Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 11 Februari 2020 |
KalbarOnline, Sambas –
Meski sudah dibangun megah oleh Pemerintah Indonesia, Pos Lintas Batas
Negara (PLBN) Aruk masih belum dianggap sebagai pintu ekspor oleh pihak
Malaysia. Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi lintas instansi yang
membahas percepatan pembangunan wilayah perbatasan Aruk sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi baru di PLBN Aruk, Sambas, Senin (10/2/2020) lalu. Artinya, belum ada
kesamaan persepsi antara Indonesia dengan Malaysia terkait pintu ekspor (dry
port) di Aruk, Kabupaten Sambas dengan Biawak, Sarawak.
“Kalbar (Indonesia) sudah menganggap PLBN Aruk sebagai pintu
ekspor, sementara pihak Sarawak (Malaysia) belum,” ujar Gubernur Kalbar, Sutarmidji
usai membuka rakor tersebut.
Menurutnya, masalah ini menjadi salah satu pekerjaan rumah
(PR) yang harus diselesaikan. Namun, kata dia, melalui rakor itu, pihak Konsulat
Jenderal RI di Kuching menyatakan siap menyampaikan usul ke pihak Sarawak,
Malaysia agar Biawak juga dijadikan pintu ekspor.
“Dirjen Perdagangan Luar Negeri juga harus berupaya melobi
Malaysia untuk supaya sama-sama menjadikan pintu ekspor seperti di Badau,” pintanya.
Hal ini semakin diperparah dengan keberadaan Sosek Malindo (Sosial,
Ekonomi, Malaysia – Indonesia) yang kurang memberikan kontribusi maksimal. Harusnya,
kata Midji, persoalan di bidang ekonomi seperti ini bisa dicarikan jalan keluar
lewat hubungan kerja sama bilateral tersebut (Sosek Malindo).
“Ini saya tidak tahu. Tidak jelas apa yang dikerjakan mereka
(Sosek Malindo). Buktinya tidak ada gregetnya selain budaya, cuma olahraga
sepeda-sepedaan, padahal namanya Sosek Malindo tetapi ekonominya tidak
kelihatan. Nah, itu yang harus dibenahi ya,” tukasnya.
Kendati demikian, kegiatan ekspor di Aruk diketahui sudah
mulai berjalan sejak akhir tahun lalu walau dalam aktivitasnya terpaksa
dilakukan di zona netral, dengan membawa barang ekspor untuk bongkar muat ke angkutan-angkutan
dari Malaysia.
“Jadi tidak efisien. Tapi jumlah ekspornya mulai Desember
kemarin progresnya terus meningkat,” kata pria yang akrab disapa Midji ini.
Sayangkan komoditas
ekspor di Aruk hanya produk mentah
Di kesempatan itu, orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura ini
turut menyayangkan komoditas ekspor di Aruk rerata merupakan produk pertanian
mentah. Padahal, kata dia, masih banyak potensi yang bisa diolah sebelum dijual
ke luar negeri seperti salah satunya kelapa. Hal lain yang juga mengagetkan
menurutnya adalah ekspor jagung. Padahal Kalbar sendiri masih membutuhkan
jagung sebagai pakan ternak yang murah.
“Nah, banyak hal yang tadi juga kami bahas dan sudah diinventaris
semua masalahnya. Nanti akan kami bahas kembali,” katanya. Termasuk soal
bagaimana ke depan membuat kawasan Pantai Temajuk sebagai objek wisata andalan
Kalbar. Untuk mulai menggaungkannya, perbatasan Temajuk di Kecamatan Paloh
perlu dilengkapi dengan beberapa fasilitas. Masalah tata ruang wilayah dan
tanah, maupun pintu keluar masuk resmi bagi orang dari luar negeri juga diatur.
“Di sana itu hanya bisa masuk untuk kendaraan roda dua, tapi
pengunjungnya ramai, wisatawan yang dari Kuching dari Malaysia juga bisa masuk
dari situ, termasuk yang dari luar Malaysia,” bebernya.
Dirinya berharap semua peluang bisa ditangkap. Mulai dari
kegiatan industri perdagangan sampai dengan industri kreatif dan pariwisata.
“Saya minta kawasan ini (PLBN Aruk) dijaga betul dan ekspornya terus ditingkatkan dan produknya juga lebih beragam,” tandasnya.
Pada kesempatan itu Midji juga berkesempatan melepas ekspor harian. Komoditas yang diekspor berupa produk pertanian dan perikanan dengan nilai devisa sebesar Rp149 juta. Untuk produk pertanian, ada buah naga sebanyak 1,4 ton, jeruk 300 kilogram, petai 300 kilogram, ubi jalar 200 kilogram, talas 100 kilogram, kelapa 19 ton, pisang dua ton, bawang merah 400 kilogram dengan total Rp72,4 juta. Lalu untuk perikanan ada ekspor ubur-ubur sebanyak 4,6 ton senilai Rp74 juta. (Fai)
KalbarOnline, Sambas –
Meski sudah dibangun megah oleh Pemerintah Indonesia, Pos Lintas Batas
Negara (PLBN) Aruk masih belum dianggap sebagai pintu ekspor oleh pihak
Malaysia. Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi lintas instansi yang
membahas percepatan pembangunan wilayah perbatasan Aruk sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi baru di PLBN Aruk, Sambas, Senin (10/2/2020) lalu. Artinya, belum ada
kesamaan persepsi antara Indonesia dengan Malaysia terkait pintu ekspor (dry
port) di Aruk, Kabupaten Sambas dengan Biawak, Sarawak.
“Kalbar (Indonesia) sudah menganggap PLBN Aruk sebagai pintu
ekspor, sementara pihak Sarawak (Malaysia) belum,” ujar Gubernur Kalbar, Sutarmidji
usai membuka rakor tersebut.
Menurutnya, masalah ini menjadi salah satu pekerjaan rumah
(PR) yang harus diselesaikan. Namun, kata dia, melalui rakor itu, pihak Konsulat
Jenderal RI di Kuching menyatakan siap menyampaikan usul ke pihak Sarawak,
Malaysia agar Biawak juga dijadikan pintu ekspor.
“Dirjen Perdagangan Luar Negeri juga harus berupaya melobi
Malaysia untuk supaya sama-sama menjadikan pintu ekspor seperti di Badau,” pintanya.
Hal ini semakin diperparah dengan keberadaan Sosek Malindo (Sosial,
Ekonomi, Malaysia – Indonesia) yang kurang memberikan kontribusi maksimal. Harusnya,
kata Midji, persoalan di bidang ekonomi seperti ini bisa dicarikan jalan keluar
lewat hubungan kerja sama bilateral tersebut (Sosek Malindo).
“Ini saya tidak tahu. Tidak jelas apa yang dikerjakan mereka
(Sosek Malindo). Buktinya tidak ada gregetnya selain budaya, cuma olahraga
sepeda-sepedaan, padahal namanya Sosek Malindo tetapi ekonominya tidak
kelihatan. Nah, itu yang harus dibenahi ya,” tukasnya.
Kendati demikian, kegiatan ekspor di Aruk diketahui sudah
mulai berjalan sejak akhir tahun lalu walau dalam aktivitasnya terpaksa
dilakukan di zona netral, dengan membawa barang ekspor untuk bongkar muat ke angkutan-angkutan
dari Malaysia.
“Jadi tidak efisien. Tapi jumlah ekspornya mulai Desember
kemarin progresnya terus meningkat,” kata pria yang akrab disapa Midji ini.
Sayangkan komoditas
ekspor di Aruk hanya produk mentah
Di kesempatan itu, orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura ini
turut menyayangkan komoditas ekspor di Aruk rerata merupakan produk pertanian
mentah. Padahal, kata dia, masih banyak potensi yang bisa diolah sebelum dijual
ke luar negeri seperti salah satunya kelapa. Hal lain yang juga mengagetkan
menurutnya adalah ekspor jagung. Padahal Kalbar sendiri masih membutuhkan
jagung sebagai pakan ternak yang murah.
“Nah, banyak hal yang tadi juga kami bahas dan sudah diinventaris
semua masalahnya. Nanti akan kami bahas kembali,” katanya. Termasuk soal
bagaimana ke depan membuat kawasan Pantai Temajuk sebagai objek wisata andalan
Kalbar. Untuk mulai menggaungkannya, perbatasan Temajuk di Kecamatan Paloh
perlu dilengkapi dengan beberapa fasilitas. Masalah tata ruang wilayah dan
tanah, maupun pintu keluar masuk resmi bagi orang dari luar negeri juga diatur.
“Di sana itu hanya bisa masuk untuk kendaraan roda dua, tapi
pengunjungnya ramai, wisatawan yang dari Kuching dari Malaysia juga bisa masuk
dari situ, termasuk yang dari luar Malaysia,” bebernya.
Dirinya berharap semua peluang bisa ditangkap. Mulai dari
kegiatan industri perdagangan sampai dengan industri kreatif dan pariwisata.
“Saya minta kawasan ini (PLBN Aruk) dijaga betul dan ekspornya terus ditingkatkan dan produknya juga lebih beragam,” tandasnya.
Pada kesempatan itu Midji juga berkesempatan melepas ekspor harian. Komoditas yang diekspor berupa produk pertanian dan perikanan dengan nilai devisa sebesar Rp149 juta. Untuk produk pertanian, ada buah naga sebanyak 1,4 ton, jeruk 300 kilogram, petai 300 kilogram, ubi jalar 200 kilogram, talas 100 kilogram, kelapa 19 ton, pisang dua ton, bawang merah 400 kilogram dengan total Rp72,4 juta. Lalu untuk perikanan ada ekspor ubur-ubur sebanyak 4,6 ton senilai Rp74 juta. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini