Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 25 April 2019 |
KalbarOnline,
Ketapang – Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Rustami mengatakan bahwa angka
kematian ibu dan bayi di Kabupaten Ketapang terbilang jauh lebih rendah
dibandingkan nasional.
Beberapa faktor penyebabnya, jelas Rustami, salah satunya yakni
penanganan melahirkan banyak ditangani oleh bidan. Akan tetapi, kata dia, belum
semua desa di Ketapang memiliki bidan.
“Peran bidan memang sangat penting untuk menekan angka
kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi di Ketapang itu rendah,
bahkan berada di bawah tingkat nasional. Hal itu tentu keterlibatan bidan dalam
penanganan ibu yang akan melahirkan,” kata Rustami, belum lama ini.
Di Indonesia, kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan
disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya masih banyak proses melahirkan
ditangani oleh orang yang bukan ahlinya. Termasuk juga kualitas pelayanan
kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan Kesehatan Nasional dan
kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan.
Seringkali ada kasus di mana ibu yang melahirkan sudah dalam
keadaan darurat baru dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, sehingga tidak
tertolong nyawanya. Akan tetapi, untuk kasus seperti ini tidak ditemui di
Ketapang.
“Nah, di situlah peran bidan. Saat ibu yang hendak
melahirkan, sudah ada bidan yang menangani, sehingga kemungkinan terburuk dapat
diminimalisir,” jelasnya.
Rustami mengungkapkan, keberadaan bidan memang sangat
diperlukan. Akan tetapi, masih banyak daerah yang memiliki bidan. Dari 253
desa, tidak semua desa ada bidannya.
“Kita mengupayakan minimal di satu desa itu ada satu bidan.
Meskipun bukan bidan yang berstatus PNS, paling tidak ada bidan PTT atau bidan
kontrak,” tukasnya.
Saat ini pihaknya memang terkendala untuk perekrutan bidan
PNS yang memang ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Sementara untuk mengangkat
bidan kontrak, harus kembali menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
Karena pihaknya juga tidak hanya membutuhkan bidan, tapi tenaga kesehatan lainnya
seperti dokter dan perawat.
Pihaknya juga terus mengajukan penambahan jumlah tenaga
kesehatan yang berstatus PNS di Ketapang.
“Kita meminta agar para bidan bersabar sambil menunggu usaha
dari Pemda Ketapang untuk merekomendasikan penambahan kuota CPNS untuk formasi
bidan. Termasuk juga upaya Pemda menaikkan lagi gaji tenaga bidan kontrak.
Tidak hanya bidan, tapi juga tenaga kesehatan lainnya,” imbuhnya.
Ia juga menuturkan, tenaga kesehatan yang dikontrak oleh
Pemda Ketapang berjumlah 750 orang. Jumlah tersebut terbagi ke perawat, bidan
dan dokter. Jumlah tersebut sebenarnya masih kurang jika dilihat dari
kebutuhan.
Akan tetapi, pihaknya tetap memaksimalkan tenaga kesehatan
yang ada, karena untuk mengangkat lagi tidak memungkinkan jika dilihat dari
kemampuan keuangan daerah. (Adi LC)
KalbarOnline,
Ketapang – Kepala Dinas Kesehatan Ketapang, Rustami mengatakan bahwa angka
kematian ibu dan bayi di Kabupaten Ketapang terbilang jauh lebih rendah
dibandingkan nasional.
Beberapa faktor penyebabnya, jelas Rustami, salah satunya yakni
penanganan melahirkan banyak ditangani oleh bidan. Akan tetapi, kata dia, belum
semua desa di Ketapang memiliki bidan.
“Peran bidan memang sangat penting untuk menekan angka
kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu dan bayi di Ketapang itu rendah,
bahkan berada di bawah tingkat nasional. Hal itu tentu keterlibatan bidan dalam
penanganan ibu yang akan melahirkan,” kata Rustami, belum lama ini.
Di Indonesia, kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan
disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya masih banyak proses melahirkan
ditangani oleh orang yang bukan ahlinya. Termasuk juga kualitas pelayanan
kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan Kesehatan Nasional dan
kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan.
Seringkali ada kasus di mana ibu yang melahirkan sudah dalam
keadaan darurat baru dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, sehingga tidak
tertolong nyawanya. Akan tetapi, untuk kasus seperti ini tidak ditemui di
Ketapang.
“Nah, di situlah peran bidan. Saat ibu yang hendak
melahirkan, sudah ada bidan yang menangani, sehingga kemungkinan terburuk dapat
diminimalisir,” jelasnya.
Rustami mengungkapkan, keberadaan bidan memang sangat
diperlukan. Akan tetapi, masih banyak daerah yang memiliki bidan. Dari 253
desa, tidak semua desa ada bidannya.
“Kita mengupayakan minimal di satu desa itu ada satu bidan.
Meskipun bukan bidan yang berstatus PNS, paling tidak ada bidan PTT atau bidan
kontrak,” tukasnya.
Saat ini pihaknya memang terkendala untuk perekrutan bidan
PNS yang memang ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Sementara untuk mengangkat
bidan kontrak, harus kembali menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
Karena pihaknya juga tidak hanya membutuhkan bidan, tapi tenaga kesehatan lainnya
seperti dokter dan perawat.
Pihaknya juga terus mengajukan penambahan jumlah tenaga
kesehatan yang berstatus PNS di Ketapang.
“Kita meminta agar para bidan bersabar sambil menunggu usaha
dari Pemda Ketapang untuk merekomendasikan penambahan kuota CPNS untuk formasi
bidan. Termasuk juga upaya Pemda menaikkan lagi gaji tenaga bidan kontrak.
Tidak hanya bidan, tapi juga tenaga kesehatan lainnya,” imbuhnya.
Ia juga menuturkan, tenaga kesehatan yang dikontrak oleh
Pemda Ketapang berjumlah 750 orang. Jumlah tersebut terbagi ke perawat, bidan
dan dokter. Jumlah tersebut sebenarnya masih kurang jika dilihat dari
kebutuhan.
Akan tetapi, pihaknya tetap memaksimalkan tenaga kesehatan
yang ada, karena untuk mengangkat lagi tidak memungkinkan jika dilihat dari
kemampuan keuangan daerah. (Adi LC)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini