KalbarOnline.com-Naomi Osaka meraih gelar grand slam ketiga dalam karirnya hari ini (13/9). Petenis asal Jepang tersebut mengangkat trofi grand slam Amerika Serikat terbuka dengan mengalahkan Victoria Azarenka dalam tiga set yang berakhir dengan 1-6, 6-3, dan 6-3 di Arthur Ashe Stadion, New York City.
Penampilan Osaka pada US Open 2020 ini sangat luar biasa. Dia tidak hanya memperlihatkan keahlian dan kecakapan sebagai pemain tenis. Namun, Osaka juga mendemonstrasikan kepedulian sosial tingkat tinggi. Petenis keturunan Jepang dan Haiti itu tidak segan untuk berbicara dengan lantang soal ketimpangan dan ketidakadilan rasial.
Dalam enam pertandingan terakhir, Osaka memakai masker bertuliskan nama-nama warga kulit hitam yang menjadi korban kekerasan rasial. “Saya merasa bahwa di titik ini, saya membuat orang-orang mulai berani berbicara,” kata Osaka kepada CNN.
Di final, dia memberikan tribute kepada Tamir Rice, seorang remaja berusia 12 tahun yang ditembak oleh polisi di Cleveland pada 2014.
- Baca Juga: Petenis No 27 Dunia jadi Penghalang Serena Raih Grand Slam ke-24
Di arena pertandingan, Osaka yang tampik buruk pada set pertama, berhasil bangkit dalam dua set berikutnya. Setelah memastikan kemenangan, dia telentang di lapangan. Matanya melihat ke atas, menatap kosong ke arah langit.
Arthur Ashe Stadium kosong karena tidak ada penonton akibat pandemi gobal Covid-19. Kemenangannya hanya diiringi oleh tepukan ofisial dan pelatihnya. Namun, hati Osaka riuh oleh kegembiraan yang dalam.
“Sekarang, saya merasa lebih komplet sebagai seorang pemain,” ucapnya.
Osaka baru berusia 22 tahun. Namun, dia sudah mencapai level tertinggi dalam karirnya. Osaka merupakan petenis perempuan dengan pendapatan tertinggi di dunia versi Forbes. Tahun lalu, dia mendulang USD 37 juta (Rp 555,127 miliar).
Osaka juga merupakan pemain putri pertama yang meraih tiga grand slam saat masih di bawah 23 tahun sejak legenda Rusia Maria Sharapova melakukannya pada 2008. Mantan petenis nomor satu dunia ini juga merupakan petenis putri pertama yang bisa juara setelah kalah pada set pertama sejak 1994.
Azarenka sendiri tidak terlalu kecewa dengan kekalahannya. Setelah berjuang dengan serangkaian cedera, mantan petenis nomor satu dunia asal Belarusia itu ternyata masih memiliki api yang membawanya ke final grand slam.
“Saya memang tidak terlalu kecewa. Namun saya sangat sakit. Sangat menyakitkan kalah karena sudah sedekat ini menjadi juara,” kata Azarenka.
“Tapi, tidak ada yang berubah. Saya tidak akan duduk di sini, mengutuki diri, dan menjadi orang paling sengsara di dunia. Saya sudah menjalani dua pekan yang luar biasa. Saya bahagia dengan diri saya sendiri,” tambahnya.
Comment