Merasa lebih lelah daripada biasanya memang merupakan gejala umum kehamilan. Untuk mengatasinya, Mums tak perlu merasa bersalah jika bawaannya ingin tidur siang. Karena nyatanya, tidur siang memberikan banyak manfaat untuk kesehatan Mums dan janin, lho. Kita bahas lebih lanjut, yuk!
Mengapa Hamil Melelahkan?
Bukan rahasia lagi, kehamilan adalah sebuah fase besar untuk Mums dan calon buah hati. Banyak kejadian penting yang terjadi selama kurang lebih 40 minggu ini. Selain mual dan muntah, perubahan hormon di trimester pertama akan membuat Mums merasa lebih lelah daripada biasanya.
Salah satu hormon yang melonjak sangat drastis adalah progesteron, yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan janin, sebelum terbentuknya plasenta di usia kehamilan 8-10 minggu. Tak heran, progesteron disebut juga sebagai hormon kehamilan karena berperan sangat penting untuk kesuksesan kehamilan.
Rasa lelah juga akan sangat Mums rasakan saat kehamilan memasuki trimester ketiga. Di samping pengaruh beban janin yang semakin berat, Mums akan mulai sulit tidur. Hal itu diakibatkan oleh susahnya mendapatkan posisi tidur yang nyaman, nyeri pinggang, sensasi panas di dada (heartburn), serta frekuensi buang air kecil yang semakin sering.
Walau begitu, tak sepanjang masa kehamilan Mums akan kelelahan, kok. Di trimester kedua, kadar hormon cenderung stabil, rasa mual dan frekuensi muntah berkurang, serta ukuran perut belum terlalu besar, sehingga Mums lebih mudah untuk beraktivitas. Itulah kenapa trimester ini dinamakan “happy trimester” atau fase kehamilan yang paling menyenangkan!
Baca juga: Penyebab dan Cara Mencegah BAB Hitam saat Hamil
Tidur Siang, Bermanfaat untuk Bumil
Semenjak dewasa, tidur siang memang bukan agenda yang rutin dilakukan. Namun, ini pengecualian untuk para ibu hamil. Karena faktanya, bumil yang rutin tidur siang akan melahirkan anak yang lebih sehat!
Tim peneliti dari Huazhong University of Science and Technology di Wuhan, Cina, menemukan kaitan antara rutinitas tidur siang dengan rendahnya risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) hingga 29%.
Dikatakan bahwa kebiasaan tidur siang selama 1-1,5 jam setiap hari memperlihatkan hasil positif pada 10.000 partisipan yang mengikuti penelitian Healthy Baby Cohort di tahun 2012-2014.
Frekuensi tidur siang juga ikut berperan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita yang tidur 5-7 hari seminggu memiliki kemungkinan 22% lebih kecil untuk memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah.
Memang, penelitian ini bukan eksperimen terkontrol, sehingga tidak bisa serta-merta membuktikan bahwa kebiasaan tidur ibu hamil bisa memengaruhi berat lahir bayi. Namun tetap saja, temuan ini menambahkan fakta tentang pentingnya kecukupan istirahat untuk kehamilan.
Perlu Mums ketahui, seorang bayi dikatakan BBLR jika terlahir dengan berat kurang dari 2.500 gram atau 2,5 kg. Risiko BBLR ini patut Mums waspadai karena bayi dengan berat lahir yang rendah tidak sekuat bayi dengan berat lahir normal.
Secara umum, semakin rendah berat lahir, semakin besar risiko komplikasi. Beberapa masalah umum bayi berat lahir rendah meliputi:
- Kadar oksigen rendah saat lahir.
- Penurunan suhu tubuh (hipotermia) karena kekurangan lemak tubuh.
- Kesulitan menyusu atau makan, yang berefek pada penambahan berat badan.
- Infeksi.
- Masalah pernapasan.
- Masalah sistem saraf, seperti perdarahan di dalam otak (perdarahan intraventrikular).
- Masalah pencernaan, seperti radang usus yang serius (necrotizing enterocolitis).
- Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS)
Tak sampai di situ, komplikasi BBLR juga bisa berlanjut hingga usia dewasa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa seseorang yang terlahir dengan berat lahir rendah akan lebih berisiko menderita hipertensi, penyakit jantung, obesitas, hingga resistensi insulin yang berujung pada diabetes melitus tipe 2.
Baca juga: Hipertensi dalam Kehamilan, Akan Selalu Berujung Eklampsia?
Namun, Perlu Diingat….
Tidur siang tidak akan bisa menggantikan peran tidur malam. Tetap saja, Mums membutuhkan tidur malam sekurangnya 8 jam. Pasalnya, tubuh memiliki ritme sirkadian (circadian rhythm), yang mengatur siklus tidur-bangun setiap 24 jam. Ritme ini merupakan proses biologis yang mengatur dan mengoordinasikan banyak fungsi tubuh, termasuk metabolisme.
Ritme inilah yang “memerintahkan” tubuh kapan saatnya tidur dan kapan waktunya makan. Jika ritme ini berubah dan tidak berjalan sebagaimana semestinya, kesehatan Mums pun akan terganggu.
Efek yang bisa langsung dirasakan adalah merasa lebih lelah, emosional, serta susah berkonsentrasi. Sementara jika hal ini terus berlanjut, dapat memengaruhi kesehatan Mums secara keseluruhan dan rentan terhadap penyakit yang lebih serius, seperti obesitas, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Penelitian lain juga menemukan bahwa calon ibu yang tidur kurang dari 6 jam di malam hari berpotensi 4,5 kali lebih besar untuk menjalani operasi caesar. Rata-rata, lama persalinan mereka pun adalah 10 jam atau lebih lama dibandingkan dengan ibu yang tidur 7 jam atau lebih. (AS)
Baca juga: Bahasa Cinta Tidak Dikomunikasikan, Pernikahan Rawan Perselingkuhan
Sumber
Reuters. Naps During Pregnancy.
American Pregnancy. Fatigue During Pregnancy.
NHS. Sleep and Tiredness.
Comment