KalbarOnline.com – Pemprov DKI Jakarta dinilai akan kesulitan mengendalikan pandemi Covid-19 dengan cepat lantaran kurangnya performa dari Pemprov Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Dicky mengatakan, pandemi Covid-19 di DKI Jakarta bisa dikendalikan bila kasus penularan dan kasus aktif per harinya cuma satu digit, atau di bawah 10 kasus.”Yang baik itu bila tercapai pertama tidak ada kematian, atau nol kasus kematian. Itu yang disebut dengan terkendali yang baik. Kemudian angka kasus harian ya dikisaran 1 digit, termasuk kasus aktifnya,” kata Dicky dikutip daru Okezone, Minggu (1/11/2020).
Dia menuturkan, pandemi Covid-19 di suatu wilayah bisa dipastikan berhasil dikendalikan bila positivity ratenya di angka 1-3%, atau paling tinggi 5% sesuai standari WHO.”Itu bagus sekali. Tapi untuk satu digit biasanya test positivity ratenya di satu persenan,” jelasnya.
Dicky menilai, pandemi Covid-19 di Ibu Kota masih lama untuk bisa dikendalikan. Dia memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 DKI Jakarta baru bisa dikendalikan pada akhir tahun 2021.
“Saya kira mungkin pertengahan tahun depan. Kalau itu juga konsisten. Tapi setidaknya Jakarta sudah dalam track yang benar dari awal. Jadi kapasitas testingnya yang tinggi dan memadai. Walaupun tracingnya masih ada PR karena belum sesuai target dari WHO,” ujarnya.
Menurut Dicky, Pemprov DKI Jakarta akan kesulitan mengendalikan pandemi Covid-19 dengan cepat lantaran kurangnya performa Pemprov Jawa Barat, Pemprov Jawa Tengah, hingga Pemprov Jawa Timur dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
“Itu berpengaruh karena mobilitas orang-orang ini. Yang saya khawatirkan daerah yang kapasitas testingnya tidak memadai sehingga mereka menyimpan bom waktu yang pada akhirnya akan membebani mereka karena masalah peningkatan kematian. Ini tidak mereka sadari karena mereka buta dengan keadaan wilayah mereka sendiri,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, data Covid-19 DKI Jakarta relatif bisa dipercaya karena cakupan testing yang jauh lebih baik dari daerah lain seperti Jabar, Jateng, dan Jatim.
“Tapi juga tetap harus waspada karena angka kematian dan positive rate masih relatif tinggi. Artinya masih banyak kasus Covid di masyarakat yang belum terdeteksi,” ucapnya. [br]
Sumber: Sindonews.com
Comment