Vaksin Covid-19 Sputnik V Diklaim Efektif dan Efek Samping Ringan

KalbarOnline.com – Akhir pekan lalu Kementerian Kesehatan Rusia mengumumkan hasil positif dari vaksin Covid-19. Mereka mengumumkannya lewat sebuah makalah di The Lancet. Meski menjadi kontroversi karena tak melakukan penelitian sesuai tahapan, tetapi vaksin Sputnik V tersebut diklaim menunjukkan hasil positif.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Dalam studi ini, dilansir dari Science The Wire, Selasa (8/9), para peneliti di Institut Gamaleya memberikan dua komponen vaksin mereka kepada sekelompok sukarelawan dewasa yang sehat untuk menentukan kemampuan memprovokasi respons kekebalan, dan keamanannya. Komponen-komponen ini adalah varian dari adenovirus (umumnya terkait dengan infeksi saluran pernapasan pada manusia), yang dimodifikasi secara genetik untuk membawa gen yang sesuai dengan lonjakan glikoprotein virus SARS-CoV-2.

  • Baca juga: Rusia Sebut Vaksin Covid-19 Sputnik V Hanya untuk Pasar Dalam Negeri

Dengan menggunakan komponen ini, peneliti Rusia mengembangkan dua formulasi vaksin yang mereka evaluasi secara terpisah pada masing-masing 38 pasien. Ini dirancang sebagai studi fase 1/2 hybrid. Pada fase 1, pasien di kedua kelompok percobaan yakni 76 orang, menerima salah satu komponen secara intramuskular dan dievaluasi keamanannya selama 28 hari. Pada fase 2, dengan 20 dari 38 pasien menerima salah satu komponen diberikan komponen lainnya pada hari ke 21 sebagai booster.

Baca Juga :  Pengelola Doma Museum Tak Sadar Lukisan Koleksinya Dicuri

Efek Samping Ringan

Para peneliti melaporkan bahwa vaksin itu aman. Relawan mengalami efek samping lokal (di tempat suntikan) dan sistemik (umum) seperti nyeri, demam, dan sakit kepala, tetapi sebagian besar ringan. Peneliti juga mencatat bahwa komponen vaksin dapat memicu respons imun.

Sekitar 84-89 persen peserta memiliki antibodi yang dapat dibuktikan melawan SARS-CoV-2 dalam darah mereka pada hari ke-14 dan 100 persen pada hari ke-21. Dosis penguat pada hari ke-21 tercatat secara signifikan meningkatkan kadar antibodi seminggu setelah pemberian.

Para peneliti juga melaporkan bahwa mereka yang menerima kedua komponen vaksin memiliki tingkat antibodi yang lebih kuat daripada mereka yang hanya menerima satu dari mereka. Peneliti juga menunjukkan bahwa tingkat antibodi terhadap lonjakan protein pada relawan yang menerima vaksinasi sebanding dengan antibodi anti-SARS-CoV-2 pada pasien Rusia yang (secara alami) terinfeksi COVID-19 dan sembuh.

Secara objektif, uji coba itu diklaim sukses. Hal itu membuktikan bahwa vaksin Rusia aman dan efektif secara teori. Vaksin Rusia diragukan karena tak melengkapi uji coba fase 3.

Baca Juga :  Perdana, Nakes Lansia di RSCM Divaksinasi Covid-19, Tertua 76 Tahun

Dalam uji coba fase 3, para peneliti secara ketat menguji ribuan pasien, seringkali termasuk orang tua yang mungkin tidak fit, dan yang menerima vaksin dan menghadapi risiko infeksi, sehingga mencerminkan seberapa efektif dan aman vaksin tersebut. Inilah mengapa keputusan Rusia untuk menyetujui vaksin Sputnik V sebelum uji coba fase 3 mendapat perhatian yang signifikan.

Meski begitu, sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyindir Rusia. Kepala WHO mengatakan mereka tidak akan merekomendasikan vaksin Covid-19 apa pun sebelum terbukti aman dan efektif. Bahkan ketika Rusia dan Tiongkok telah mulai menggunakan vaksin eksperimental mereka sebelum studi besar selesai termasuk uji coba di negara lain.

Pada konferensi pers Jumat (4/9), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sejumlah vaksin telah berhasil digunakan selama beberapa dekade. Di antaranya untuk pemberantasan cacar dan polio. Namun itu semua sudah melewati tahap aman.

“Saya ingin meyakinkan publik bahwa WHO tidak akan mendukung vaksin yang tidak efektif dan aman,” kata Tedros seperti dilansir The Inquirer.

Comment