Pontianak    

Sutarmidji Terima Kunjungan Kementerian Utility Serawak : Jajak Peluang Kerjasama

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 30 September 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Rombongan Pejabat Kementerian Utility Serawak Malaysia melakukan

kunjungan kerja ke Kalimantan Barat. 36 pejabat yang dipimpin oleh Menteri Utility

Serawak, Dato Sri DR. Stephen Rundi Utom itu diterima langsung oleh Gubernur

Kalimantan Barat, Sutarmidji di Pendopo Gubernur Kalbar, Sabtu kemarin.

Menteri Utility Serawak, Dato Sri DR. Stephen Rundi Utom mengatakan,

tujuan kunjungan pihaknya ke Kalbar yakni untuk melihat potensi yang ada di

Bumi Tanjungpura ini sekaligus melakukan penjajakan kerjasama. Hal ini lantaran

Kalbar dengan Serawak (Malaysia) menurut dia, banyak memiliki kemiripan, baik

dari segi adat dan budaya yang tak jauh berbeda.

“Kita akan melihat apa saja yang bisa dilakukan kerjasama,

baik dari segi peluang bisnis, pembangunan dan sebagainya termasuk dengan

provinsi lainnya di kawasan pulau Borneo ini agar wilayah serantau (Borneo) ini

maju bersama,” ujarnya saat diwawancarai.

Hal ini juga, kata dia, seiring dengan perpindahan lokasi ibu

kota Indonesia yang sudah diputuskan oleh Pemerintah Indonesia yakni di Provinsi

Kalimantan Timur, tentu pihaknya merasa berkepentingan untuk melakukan kajian

awal agar dapat mengetahui impact

positif dan negatif sebagai negara yang berbatasan langsung dengan pulau

Kalimantan.

“Banyak kerjasama yang bisa dilakukan kedua negara ini. Segi

pertanian, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Inilah persoalan-persoalan

yang kita dalami, supaya kita mengetahui kerjasama apa yang harus difokuskan

terlebih dahulu,” tukasnya.

Sementara Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengatakan bahwa

banyak sektor yang dapat dikerjasamakan antar kedua negara khususnya antara

Kalbar dan Malaysia seperti penataan ekonomi kawasan perbatasan (border) pertanian,

pariwisata, energi dan sebagainya.

“Kalbar ini memiliki perbatasan yang paling panjang dengan

Malaysia yakni 960 kilometer dan sekarang sudah memiliki tiga border, tahun ini

sedang dibangun dua border lagi dan Insya Allah tahun depan selesai. Dibangunnya

border ini untuk memajukan ekonomi di kawasan perbatasan, karena saat ini belum

maksimal bahkan ada yang belum memulai, ini yang akan kita kerjasamakan. Misalnya

dari perbatasan Malaysia menyediakan pasar buah-buahan, sementara Kalbar

menyediakan fashion atau tekstil,

jadi jangan sama,” tukasnya.

Selain kerjasama mengenai penataan ekonomi kawasan

perbatasan (border), banyak lagi menurut Midji yang dapat dikerjasamakan. Misalnya,

produk pertanian dan perkebunan Kalbar yang layak untuk di-eksport dan banyak diminati

oleh negara-negara lainnya seperti China. Hanya saja, kata dia, Kalbar masih

terkendala dengan infrakstruktur yang belum memadai.

“Sehingga eksportnya bisa melalui Malaysia, karena ada

penerbangan langsung dari Kuala Lumpur langsung ke China, ini juga nanti akan kita

kerjasamakan,” imbuhnya.

Seiring dengan pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan

Timur, tentunya wilayah di Pulau Kalimantan termasuk Malaysia memerlukan

kerjasama sekaligus untuk menangkap nilai tambah dari keberadaan ibu kota baru.

“Mungkin yang lebih diuntungkan adalah Kuching (Malaysia),

karena bisa saja kedutaan dan konsulat negara asing memilih wilayah tersebut

sebagai home base-nya,” tuturnya.

Sementara di bidang pariwisata, lanjut Midji, Kalbar lebih diuntungkan

lantaran memiliki lebih dari 300 objek wisata yang bisa terjual seiring dengan

perpindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan.

Satu di antaranya pantai di kawasan Temajok, di mana pantai

di kawasan tersebut masih bersih, luas dan lebar dibandingkan dengan Bali yakni

90 kilometer, terumbu karang yang terawat, terdapat penangkaran penyu dan

ditambah suasana alam yang indah yang menjadikan nilai plus dari kawasan pantai

lainnya.

“Dari kawasan pantai itu ke pantai Telok Melano Malaysia hanya

lima menit dari objek wisata di Temajok yaitu Rumah Terbalik. Itu potensi ke

depan yang bisa dikerjasamakan,” ucapnya.

“Banyak lagi yang bisa kita kerjasamakan, akan kita tindaklanjuti

seperti pendidikan dan kesehatan. Kalau kesehatan kita (Kalbar) sudah kerjasama,”

timpalnya.

Sementara bidang energi, diakui Midji, Kalbar saat ini mendapat pasokan listrik sebesar 200 mega dari Malaysia. Ke depannya, kata dia, tak menutup kemungkinan akan dilakukan kerjasama lebih jauh. Mengingat Kalbar akan memiliki pelabuhan internasional sekaligus dibukanya kawasan industri baru yang sudah tentu memerlukan energi listrik yang besar.

“Ke depan mungkin. Karena listrik kita belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, ditambah kemajuan yang semakin cepat dengan adanya pelabuhan nanti, kawasan industri dibuka, pasti memerlukan energi listrik yang besar. Serawak (Malaysia) masih memiliki pasokan listrik yang besar, karena mereka menggunakan pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan itu lebih murah, sehingga kalau dijual atau diekspor, masih sangat top. Tapi kalau menggunakan energi fosil pasti mahal dan maintance-nya juga mahal karena harus diangkut dari satu kawasan ke kawasan lain,” tandasnya. (Fai)

Artikel Selanjutnya
Masyarakat Jawa Sekadau Bentuk Kepengurusan PJKB
Minggu, 29 September 2019
Artikel Sebelumnya
Nuansa Baru Kampung Kamboja Destinasi Wisata Pilihan
Minggu, 29 September 2019

Berita terkait