KalbarOnline.com – Penularan virus Korona lewat transmisi lokal di Singapura rendah dalam beberapa pekan terakhir, namun negara tersebut tetap bersiap menghadapi gelombang kedua infeksi. Kabar baiknya adalah vaksin sedang dikembangkan di Singapura.
Uji klinis pada manusia dimulai bulan lalu ketika sukarelawan mendapat dosis vaksin. Karena itu Singapura berpacu dengan waktu mana lebih dulu. Vaksin dulu yang siap, atau gelombang kedua pandemi yang akan menyerang negara itu.
- Baca juga: Klaster Baru Covid-19 Muncul di Singapura, Salah Satunya Tempat Wisata
Wakil Direktur Program Penyakit Menular di Sekolah Kedokteran Duke-NUS Ooi Eng Eong mengapresiasi pengembangan vaksin oleh para peneliti. Dan uji klinis sudah dimulai.
“Ada keuntungan sekarang karena uji klinis telah dimulai. Jika gelombang berikutnya menghantam selama uji coba fase III, maka kami mungkin bisa mendapatkan jawaban yang lebih cepat, apakah vaksin itu efektif atau tidak,” katanya seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis (3/9).
“Dan semakin cepat kita mendapatkannya, semakin cepat kita bisa mendapatkan vaksin yang tersedia untuk semua orang,” tambahnya.
Vaksin yang diuji disebut Lunar-Cov19 dan dikembangkan bersama oleh Duke-NUS Medical School serta perusahaan farmasi Amerika Serikat Arcturus Therapeutics. Vaksin itu sudah menunjukkan respons yang menjanjikan pada tikus.
Biasanya, uji klinis vaksin melibatkan tiga fase. Fase I biasanya kurang dari 100. Pada fase kedua jumlah relawan bertambah menjadi beberapa ratus, sedangkan fase terakhir biasanya melibatkan ribuan orang untuk mengetahui kemanjuran vaksin.
Untuk mempercepat pengembangan Lunar-Cov19, para peneliti telah menggabungkan fase I dan II. Sekitar 100 orang sudah mendapatkan calon vaksin. Mereka dipilih dari 250 lebih orang yang menjadi sukarelawan.
“Karena tidak sembarang orang bisa menjadi sukarelawan,” kata peneliti vaksin Lunar-Cov19, Shirin Kalimuddin.
“Ini pertama kalinya (vaksin investigasi) diberikan pada manusia. Jadi kami perlu memastikan relawan dalam keadaan sehat, dan kondisi medis apapun yang mereka alami terkontrol dengan baik,” ujarnya.
Kelompok relawan pertama harus lulus semua tes skrining termasuk elektrokardiogram dan berbagai tes darah sebelum mereka dapat mengikuti uji coba. Seorang relawan yang tidak mau disebutkan namanya berharap dengan mengikuti penelitian klinis ini, dia dapat membantu para dokter untuk lebih memahami tentang virus dan mempercepat prosesnya. “Tidak ada yang perlu ditakuti,” katanya.
Comment