ketua Panitia sidang daerah PGI Sintang, Nelson

Tambunan menyampaikan PGI terus berjuang agar gereja-gereja anggota PGI daerah untuk

besar dan berkembang.

“Masalah yang ada saat ini adalah gereja anggota PGI masih

berjarak dengan lingkungan sekitar. Ini merupakan sidang terakhir untuk

kepengurusan PGI Sintang periode 2013-2018. Hari ini kita akan melakukan

pemilihan pengurus PGI Sintang 2019-2024,” terang Nelson Tambunan. (*/Sg)

Artikel Selanjutnya
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Raja Kubu Tutup Usia
Selasa, 12 Februari 2019
Artikel Sebelumnya
Musrenbang Kecamatan Pontianak Kota, Edi Sebut Fokus Infrastruktur
Selasa, 12 Februari 2019

Berita terkait