KalbarOnline.com – Salah satu kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok adalah sektor pariwisata. Djauhari Oratmangun sebagai Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia, mengatakan bahwa Indonesia memberikan perhatian lebih pada pariwisata. Hal itu karena menjadi salah satu pengetuk pintu paling efektif demi terjalinnya interaksi positif antara kedua negara.
Hanya saja, pada Januari 2020, akibat pandemi Covid-19, kunjungan warga Tiongkok mengalami penurunan sebesar 7,62 persen dibandingkan Desember 2019. Selama pandemi ini berlangsung, baik Indonesia maupun Tiongkok menutup penerimaan kunjungan turis asing. Hal itu membuat pendapatan ekonomi yang di dapat dari pariwisata baik pihak Indonesia maupun Tiongkok mengalami penurunan yang drastis.
“Dalam masa pandemi ini, sektor pariwisata menjadi salah satu yang terkena dampak cukup signifikan, dan menjadi sektor yang diimpikan ketika pandemi berakhir. PPI Tiongkok berkomitmen menjadi jembatan penghubung antara Indonesia dan Tiongkok di dalam sektor pariwisata melalui platform CITRA (China-Indonesia Travel),” ujar Nikkolai Ali Akbar Velayati, Ketua Umum PPI Tiongkok, dalam keterangan resminya kepada KalbarOnline.com.
Di tengah pandemi, Tiongkok lebih dulu bangkit dibandingkan negara lainnya. Itu setelah keberhasilan negara yang dipimpin Xi Jinping tersebut dalam penanganan wabah. Berdasar itu, Indonesia bekerja sama dengan Tiongkok lewat kerja sama internasional dalam pengembangan vaksin yakni Biofarma dan Sionovac.
Terkait pariwisata, Indonesia juga bisa mencontoh Tiongkok untuk membangun fasilitas wisata baru. Tujuannya untuk menetralisir stres yang dialami oleh masyarakat selama masa PSBB berlangsung, dan manfaat ke depannya untuk dapat dijadikan destinasi baru untuk para turis asing yang akan berkunjung ke Indonesia maupun Tiongkok.
Diharapkan setelah pandemi berakhir, hubungan Indonesia-Tiongkok khususnya mengenai pariwisata akan tambah erat dan saling menguntungkan. Hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok sendiri sudah berlangsung selama 70 tahun.
Dalam keterangannya, PPI Tiongkok menyebut bahwa Dubes Djauhari sejak 2018 lalu memfokuskan pengembangan pariwisata antara Indonesia dan Tiongkok. “Pertama, kami meyakini, Indonesia merupakan destinasi yang dicari dan diimpikan oleh travelers Tiongkok. Kedua, dalam diplomasi, diperlukan hubungan yang baik, people to people contact, yang dilanjutkan dengan berkunjung dan berdatangan. Ketiga, setelah itu melihat langsung alam dan budaya Indonesia, bisa dibangun kerja sama perdagangan dan investasi,” ungkap Djauhari.
Terkait pariwisata, Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping menyempatkan bertukar pikiran pada November 2018 silam di Port Moresby, Papua Nugini, dalam KTT APEC. Kala itu, Jokowi meminta agar turis dari Tiongkok tetap menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata pada 2019.
Permintaan Jokowi kala itu langsung dijawab oleh Xi Jinping. Bahkan, ada 3 poin penting yang disampaikan Xi Jinping. Pertama, akan mengirim wisatawan ke Indonesia, baik ke Bali maupun di banyak destinasi lain di luar Bali, dengan target minimal 3 juta orang. Kedua, akan memperbanyak direct flight menuju ke Indonesia dari Tiongkok. Ketiga, akan mengajak para investor Tiongkok untuk menanamkan modal di sektor pariwisata.
Dari hasil perjanjian tersebut yaitu pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia mencapai 16,11 juta kunjungan atau naik 1,88% dibandingkan jumlah kunjungan pada periode sebelumnya yang berjumlah 15,81 juta. Di antara data kunjungan tersebut warga Tiongkok merupakan salah satu yang mempengaruhi yaitu sebanyak 2,07 juta kunjungan.
Pada 2020, pandemi memang telah memukul industri pariwisata. Namun, baik Indonesia maupun Tiongkok yakin pariwisata akan bangkit kembali ketika pandemi berakhir.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment