Vaksinasi dapat melindungi si Kecil yang masih balita dari berbagai penyakit, seperti penyakit polio, cacar, dan masih banyak lagi. Namun, sama seperti beragam jenis pengobatan lainnya, vaksinasi pun bisa menimbulkan efek samping yang kurang menyenangkan.
Habis divaksinasi, anak demam? Biasanya, reaksi tertentu terhadap vaksinasi cenderung normal. Agar Mums tetap tenang ketika anak harus divaksinasi, ketahuilah hal-hal umum seputar vaksinasi pada anak di bawah ini!
Mengapa Ada Reaksi Demam Sesudah Anak Divaksinasi?
Vaksin adalah bahan antigenik yang merupakan campuran antara virus, bakteri, atau keduanya, kemudian dibuat menjadi lemah lewat proses di laboratorium. Salah satu elemen untuk membuat vaksin tersebut tentu saja sebagian partikel dari penyakit yang bisa mengancam kesehatan anak.
Reaksi ringan sebenarnya gejala normal, pertanda bahwa vaksinasi sedang bekerja. Tubuh si Kecil sedang membentuk antibodi baru untuk melawan virus. Gejala-gejalanya biasanya muncul sejak 2 hari setelah vaksin atau muncul demam dalam waktu 7 hari. Beberapa gejala yang dapat dialami si Kecil sebagai reaksi setelah vaksinasi adalah:
- Bintik, biasanya berwarna kemerahan pada bagian yang sudah disuntik.
- Bekas suntikan yang sedikit membengkak.
- Rewel
- Demam ringan.
- Susah tidur.
Baca juga: Perlukah Imunisasi Influenza bagi Bayi?
Terkadang, ketika mendapatkan vaksinasi untuk melawan bakteri pneumokokus (Pneumococcal vaccines), si Kecil akan mengalami gejala berupa pembengkakan pada bagian lengan atau tungkai. Kadang pembengkakan bisa terjadi pada sebagian atau seluruh lengan atau tungkai. Paling sering terlihat pada bagian lengan yang disuntik.
Demam mungkin hanyalah salah satu reaksi umum anak setelah mendapatkan vaksinasi. Meskipun jarang, beberapa gejala lainnya termasuk:
- Muntah-muntah.
- Merasa pusing.
- Tidak berselera makan.
Kapan Sebaiknya Mums Membawa si Kecil ke Dokter?
Sayangnya, ada beberapa kasus anak malah alergi berat terhadap vaksinasi yang sudah diberikan. Namun, biasanya alergi berat langsung terjadi sesudah vaksinasi. Gejalanya mulai terlihat sekitar beberapa menit atau beberapa jam.
Untuk amannya, Mums bisa melihat beberapa gejala yang tidak umum, seperti perubahan suasana hati atau perilaku, demam tinggi, serta tubuh melemah atau lemas. Kasus alergi parah terhadap vaksinasi cukup langka, yaitu dalam skala satu dari sejuta anak di dunia.
Meski demikian, ada baiknya Mums tetap waspada. Kabari dokter mengenai gejala-gejala yang dialami si Kecil sesudah vaksinasi, sehingga ia bisa segera mendapatkan bantuan medis yang diperlukan. Beberapa gejala alergi berat karena reaksi terhadap vaksinasi adalah:
- Sesak napas atau napas berbunyi seperti orang asma.
- Suara parau atau habis.
- Gatal-gatal.
- Kulit pucat.
- Tubuh lemas atau lemah.
- Detak jantung cepat dan tidak beraturan.
- Pusing
- Bengkak pada wajah atau tenggorokan.
- Demam tinggi di atas 38°C.
- Epilepsi, step, atau kejang-kejang.
Baca juga: Mums, Berikut Tips agar Anak Tidak Takut Divaksin
Gejala lain yang cukup mencemaskan adalah bila si Kecil menangis tanpa henti hingga 3 jam. Meski langka, ada pula beberapa kasus reaksi alergi parah terhadap vaksinasi pada anak, seperti:
- Koma
- Epilepsi jangka panjang.
- Kerusakan pada otak.
Tentu saja, sebelum sampai pada tahap ini, dokter sudah mencari tahu berbagai kemungkinan penyebabnya dan apa yang harus dilakukan. Jadi jika habis divaksinasi anak demam, tenang ya, Mums. Selama demamnya masih ringan, cukup jaga asupan gizi dan waktu tidurnya. Demam ringan habis vaksinasi akan sembuh dalam beberapa hari. (AS)
Baca juga: 8 Alasan Anak Harus Menunda Vaksinasi
Referensi
WebMD: What to Expect After Your Child Gets Vaccines
Seattle Children’s: Immunization Reactions
Tebafly Pediatrics: Immunization Reactions
Comment