Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 29 September 2019 |
KalbarOnline,
Ketapang – Lebih dari 150 Kepala Keluarga (KK) di SP 3 Batu Tanda mendambakan
daerah mereka dialiri listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) lantaran
sudah puluhan tahun wilayah mereka gelap gulita alias tak teraliri listrik negara.
Ditambah lagi beban operasional listrik yang semakin berat dirasakan warga setempat
lantaran rerata menggunakan genset pribadi yang tentunya menggunakan biaya yang
cukup besar.
Kadus SP 3 Batu Tanda, Rizal firmansyah mengatakan, segala
upaya telah dilakukan pihaknya untuk pengadaan listrik PLN di tempatnya. Ia
mengaku telah kesekian kalinya dari pemerintah dusun dan pemerintah desa setempat
serta para tokoh masyarakat berupaya mengajukan proposal listrik ke Camat Air Upas
yang ditembuskan ke Bupati Ketapang serta diteruskan Manager area Perusahaan
Listrik Negara (PLN).

“Dua bulan yang lalu saya dan tokoh masyarakat SP 3 Batu
Tanda telah membuat proposal pengajuan listrik ke Camat Air Upas, ditembuskan
ke Bupati Ketapang dan diteruskan ke Menager area PLN Ketapang dan satu bulan
yang lalu pihak PLN Air Upas telah melakukan survei ke SP 3, namun lagi-lagi
sampai saat ini kita tidak mengetahui secara pasti kapan listrik masuk ke dusun
kami,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (28/9/2019).
Rizal mengaku, sebelum ia menjabat sebagai Kadus, kadus yang
lama dan tokoh masyarakat sebelumnya juga sudah berjuang agar listrik bisa mengalir
di daerah mereka. Bahkan, kata dia, pihak PLN juga telah melakukan survei, namun
sampai saat ini ia tidak mengetahui kenapa SP 3 tidak dialiri listrik.

“Kadus yang lama bersama masyarakat juga sudah berjuang agar
SP 3 ini bisa teraliri listrik. Bahkan dulu PLN juga telah melakukan survei,”
tuturnya.
Sementara tokoh masyarakat setempat, Yusuf Efendi mengaku
kecewa lantaran sampai saat ini wilayahnya masih belum teraliri listrik. Padahal,
kata dia, warga bersama pemerintah dusun dan desa setempat telah beberapa kali
memperjuangkan agar listrik dapat masuk di wilayah tersebut.
Ia juga mengaku bahwa dirinya yang langsung mengikuti survei
penentuan titik tiang listrik bersama Manager area PLN Ketapang pada tahun 2017
lalu, namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
“Kita dari warga tidak henti-hentinya berjuang bahkan dari
pemerintah dusun dan desa, kadus-kadus sebelumnya dan saya sendiri sempat
mengikuti survei penentuan tiang listrik dan pembebasan lahan kala itu bersama Manager
area PLN Ketapang, namun sampai saat ini tidak ada realisasinya,” ungkapnya kecewa.
Menurut Yusuf, jarak tiang listrik juga tak jauh hanya
berkisar kurang lebih 1,6 kilometer dari Ibul Dusun Kalibambang menuju SP 3
Batu Tanda. Sementara di wilayah lain, bahkan kecamatan yang jaraknya jauh dari
mesin, terang Yusuf, sudah teraliri listrik PLN.
“Tiang listrik saat ini menurut kami sangat dekat ketimbang
dengan wilayah-wilayah lain, di mana tiang listrik saat ini ada di Ibul Dusun
Kalibambang yang jaraknya ke SP 3 kurang lebih 1,6 kilometer, tetapi mengapa
dusun kami ini tidak menjadi skala prioritas untuk listrik PLN. Dari jumlah
penduduk kami sudah sangat layak, pembebasan lahan untuk tiang listrik sudah
kami lakukan. Tentu dengan tidak adanya listrik di kampung kami ini sangat
berdampak negatif pada kampung kami. Pertama, anak-anak kami di sini sulit
untuk belajar di malam hari. Kedua, juga cukup mengganggu ekonomi kami, karena
kami harus membeli bahan bakar genset setiap harinya. Ketiga, tentunya akan
menjadi rawan kejahatan karena kampung kami gelap tanpa listrik,” imbuhnya.
Senada dengan Yusuf, tokoh adat sekaligus Demong Adat Dayak setempat,
Benyamin Asiung mengaku kecewa kepada pemerintah dan pihak PLN lantaran daerah
yang ditempatinya itu sampai saat ini belum dialiri listrik negara.
“Saya sangat kecewa dengan pemerintah dan pihak PLN karena
jarak dari Ibul ke SP 3 itu cuma 1,6 kilometer, tapi mengapa tidak diteruskan
sampai ke kampung kami untuk perluasan jaringan listriknya. Sebenarnya ada apa
dengan SP 3 Batu Tanda ini. Pihak pemerintah kecamatan kemarin juga sempat
berjanji bahwa di tahun 2019 ini, kampung kami akan dialiri listrik, namun
sampai saat ini kami hanya menerima janji-janji saja,” lirihnya. (Goda)
KalbarOnline,
Ketapang – Lebih dari 150 Kepala Keluarga (KK) di SP 3 Batu Tanda mendambakan
daerah mereka dialiri listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) lantaran
sudah puluhan tahun wilayah mereka gelap gulita alias tak teraliri listrik negara.
Ditambah lagi beban operasional listrik yang semakin berat dirasakan warga setempat
lantaran rerata menggunakan genset pribadi yang tentunya menggunakan biaya yang
cukup besar.
Kadus SP 3 Batu Tanda, Rizal firmansyah mengatakan, segala
upaya telah dilakukan pihaknya untuk pengadaan listrik PLN di tempatnya. Ia
mengaku telah kesekian kalinya dari pemerintah dusun dan pemerintah desa setempat
serta para tokoh masyarakat berupaya mengajukan proposal listrik ke Camat Air Upas
yang ditembuskan ke Bupati Ketapang serta diteruskan Manager area Perusahaan
Listrik Negara (PLN).

“Dua bulan yang lalu saya dan tokoh masyarakat SP 3 Batu
Tanda telah membuat proposal pengajuan listrik ke Camat Air Upas, ditembuskan
ke Bupati Ketapang dan diteruskan ke Menager area PLN Ketapang dan satu bulan
yang lalu pihak PLN Air Upas telah melakukan survei ke SP 3, namun lagi-lagi
sampai saat ini kita tidak mengetahui secara pasti kapan listrik masuk ke dusun
kami,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (28/9/2019).
Rizal mengaku, sebelum ia menjabat sebagai Kadus, kadus yang
lama dan tokoh masyarakat sebelumnya juga sudah berjuang agar listrik bisa mengalir
di daerah mereka. Bahkan, kata dia, pihak PLN juga telah melakukan survei, namun
sampai saat ini ia tidak mengetahui kenapa SP 3 tidak dialiri listrik.

“Kadus yang lama bersama masyarakat juga sudah berjuang agar
SP 3 ini bisa teraliri listrik. Bahkan dulu PLN juga telah melakukan survei,”
tuturnya.
Sementara tokoh masyarakat setempat, Yusuf Efendi mengaku
kecewa lantaran sampai saat ini wilayahnya masih belum teraliri listrik. Padahal,
kata dia, warga bersama pemerintah dusun dan desa setempat telah beberapa kali
memperjuangkan agar listrik dapat masuk di wilayah tersebut.
Ia juga mengaku bahwa dirinya yang langsung mengikuti survei
penentuan titik tiang listrik bersama Manager area PLN Ketapang pada tahun 2017
lalu, namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
“Kita dari warga tidak henti-hentinya berjuang bahkan dari
pemerintah dusun dan desa, kadus-kadus sebelumnya dan saya sendiri sempat
mengikuti survei penentuan tiang listrik dan pembebasan lahan kala itu bersama Manager
area PLN Ketapang, namun sampai saat ini tidak ada realisasinya,” ungkapnya kecewa.
Menurut Yusuf, jarak tiang listrik juga tak jauh hanya
berkisar kurang lebih 1,6 kilometer dari Ibul Dusun Kalibambang menuju SP 3
Batu Tanda. Sementara di wilayah lain, bahkan kecamatan yang jaraknya jauh dari
mesin, terang Yusuf, sudah teraliri listrik PLN.
“Tiang listrik saat ini menurut kami sangat dekat ketimbang
dengan wilayah-wilayah lain, di mana tiang listrik saat ini ada di Ibul Dusun
Kalibambang yang jaraknya ke SP 3 kurang lebih 1,6 kilometer, tetapi mengapa
dusun kami ini tidak menjadi skala prioritas untuk listrik PLN. Dari jumlah
penduduk kami sudah sangat layak, pembebasan lahan untuk tiang listrik sudah
kami lakukan. Tentu dengan tidak adanya listrik di kampung kami ini sangat
berdampak negatif pada kampung kami. Pertama, anak-anak kami di sini sulit
untuk belajar di malam hari. Kedua, juga cukup mengganggu ekonomi kami, karena
kami harus membeli bahan bakar genset setiap harinya. Ketiga, tentunya akan
menjadi rawan kejahatan karena kampung kami gelap tanpa listrik,” imbuhnya.
Senada dengan Yusuf, tokoh adat sekaligus Demong Adat Dayak setempat,
Benyamin Asiung mengaku kecewa kepada pemerintah dan pihak PLN lantaran daerah
yang ditempatinya itu sampai saat ini belum dialiri listrik negara.
“Saya sangat kecewa dengan pemerintah dan pihak PLN karena
jarak dari Ibul ke SP 3 itu cuma 1,6 kilometer, tapi mengapa tidak diteruskan
sampai ke kampung kami untuk perluasan jaringan listriknya. Sebenarnya ada apa
dengan SP 3 Batu Tanda ini. Pihak pemerintah kecamatan kemarin juga sempat
berjanji bahwa di tahun 2019 ini, kampung kami akan dialiri listrik, namun
sampai saat ini kami hanya menerima janji-janji saja,” lirihnya. (Goda)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini