KalbarOnline, Sambas – Bakal Calon Bupati Sambas, Mulyadi mengaku sependapat dengan Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang menyayangkan komoditas ekspor di PLBN Aruk rata-rata hanya merupakan produk pertanian mentah. Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah daerah setempat untuk memaksimalkan potensi PLBN Aruk yang sudah dibangun megah oleh Pemerintah Pusat.
“Rata-rata hanya berupa produk pertanian mentah tanpa ada produk turunan. Sambas dengan potensi yang besar seharusnya sudah bicara mengenai produk turunan. Misalkan dari jeruk, harusnya sudah ada produk turunannya, misalnya sirup jeruk,” ujarnya saat diwawancarai di Teluk Keramat belum lama ini.
Pontianak, kata Mulyadi, meskipun memiliki lahan pertanian yang terbatas, hanya berbekal lahan seluas kurang lebih 800 hektar sebagai kawasan agribisnis bisa menjadi pusat pengembangan aloe vera nasional.
“Home industry aloe vera di Pontianak sudah mampu memproduksi 30 turunan produk berbahan baku aloe vera. Tak sedikit hasil-hasil pertanian di Pontianak yang jadi andalan. Tentu Sambas dengan potensi SDA yang sangat luar biasa tentu mampu jika dikelola dengan baik,” tukasnya.
Kemudian, produk mentah yang diekspor, kata bacalon yang mengusung jargon #AbangDesa (Ayo Bangun Desa) ini, juga masih belom optimal dan masih cukup rendah yakni berada di angka Rp800 juta – Rp1.2 miliar. Tak berbanding lurus dengan potensi SDA dan SDM yang dimiliki Sambas. Dari data PLBN Aruk, barang Malaysia yang masuk per Desember 2020 di antaranya 290 ton beras, 70 ton sosis, 184 ton gula pasir, 117 ton minyak goreng, 130 ton gas, 20 ton bawang putih, 60 ton kentang, 26 ton daging sapi dan 10 ton milo.
“Tentu ini adalah tantangan besar untuk Sambas dengan potensi SDA dan SDM yang dimiliki bahkan sebagai daerah yang dijuluki lumbung pangannya Kalbar, apa harus impor produk pangan seperti beras dan minyak goreng,” tukasnya.
“Oleh karena itu, kita harus lebih fokus lagi menggarap dan meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, perikanan, peternakan yang semuanya itu secara potensi telah dimiliki Sambas. Kita seharusnya lebih memikirkan bagaimana menjawab tantangan sekarang ini dan di masa depan. Bagaimana kita bisa memanfaatkan SDA dan SDM serta kemajuan teknologi ini untuk menciptakan lebih banyak lagi keragaman komoditas produk pertanian, perikanan dan peternakan sampai pada produk turunannya. Sehingga tercipta lapangan kerja baru agar anak-anak muda kita terselamatkan dan juga bagaimana menghadirkan biaya hidup yang terjangkau untuk seluruh masyarakat,” timpalnya.
Ke depan, kata dia, Sambas sudah harus mengembangkan generasi petani muda yang berjiwa bisnis dan entepreneurship. Petani yang dimaksud, jelas Mulyadi, petani yang mampu berproduksi dan meningkatkan hasil secara kontinyu dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan alias berkualitas, mewujudkan pengembangan ekonomi kerakyatan terutama di sektor pertanian sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani turut meningkat.
“Jadi kita selesaikan terlebih dulu masalah di hulunya, tentu masalah hilirnya (maksimalkan PLBN Aruk) akan mengikuti. Saya optimis lewat program yang dimaksimalkan dari desa (#AbangDesa), petani muda Sambas akan mampu membangun industri pertanian di negeri ini sampai pada produk turunannya. Pemerintah daerah bersama perguruan tinggi khususnya Poltesa Sambas juga harus sinergis untuk menjawab kebutuhan industri dan pengembangan daya saing. Di mana pendidikan politeknik itu harus adaptif betul dengan kebutuhan industri dan potensi SDA yang dimiliki Sambas,” tegasnya.
“Mari bangun Sambas dari desa. Hanya itu yang bisa menjadikan Sambas tangguh dan maju,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur Sutarmidji menyatakan bahwa dirinya sangat menyayangkan komoditas ekspor di PLBN Aruk rerata merupakan produk pertanian mentah. Padahal, kata dia, banyak potensi yang bisa diolah sebelum dijual ke luar negeri seperti salah satunya kelapa. Hal lain yang juga mengagetkan menurutnya adalah ekspor jagung. Padahal Kalbar sendiri masih membutuhkan jagung sebagai pakan ternak yang murah.
“Yang diekspor rata-rata produk pertanian yang tidak diolah. Padahal masih ada yang bisa diolah seperti kelapa. Yang saya kaget itu ada ekspor jagung di sini, sedangkan Kalbar butuh jagung untuk pakan ternak supaya murah,” ujarnya saat diwawancarai usai membuka rapat koordinasi lintas instansi yang membahas percepatan pembangunan wilayah perbatasan Aruk sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di PLBN Aruk, Sambas, Senin (10/2/2020) lalu. (Fai)
Comment