KalbarOnline, Pontianak – Rombongan Pejabat Kementerian Utility Serawak Malaysia melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Barat. 36 pejabat yang dipimpin oleh Menteri Utility Serawak, Dato Sri DR. Stephen Rundi Utom itu diterima langsung oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji di Pendopo Gubernur Kalbar, Sabtu kemarin.
Menteri Utility Serawak, Dato Sri DR. Stephen Rundi Utom mengatakan, tujuan kunjungan pihaknya ke Kalbar yakni untuk melihat potensi yang ada di Bumi Tanjungpura ini sekaligus melakukan penjajakan kerjasama. Hal ini lantaran Kalbar dengan Serawak (Malaysia) menurut dia, banyak memiliki kemiripan, baik dari segi adat dan budaya yang tak jauh berbeda.
“Kita akan melihat apa saja yang bisa dilakukan kerjasama, baik dari segi peluang bisnis, pembangunan dan sebagainya termasuk dengan provinsi lainnya di kawasan pulau Borneo ini agar wilayah serantau (Borneo) ini maju bersama,” ujarnya saat diwawancarai.
Hal ini juga, kata dia, seiring dengan perpindahan lokasi ibu kota Indonesia yang sudah diputuskan oleh Pemerintah Indonesia yakni di Provinsi Kalimantan Timur, tentu pihaknya merasa berkepentingan untuk melakukan kajian awal agar dapat mengetahui impact positif dan negatif sebagai negara yang berbatasan langsung dengan pulau Kalimantan.
“Banyak kerjasama yang bisa dilakukan kedua negara ini. Segi pertanian, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Inilah persoalan-persoalan yang kita dalami, supaya kita mengetahui kerjasama apa yang harus difokuskan terlebih dahulu,” tukasnya.
Sementara Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengatakan bahwa banyak sektor yang dapat dikerjasamakan antar kedua negara khususnya antara Kalbar dan Malaysia seperti penataan ekonomi kawasan perbatasan (border) pertanian, pariwisata, energi dan sebagainya.
“Kalbar ini memiliki perbatasan yang paling panjang dengan Malaysia yakni 960 kilometer dan sekarang sudah memiliki tiga border, tahun ini sedang dibangun dua border lagi dan Insya Allah tahun depan selesai. Dibangunnya border ini untuk memajukan ekonomi di kawasan perbatasan, karena saat ini belum maksimal bahkan ada yang belum memulai, ini yang akan kita kerjasamakan. Misalnya dari perbatasan Malaysia menyediakan pasar buah-buahan, sementara Kalbar menyediakan fashion atau tekstil, jadi jangan sama,” tukasnya.
Selain kerjasama mengenai penataan ekonomi kawasan perbatasan (border), banyak lagi menurut Midji yang dapat dikerjasamakan. Misalnya, produk pertanian dan perkebunan Kalbar yang layak untuk di-eksport dan banyak diminati oleh negara-negara lainnya seperti China. Hanya saja, kata dia, Kalbar masih terkendala dengan infrakstruktur yang belum memadai.
“Sehingga eksportnya bisa melalui Malaysia, karena ada penerbangan langsung dari Kuala Lumpur langsung ke China, ini juga nanti akan kita kerjasamakan,” imbuhnya.
Seiring dengan pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur, tentunya wilayah di Pulau Kalimantan termasuk Malaysia memerlukan kerjasama sekaligus untuk menangkap nilai tambah dari keberadaan ibu kota baru.
“Mungkin yang lebih diuntungkan adalah Kuching (Malaysia), karena bisa saja kedutaan dan konsulat negara asing memilih wilayah tersebut sebagai home base-nya,” tuturnya.
Sementara di bidang pariwisata, lanjut Midji, Kalbar lebih diuntungkan lantaran memiliki lebih dari 300 objek wisata yang bisa terjual seiring dengan perpindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan.
Satu di antaranya pantai di kawasan Temajok, di mana pantai di kawasan tersebut masih bersih, luas dan lebar dibandingkan dengan Bali yakni 90 kilometer, terumbu karang yang terawat, terdapat penangkaran penyu dan ditambah suasana alam yang indah yang menjadikan nilai plus dari kawasan pantai lainnya.
“Dari kawasan pantai itu ke pantai Telok Melano Malaysia hanya lima menit dari objek wisata di Temajok yaitu Rumah Terbalik. Itu potensi ke depan yang bisa dikerjasamakan,” ucapnya.
“Banyak lagi yang bisa kita kerjasamakan, akan kita tindaklanjuti seperti pendidikan dan kesehatan. Kalau kesehatan kita (Kalbar) sudah kerjasama,” timpalnya.
Sementara bidang energi, diakui Midji, Kalbar saat ini mendapat pasokan listrik sebesar 200 mega dari Malaysia. Ke depannya, kata dia, tak menutup kemungkinan akan dilakukan kerjasama lebih jauh. Mengingat Kalbar akan memiliki pelabuhan internasional sekaligus dibukanya kawasan industri baru yang sudah tentu memerlukan energi listrik yang besar.
“Ke depan mungkin. Karena listrik kita belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, ditambah kemajuan yang semakin cepat dengan adanya pelabuhan nanti, kawasan industri dibuka, pasti memerlukan energi listrik yang besar. Serawak (Malaysia) masih memiliki pasokan listrik yang besar, karena mereka menggunakan pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan itu lebih murah, sehingga kalau dijual atau diekspor, masih sangat top. Tapi kalau menggunakan energi fosil pasti mahal dan maintance-nya juga mahal karena harus diangkut dari satu kawasan ke kawasan lain,” tandasnya. (Fai)
Comment