KalbarOnline.com – Langkah dilema saat memilih menyelamatkan ekonomi dan menjamin masyarakat tetap menjalankan aktivitas dengan aman dari Covid-19. Maka Indonesia lebih memilih menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bukan lockdown atau penguncian.
Ketua Gerakan Pakai Masker (GPM) Sigit Pramono menyatakan apabila isolasi total atau lockdown diberlakukan, maka ekonomi nasional akan sulit diselamatkan. Lebih lanjut Sigit menjelaskan, jika pada saat ini dilakukan kebijakan yang membuat masyarakat tinggal di rumah seperti Lockdown atau isolasi total, maka bisa mempersulit ekonomi masyarakat.
“Masyarakat harus menyadari bahwa penanganan Covid-19 merupakan hal vital yang harus dilakukan terlebih dahulu. Disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan yaitu 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) adalah hal yang harus dipatuhi oleh masyarakat sambil menunggu kehadiran vaksin,” tegasnya dalam Webinar ‘Menavigasi Pemulihan Kesehatan & Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi’ secara daring baru-baru ini.
Selain itu, kata Sigit, kebijakan-kebijakan stimulus untuk menumbuhkan ekonomi nasional juga diperlukan. Di antaranya dengan membuka sektor industri yang memberikan kontribusi ekonomi tinggi tetapi risiko penyebaran Covid-19 rendah atau medium.
Masyarakat didorong untuk dengan disiplin memakai masker secara benar. Yaitu wajib menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir (3M, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan).
“Karena cara ini lah yang sekarang paling praktis dapat dilakukan sebelum vaksin anti virus sudah aman bisa dipakai. Dengan disiplin menjalankan 3M, kita dapat mencegah penuluran covid-19 sampai 90 persen,” tuturnya.
Dari perspektif akademisi, Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof Ari Kuncoro yakin bahwa dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, faktor kesehatan dan ekonomi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Kesehatan dan Ekonomi tetap dapat berjalan berdampingan.
“Jalan satu-satunya adalah dengan menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker.” tutur Ari Kuncoro.
Menurut WHO, lebih lanjut Ari menjelaskan, lockdown bukan lagi menjadi cara yang efektif untuk mengatasi wabah. Kebiasaan masyarakat untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan menjadi kunci untuk memutus penularan, sehingga angkanya bisa berkurang. Ketika angka penularannya berkurang, maka geliat ekonomi nasional juga dapat bertumbuh. Karena untuk masyarakat menengah, persepsi mengenai kesehatan menjadi sangat penting.
“Rasa aman yang dihadirkan ketika terhindar dari Covid-19 bisa meningkatkan kembali daya beli dan konsumsi masyarakat tingkat menengah ini,” jelasnya.
Sementara itu Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Panut Mulyono, mengatakan keberhasilan penanganan pendemi dan pemulihan ekonomi adalah inovasi kebijakan dan teknologi serta kolaborasi lintas bidang dan sektoral.
Salah satu temuan UGM yang saat ini masih dalam tahap uji coba, yaitu alat pendeteksi Covid-19 yang bernama GeNose C19. GeNose merupakan sebuah alat yang dapat dapat mendiagnosis virus Covid-19 pada tubuh seseorang melaui hembusan nafas dengan cepat dan akurat.
Di acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimis pemulihan ekonomi nasional akan berjalan dengan lebih baik, dimulai dari Triwulan III ini hingga awal tahun 2021, dengan syarat, Indonesia lebih ketat menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Masyarakat harus menyadari bahwa penanganan Covid-19 merupakan hal vital yang harus dilakukan terlebih dahulu.
“Disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan yaitu 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) adalah hal yang harus dipatuhi oleh masyarakat sambil menunggu kehadiran vaksin,” tandas Perry.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment