KalbarOnline.com – Koordinator dalam upaya penanggulangan virus Ebola di Republik Demokratik Kongo (DRC), Jean-Jacques Muyembe menyerukan pihak-pihak terkait untuk mengambil pelajaran penting dari Kongo saat melawan wabah Ebola, agar bisa diterapkan juga saat memerangi wabah COVID-19 saat ini.
Menurutnya, kepanikan akibat COVID-19 yang terjadi saat ini, sangatlah mirip dengan kondisi yang terjadi saat virus Ebola melanda Kongo. “Hal tersebut disebabkan karena masyarakat tidak siap atau terbiasa dengan penyakit baru ini,” ujar Muyembe, yang juga menjabat Kepala laboratorium dari Lembaga Penelitian Biomedis Nasional (IRNB) di Kinshasa.
Ahli epidemiologi asal Kongo tersebut mengatakan, seperti dilansir Xinhua, bahwa perlu waktu yang lama untuk mengembangkan obat dan vaksin Ebola, dan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk membantu mempercepat pengembangan vaksin COVID-19.
Muyembe menunjukkan bahwa ada kesamaan yang kuat antara COVID-19 dengan epidemi virus Ebola, yang masih berkecamuk di Kongo. Namun, tingkat kematian COVID-19 yang tinggi dari kasus-kasus parah di seluruh dunia menyebabkan kepanikan.
Menurutnya, langkah-langkah yang diambil untuk melawan epidemi virus Ebola juga dapat diterapkan untuk melawan COVID-19 dan langkah-langkah tersebut cocok digunakan untuk melawan dua virus sekaligus, khususnya rajin mencuci tangan dan memakai masker wajah.
“Tantangan besar bagi para ilmuwan adalah untuk mengidentifikasi “penyimpanan” virus Ebola sejak kemunculannya di Kongo. Hal yang sama juga berlaku untuk COVID-19. Tidak ada yang dapat mengidentifikasi hewan-hewan yang membawa virus tersebut di masyarakat,” imbuhnya.
“Walaupun Kongo tidak mengisolasi kota-kota yang dilanda oleh epidemi virus Ebola, negara tersebut telah mengisolasi kasus-kasus yang dikonfimasi,” ujar Muyembe, seraya memuji tindakan keras yang diambil oleh Tiongkok untuk mencegah peredaran virus tersebut.
“Kemauan politik yang kita saksikan di Tiongkok adalah satu-satunya cara untuk menanggulangi epidemi tersebut. Masyarakat di negara yang terkena dampak sangat berkomitmen dan berpartisipasi secara besar-besaran dalam memerangi epidemi tersebut dengan cara mengamati langkah-langkah pencegahan,” sebut Muyembe.
Dalam pandangannya, penyebaran virus yang cepat di negara berpenduduk padat seperti Tiongkok membutuhkan langkah-langkah keras untuk membendung tingkat kematian dan infeksi di belahan dunia lainnya sembari menunggu pengobatan yang efektif.
Untuk melawan epidemi tersebut, komitmen publik dan politik diperlukan. “Kami juga telah melihat apa yang sedang terjadi di Tiongkok. Sudah ada komitmen politik yang kuat dan banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam upaya penanggulangan virus tersebut,” tambahnya.
“Inilah yang penting bagi kami untuk memutus rantai penularan,” pungkas Muyembe.[asa]
Comment