Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 08 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Dua peneliti biokimia Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna sudah berkali-kali diberi sinyal sebagai penerima penghargaan Nobel. Namun, mereka tak pernah mendapatkan penghargaan akademik tertinggi sedunia itu. Baru tahun ini Royal Swedish Academy akhirnya memberi mereka gelar tersebut.
”Diberi petunjuk dan benar-benar mendapatkan (Nobel, Red) jelas berebeda. Saya sama sekali tak merasa ini hal yang nyata,” ungkap Charpentier seperti dilansir Agence France-Presse, Rabu (7/10).
Lingkaran pakar kimia punya alasan kuat menjagokan duo perempuan itu sebagai penerima Nobel selama bertahun-tahun. Nyatanya, temuan mereka benar-benar mengubah dunia seputar genetik. Mereka membuat para peneliti mampu mengubah struktur gen.
Inovasi mereka dimulai dari penelitian Charpentier. Ilmuwan asal Prancis itu tak sengaja menemukan molekul di bakteri. Molekul yang termasuk sistem imun pada bakteri tersebut punya kemampuan untuk memotong bagian DNA yang terjangkit virus.
Setelah artikel penelitiannya diterbitkan pada 2011, perempuan 51 tahun itu bekerja sama dengan Doudna. Mereka memodifikasi molekul tersebut menjadi alat untuk menggunting material genetik lainnya.
”Alat penyunting genetik ini menyimpan potensi yang akan mengubah masa depan. Tidak hanya memajukan kualitas panen, namun juga memunculkan inovasi dalam dunia medis,” ungkap Claes Gustafsson, ketua Komite Nobel Kimia.
Saat ini, CRISPR/Cas9 memang banyak digunakan oleh peneliti untuk memodifikasi produk pertanian atau buah agar lebih unggul. Namun, beberapa juga sudah mencoba alat tersebut untuk mengobati penyakit berbahaya seperti kanker.
Sebelum Charpentier dan Doudna, lembaga Nobel sudah memberikan penghargaan untuk kategori medis dan fisika. Harvey Alter, Michael Houghton, dan Charles Rice dinobatkan sebagai penerima Nobel Medis tahun ini karena penemuan hepatitis C. Sementara itu, Roger Penrose, Reinhard Genzel, dan Andrea Ghez menerima Nobel Fisika karena penelitian mereka mengenai lubang hitam.
KalbarOnline.com – Dua peneliti biokimia Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna sudah berkali-kali diberi sinyal sebagai penerima penghargaan Nobel. Namun, mereka tak pernah mendapatkan penghargaan akademik tertinggi sedunia itu. Baru tahun ini Royal Swedish Academy akhirnya memberi mereka gelar tersebut.
”Diberi petunjuk dan benar-benar mendapatkan (Nobel, Red) jelas berebeda. Saya sama sekali tak merasa ini hal yang nyata,” ungkap Charpentier seperti dilansir Agence France-Presse, Rabu (7/10).
Lingkaran pakar kimia punya alasan kuat menjagokan duo perempuan itu sebagai penerima Nobel selama bertahun-tahun. Nyatanya, temuan mereka benar-benar mengubah dunia seputar genetik. Mereka membuat para peneliti mampu mengubah struktur gen.
Inovasi mereka dimulai dari penelitian Charpentier. Ilmuwan asal Prancis itu tak sengaja menemukan molekul di bakteri. Molekul yang termasuk sistem imun pada bakteri tersebut punya kemampuan untuk memotong bagian DNA yang terjangkit virus.
Setelah artikel penelitiannya diterbitkan pada 2011, perempuan 51 tahun itu bekerja sama dengan Doudna. Mereka memodifikasi molekul tersebut menjadi alat untuk menggunting material genetik lainnya.
”Alat penyunting genetik ini menyimpan potensi yang akan mengubah masa depan. Tidak hanya memajukan kualitas panen, namun juga memunculkan inovasi dalam dunia medis,” ungkap Claes Gustafsson, ketua Komite Nobel Kimia.
Saat ini, CRISPR/Cas9 memang banyak digunakan oleh peneliti untuk memodifikasi produk pertanian atau buah agar lebih unggul. Namun, beberapa juga sudah mencoba alat tersebut untuk mengobati penyakit berbahaya seperti kanker.
Sebelum Charpentier dan Doudna, lembaga Nobel sudah memberikan penghargaan untuk kategori medis dan fisika. Harvey Alter, Michael Houghton, dan Charles Rice dinobatkan sebagai penerima Nobel Medis tahun ini karena penemuan hepatitis C. Sementara itu, Roger Penrose, Reinhard Genzel, dan Andrea Ghez menerima Nobel Fisika karena penelitian mereka mengenai lubang hitam.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini