Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 26 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Dua raksasa teknologi Google dan Apple diketahui bersaing sengit dalam setiap produk yang dikembangkan. Tak hanya menyangkut perangkat keras, dalam hal ini smartphone, keduanya juga keras berkompetisi dalam pengembangan perangkat lunak termasuk sistem operasi iOS dan Android, juga browser dan mesin pencari yang mereka miliki.
Terbaru, Google dilaporkan bersedia membayar mahal Apple demi bisa membuat mesin pencarinya menjadi layanan default di perangkat Apple. Untuk mewujudkan hal itu, Google disebut membayar sebesar USD 8 miliar sampai USD 12 miliar atau berkisar Rp 117 triliun sampai Rp 176 triliun lebih kepada Apple.
Kabar tersebut memang telah terdengar cukup lama. Google telah membayar Apple untuk menjadikannya sebagai mesin telusur default di masa lalu dan kini angkanya terungkap berdasarkan gugatan antitrust Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) terhadap Google.
Google saat ini menghadapi gugatan oleh Departemen Kehakiman atas dugaan praktik antimonopoli, dan pembayaran kepada Apple ini adalah salah satu contohnya. Menurut profesor hukum Universitas Miami, John Newman, yang juga mantan pengacara antimonopoli Departemen Kehakiman menyebut ini bukanlah kolusi klasik dua perusahaan yang bersaing setuju untuk menaikkan harga dan keuntungan masing-masing.
“Sepertinya satu monopoli setuju dengan perusahaan lain untuk membagi sewa monopoli,” ungkap Newman dilansir dari laman NPR.
Sementara itu, mesin telusur DuckDuckGo mengklaim bahwa sebagai hasil dari praktik Google, sekitar 2 persen penelusuran hanya terjadi di platform mereka. CEO perusahaan yakin bahwa jika pengguna memiliki opsi untuk menyetel DuckDuckGo sebagai mesin telusur pilihan, angka itu dapat melonjak hingga 20 persen.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Dua raksasa teknologi Google dan Apple diketahui bersaing sengit dalam setiap produk yang dikembangkan. Tak hanya menyangkut perangkat keras, dalam hal ini smartphone, keduanya juga keras berkompetisi dalam pengembangan perangkat lunak termasuk sistem operasi iOS dan Android, juga browser dan mesin pencari yang mereka miliki.
Terbaru, Google dilaporkan bersedia membayar mahal Apple demi bisa membuat mesin pencarinya menjadi layanan default di perangkat Apple. Untuk mewujudkan hal itu, Google disebut membayar sebesar USD 8 miliar sampai USD 12 miliar atau berkisar Rp 117 triliun sampai Rp 176 triliun lebih kepada Apple.
Kabar tersebut memang telah terdengar cukup lama. Google telah membayar Apple untuk menjadikannya sebagai mesin telusur default di masa lalu dan kini angkanya terungkap berdasarkan gugatan antitrust Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) terhadap Google.
Google saat ini menghadapi gugatan oleh Departemen Kehakiman atas dugaan praktik antimonopoli, dan pembayaran kepada Apple ini adalah salah satu contohnya. Menurut profesor hukum Universitas Miami, John Newman, yang juga mantan pengacara antimonopoli Departemen Kehakiman menyebut ini bukanlah kolusi klasik dua perusahaan yang bersaing setuju untuk menaikkan harga dan keuntungan masing-masing.
“Sepertinya satu monopoli setuju dengan perusahaan lain untuk membagi sewa monopoli,” ungkap Newman dilansir dari laman NPR.
Sementara itu, mesin telusur DuckDuckGo mengklaim bahwa sebagai hasil dari praktik Google, sekitar 2 persen penelusuran hanya terjadi di platform mereka. CEO perusahaan yakin bahwa jika pengguna memiliki opsi untuk menyetel DuckDuckGo sebagai mesin telusur pilihan, angka itu dapat melonjak hingga 20 persen.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini