Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Rabu, 23 Oktober 2019 |
KalbarOnline, Sekadau – Sejumlah daerah di Provinsi Kalimantan Barat menggelar perayaan tradisi budaya robo-robo, tak terkecuali di Kabupaten Sekadau. Satu di antaranya di Desa Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau yang dipusatkan di wilayah pesisir sungai desa setempat, Rabu (23/10/2019).
Masing-masing warga mulai dari anak-anak hingga orang tua membawa
makanan, duduk melantai bersama dan membaur satu dengan yang lainnya. Masyarakat
Desa Tanjung tampak antusias merayakan tradisi budaya tersebut. Selain itu
pelaksanaan robo-robo di Desa Tanjung ini juga dihadiri oleh Anggota DPRD
Sekadau dari partai Golkar, Zainal dan Ketua MTAMT Sekadau, H. Abdul Bakar.

Diwawancarai di sela-sela kegiatan, M. Yusuf selaku tokoh
masyarakat setempat mengatakan bahwa tradisi yang dilakukan tersebut merupakan
ajang perekat tali persaudaraan, keakraban dan silaturahmi. Sehingga, kata dia,
tradisi robo-robo kental akan nilai atau makna dalam kehidupan bermasyarakat.
“Di Sekadau ada beberapa tempat yang melaksanakannya. Tidak
ada tolak bala. Hanya ada doa bersama dengan maksud untuk meminta keselamatan,
dijauhkan dari bencana, diberi keselamatan, dimurahkan rezeki dan dijauhkan
dari perselisihan,” ujarnya.
Sementara Kepala Desa Tanjung, Syamsudin mengatakan,
pihaknya sangat mendukung tradisi tersebut agar terus dilestrasikan. Mengingat,
setiap tahunnya secara turun-temurun robo-robo dilaksanakan oleh masyarakat
setempat.
“Jadi, dua hari sebelum acara Robo-robo ini masyarakat sudah
ada persiapan,” tutur Syamsudin.
Ia berharap, tradisi robo-robo ini dapat menjadi agenda tetap
kabupaten Sekadau sebagai ajang melestarikan budaya agar tak hilang ditelan
zaman.
“Kami siap memfasilitasinya. Apalagi ini ajang kebudayaan
yang perlu dilestarikan agar tidak punah. Mudah-mudahan ke depan lebih
ditingkatkan dan dapat dimeriahkan dengan acara-acara lainnya,” pungkas
Syamsudin.
Sementara tokoh masyarakat lainnya, H. M. Jamawi mengatakan bahwa
tradisi robo-robo ini merupakan ajang silaturahmi antar masyarakat, serta untuk
merekatkan tali persaudaraan di antara warga yang dibalut dengan makan bersama.
“Dengan makan bersama adalah wujud kebersamaan yang harus
dipertahankan supaya kebersamaan ini tetap dijaga dan dipertahankan sebagai
wewujudkan nilai budaya yang ada di Desa Tanjung ini,” jelasnya.
Sejarah singkat mengenai
tradisi budaya robo-robo
Seperti diketahui bahwa robo-robo merupakan upacara tolak
bala oleh masyarakat Kalimantan Barat yang digelar pada hari Rabu pekan
terakhir bulan Safar, Hijriah.
Robo-robo merupakan aset budaya Kabupaten Mempawah dan
menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang ditetapkan pada tanggal
27 Oktober 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan
sejak saat itu masuk dalam kalender wisata nasional dan menjadi agenda wisata
budaya setiap tahunnya.
Seiring dinamisnya zaman, ritual robo-robo pun akhirnya
sekarang hampir dilaksanakan oleh seluruh warga Kalimantan Barat di berbagai
wilayah. Robo-robo bukan sekedar budaya masyarakat Kalimantan Barat melainkan juga
mengandung esensi warisan sejarah dari leluhur masa lampau.
Untuk masa kini yang semakin berkembang, tradisi robo-robo
tidak hanya dilakukan oleh masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat yang
beragama Islam. Namun kini dari suku lainnya yang ada di Kalimantan Barat juga
telah ikut dalam Robo Robo, bahkan dari warga non-muslim.
Adapun histori mengenai robo-robo berawal ketika Opu Daeng
Manambon (Raja Mempawah pertama) dan Putri Kesumba datang ke Mempawah tahun
1148 Hijriah atau 1737 Masehi untuk menerima tampuk pewaris Kerajaan Bengkule
Rajangk. Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba berlayar bersama 40 rombongan
perahu dari Ketapang ke Kuala Mempawah.
Ketika Opu Daeng Manambon tiba di Kuala Mempawah, seluruh
masyarakat menyambut gembira. Bahkan sampai dipasang kain warna warni di setiap
rumah penduduk dan ada yang mengiringi rombongan Opu Daeng Manambon dengan
sampan hingga ke pinggiran sungai.
Merasa bahagia dengan penyambutan masyarakat Kuala Mempawah,
akhirnya Opu Daeng Manambon membagikan seluruh bekal makanannya kepada warga.
Opu Daeng Manambon pun turun ke pinggiran sungai kemudian mengumandangkan azan
lalu memanjaatkan doa pada Allah Subhanawata’ala agar diberikan keselamatan.
Selanjutnya seluruh masyarakat Kuala Mempawah yang menyambut
Daeng Opu Manambon lantas bersantap bersama makanan diberikan di pinggiran
sungai. Ikut juga makan bersama para rombongan kapal yang mengiring Daeng Opu
Manambon.
Sebab kedatangan Opu Daeng Manambon dan rombongan berdasarkan perhitungan hijriah jatuh pada Rabu pekan terakhir bulan Safar, maka momentum sejarah itu terus diperingati masyarakat Kalimantan Barat hingga kini dengan tradisi robo-robo.
Tradisi robo-robo bahkan pada perkembangannya memberikan andil bagi pengenalan potensi budaya Kalimantan Barat dan perekonomian daerah. Setiap tahunnya sekarang diperingati Festival Robo Robo yang menampilkan berbagai kekayaan ritualnya, bahkan sampai dihadiri para pimpinan negara kawasasan Asean. (Mus)
KalbarOnline, Sekadau – Sejumlah daerah di Provinsi Kalimantan Barat menggelar perayaan tradisi budaya robo-robo, tak terkecuali di Kabupaten Sekadau. Satu di antaranya di Desa Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau yang dipusatkan di wilayah pesisir sungai desa setempat, Rabu (23/10/2019).
Masing-masing warga mulai dari anak-anak hingga orang tua membawa
makanan, duduk melantai bersama dan membaur satu dengan yang lainnya. Masyarakat
Desa Tanjung tampak antusias merayakan tradisi budaya tersebut. Selain itu
pelaksanaan robo-robo di Desa Tanjung ini juga dihadiri oleh Anggota DPRD
Sekadau dari partai Golkar, Zainal dan Ketua MTAMT Sekadau, H. Abdul Bakar.

Diwawancarai di sela-sela kegiatan, M. Yusuf selaku tokoh
masyarakat setempat mengatakan bahwa tradisi yang dilakukan tersebut merupakan
ajang perekat tali persaudaraan, keakraban dan silaturahmi. Sehingga, kata dia,
tradisi robo-robo kental akan nilai atau makna dalam kehidupan bermasyarakat.
“Di Sekadau ada beberapa tempat yang melaksanakannya. Tidak
ada tolak bala. Hanya ada doa bersama dengan maksud untuk meminta keselamatan,
dijauhkan dari bencana, diberi keselamatan, dimurahkan rezeki dan dijauhkan
dari perselisihan,” ujarnya.
Sementara Kepala Desa Tanjung, Syamsudin mengatakan,
pihaknya sangat mendukung tradisi tersebut agar terus dilestrasikan. Mengingat,
setiap tahunnya secara turun-temurun robo-robo dilaksanakan oleh masyarakat
setempat.
“Jadi, dua hari sebelum acara Robo-robo ini masyarakat sudah
ada persiapan,” tutur Syamsudin.
Ia berharap, tradisi robo-robo ini dapat menjadi agenda tetap
kabupaten Sekadau sebagai ajang melestarikan budaya agar tak hilang ditelan
zaman.
“Kami siap memfasilitasinya. Apalagi ini ajang kebudayaan
yang perlu dilestarikan agar tidak punah. Mudah-mudahan ke depan lebih
ditingkatkan dan dapat dimeriahkan dengan acara-acara lainnya,” pungkas
Syamsudin.
Sementara tokoh masyarakat lainnya, H. M. Jamawi mengatakan bahwa
tradisi robo-robo ini merupakan ajang silaturahmi antar masyarakat, serta untuk
merekatkan tali persaudaraan di antara warga yang dibalut dengan makan bersama.
“Dengan makan bersama adalah wujud kebersamaan yang harus
dipertahankan supaya kebersamaan ini tetap dijaga dan dipertahankan sebagai
wewujudkan nilai budaya yang ada di Desa Tanjung ini,” jelasnya.
Sejarah singkat mengenai
tradisi budaya robo-robo
Seperti diketahui bahwa robo-robo merupakan upacara tolak
bala oleh masyarakat Kalimantan Barat yang digelar pada hari Rabu pekan
terakhir bulan Safar, Hijriah.
Robo-robo merupakan aset budaya Kabupaten Mempawah dan
menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang ditetapkan pada tanggal
27 Oktober 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan
sejak saat itu masuk dalam kalender wisata nasional dan menjadi agenda wisata
budaya setiap tahunnya.
Seiring dinamisnya zaman, ritual robo-robo pun akhirnya
sekarang hampir dilaksanakan oleh seluruh warga Kalimantan Barat di berbagai
wilayah. Robo-robo bukan sekedar budaya masyarakat Kalimantan Barat melainkan juga
mengandung esensi warisan sejarah dari leluhur masa lampau.
Untuk masa kini yang semakin berkembang, tradisi robo-robo
tidak hanya dilakukan oleh masyarakat suku Melayu di Kalimantan Barat yang
beragama Islam. Namun kini dari suku lainnya yang ada di Kalimantan Barat juga
telah ikut dalam Robo Robo, bahkan dari warga non-muslim.
Adapun histori mengenai robo-robo berawal ketika Opu Daeng
Manambon (Raja Mempawah pertama) dan Putri Kesumba datang ke Mempawah tahun
1148 Hijriah atau 1737 Masehi untuk menerima tampuk pewaris Kerajaan Bengkule
Rajangk. Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba berlayar bersama 40 rombongan
perahu dari Ketapang ke Kuala Mempawah.
Ketika Opu Daeng Manambon tiba di Kuala Mempawah, seluruh
masyarakat menyambut gembira. Bahkan sampai dipasang kain warna warni di setiap
rumah penduduk dan ada yang mengiringi rombongan Opu Daeng Manambon dengan
sampan hingga ke pinggiran sungai.
Merasa bahagia dengan penyambutan masyarakat Kuala Mempawah,
akhirnya Opu Daeng Manambon membagikan seluruh bekal makanannya kepada warga.
Opu Daeng Manambon pun turun ke pinggiran sungai kemudian mengumandangkan azan
lalu memanjaatkan doa pada Allah Subhanawata’ala agar diberikan keselamatan.
Selanjutnya seluruh masyarakat Kuala Mempawah yang menyambut
Daeng Opu Manambon lantas bersantap bersama makanan diberikan di pinggiran
sungai. Ikut juga makan bersama para rombongan kapal yang mengiring Daeng Opu
Manambon.
Sebab kedatangan Opu Daeng Manambon dan rombongan berdasarkan perhitungan hijriah jatuh pada Rabu pekan terakhir bulan Safar, maka momentum sejarah itu terus diperingati masyarakat Kalimantan Barat hingga kini dengan tradisi robo-robo.
Tradisi robo-robo bahkan pada perkembangannya memberikan andil bagi pengenalan potensi budaya Kalimantan Barat dan perekonomian daerah. Setiap tahunnya sekarang diperingati Festival Robo Robo yang menampilkan berbagai kekayaan ritualnya, bahkan sampai dihadiri para pimpinan negara kawasasan Asean. (Mus)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini