Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Sabtu, 12 September 2020 |
KalbarOnline.com – Wali Kota Bogor Bima Arya menilai melonjaknya kasus Covid-19 saat ini tidak akan terjadi jika Presiden Joko Widodo sejak awal pandemi mengambil kebijakan lockdown. Menurutnya, penerapan lockdown di tengah angka kasus yang sudah semakin tinggi hanya akan membuat kehidupan masyarakat kian kompleks.
“Kalau saja 6 bulan lalu, 5 bulan lalu, atau 3 bulan pertama serempak presiden sampaikan nomor 1 kesehatan, kita lockdown semua, luar biasa itu,” kata Bima dalam diskusi bertajuk PSBB Lagi?, Sabtu (12/9).
Bima menilai, ketika sekarang dilakukan lockdown, maka harus ada perhitungan matang untuk membantu ekonomi rakyat. “Data ekonomi di bawah sangat mengerikan,” jelasnya.
Atas dasar itu, Bima beranggapan pemerintah melewatkan momen emas untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Jika pemutusan dilakukan ketika wabah baru masuk, maka prosesnya tidak serumit ketika sudah semasif sekarang.
“Menurut saya begitu, tapi better late than never, artinya sekarang yang diperlukan adalah kewenangan protokol kesehatan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, sejak awal Covid-19 terdeteksi masuk ke Indonesia, dia mengaku sudah meminta Kementerian Perhubungan untuk menutup bandara dari penerbangan internasional khususnya Tiongkok. Namun, usulan tersebut ditolak, dengan alasan 40 persen turis yang datang berasal dari Tiongkok.
“Betul kata Pak Wali Kota (Bima Arya) tadi. Dulu itu saya setengah mati lockdown, sampai hari inipun mazhab saya masih lockdown,” tambahnya.
Menurut Agus, akan sulit melakukan tracing dan pengujian apabila tida dilakukan lockdown. Sebab, pergerakan orang akan terus terjadi. “Lalu bagaimana, biaya sudah dikeluarkan sangat besar dan hampir tidak bisa membereskan ini, kemudian tenaga juga sudah habis-habisan, akhirnya orang berargumentasi,” pungkasnya.
KalbarOnline.com – Wali Kota Bogor Bima Arya menilai melonjaknya kasus Covid-19 saat ini tidak akan terjadi jika Presiden Joko Widodo sejak awal pandemi mengambil kebijakan lockdown. Menurutnya, penerapan lockdown di tengah angka kasus yang sudah semakin tinggi hanya akan membuat kehidupan masyarakat kian kompleks.
“Kalau saja 6 bulan lalu, 5 bulan lalu, atau 3 bulan pertama serempak presiden sampaikan nomor 1 kesehatan, kita lockdown semua, luar biasa itu,” kata Bima dalam diskusi bertajuk PSBB Lagi?, Sabtu (12/9).
Bima menilai, ketika sekarang dilakukan lockdown, maka harus ada perhitungan matang untuk membantu ekonomi rakyat. “Data ekonomi di bawah sangat mengerikan,” jelasnya.
Atas dasar itu, Bima beranggapan pemerintah melewatkan momen emas untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Jika pemutusan dilakukan ketika wabah baru masuk, maka prosesnya tidak serumit ketika sudah semasif sekarang.
“Menurut saya begitu, tapi better late than never, artinya sekarang yang diperlukan adalah kewenangan protokol kesehatan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, sejak awal Covid-19 terdeteksi masuk ke Indonesia, dia mengaku sudah meminta Kementerian Perhubungan untuk menutup bandara dari penerbangan internasional khususnya Tiongkok. Namun, usulan tersebut ditolak, dengan alasan 40 persen turis yang datang berasal dari Tiongkok.
“Betul kata Pak Wali Kota (Bima Arya) tadi. Dulu itu saya setengah mati lockdown, sampai hari inipun mazhab saya masih lockdown,” tambahnya.
Menurut Agus, akan sulit melakukan tracing dan pengujian apabila tida dilakukan lockdown. Sebab, pergerakan orang akan terus terjadi. “Lalu bagaimana, biaya sudah dikeluarkan sangat besar dan hampir tidak bisa membereskan ini, kemudian tenaga juga sudah habis-habisan, akhirnya orang berargumentasi,” pungkasnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini