Warga Amerika Khawatirkan Ancaman Rusuh setelah Pilpres AS

KalbarOnline.com – Pagi ini WIB hasil penghitungan cepat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) diketahui. Tapi, tensi politik sesudahnya yang bisa memicu instabilitas keamanan kini menimbulkan kekhawatiran.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Noland Rodman dan pegawainya, Phil Brach, misalnya. Akhir pekan lalu, mereka sibuk memasang tripleks untuk menutupi kaca toko Rodman’s Food and Drug di ibu kota AS.

”Rencananya, kami memasang dua sampai tiga lapis,” ujar Brach kepada NPR.

Rodman tak sendiri. Para pemilik bisnis di Washington DC juga sudah memperkukuh pertahanan tempat bisnis mereka. Sekilas, mereka seakan bersiap-siap menghadapi bencana hebat.

Generasi ketiga pemilik toko yang berdiri sejak 1955 itu tak mau kecolongan lagi.

Saat demo pasca kematian George Floyd, pria kulit hitam yang meninggal setelah ditindih petugas polisi, tokonya menjadi korban penjarahan.

”Beberapa orang melemparkan kursi dan memecahkan kaca toko. Saya tak bisa tidur selama seminggu pasca kejadian itu,” ungkapnya.

Jaringan ritel Walmart sempat mengumumkan rencana menyimpan semua produk senjata api dan amunisi yang biasanya dipajang. Alasannya, ngeri. Mereka khawatir perang sipil terjadi. Tapi, keesokan hari, mereka mengurungkan rencana tersebut.

Banyak kantor diplomasi asing yang memperingatkan warganya untuk berhati-hati. KJRI New York sudah memberikan imbauan agar WNI tetap di rumah. Bahkan, Kementerian Luar Negeri Australia meminta warganya mengurungkan rencana pergi ke AS untuk sementara waktu.

Semua kekhawatiran itu beralasan. Kemenangan Trump bakal memicu kemarahan kaum progresif. Kemenangan Biden bakal memancing kemarahan kaum konservatif.

Baca juga:

  • Pengamat Sebut North Carolina Bakal jadi Penentu Trump di Pilpres AS
  • Jelang Pilpres, Cegah Protes Massa, Gedung Putih Bangun Pagar Baru
Baca Juga :  Donald Trump Positif Covid-19, Joe Biden Unggul 10 Angka dalam Survei

Dan, dua tokoh tersebut, terutama Trump, tak membantu mendinginkan suasana. Trump sendiri mengakhiri kampanyenya pertengahan malam di Grand Rapids, Michigan. Lokasi yang sama dengan final kampanye empat tahun lalu. ”Kita akan meraih kemenangan yang indah. Besok kabar ini akan menjadi perbincangan seluruh dunia,” ungkap Trump seperti yang dilansir CNN.

Pesan Trump sesaat sebelum kampanye membuat bulu kuduk Demokrat bergidik. Dia terus memberikan sinyal bahwa kemenangan harus diumumkan di malam pemilu. Dia juga menyebut keputusan Mahkamah Agung mengizinkan pos surat suara di Pennsylvania tiga hari setelah pemilu merupakan keputusan yang salah besar.

Sementara itu, Biden juga tak menunjukkan komitmen untuk legawa. Capres Demokrat itu merasa di atas angin setelah hasil survei hingga hari terakhir menunjukkan dia masih memimpin. Dengan catatan, kemenangannya di beberapa negara bagian yang vital sangat tipis.

Berita baik bagi Biden pun datang kemarin pagi (3/11). Dia baru saja memenangkan 100 persen suara di Desa Dixville Notch, New Hampshire.

Meski, memang kemenangan itu tak signifikan artinya. Daftar pemilih tetap di desa tersebut hanya lima orang. Empat tahun lalu, penduduk Dixville Notch menjagokan Hillary Clinton meski Trump akhirnya merebut suara elektoral di New Hampshire.

”Saya punya firasat kita akan menang besar besok. Saatnya Trump berkemas dari Gedung Putih,” tegas Biden menurut Agence France-Presse.

Sentimen Pasar Saham

Indeks harga saham gabungan (IHSG) finis di zona hijau pada perdagangan kemarin. Naik 44,32 poin atau 0,87 persen di level 5.159,45. Pemilihan presiden (pilpres)Amerika Serikat (AS) dan rilis PMI (purchasing managers index) manufaktur yang positif di beberapa negara menjadi sentimen positif.

Baca Juga :  Ahli Singapura Sebut Reaksi Parah Jika Pasien Alergi Divaksin Covid-19

Analis pasar modal Hans Kwee menuturkan, pilpres AS akan menjadi fokus utama pelaku pasar saham global pekan ini. Itu mengingat, dampak besar yang akan ditimbulkan dari segi ekonomi maupun politik dunia.

Seandainya Trump kembali menang, tentu tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Misalnya, perang dagang dengan Tiongkok yang masih tetap berkobar. Selain itu, Trump dinilai tidak konsisten dan cenderung seenaknya mengambil kebijakan.

Sementara jika Joe Biden menang, akan ada perubahan kebijakan. ”Dan itu yang sedang dinantikan pelaku pasar global,” ungkap Hans kepada Jawa Pos.

Sebab, Biden dipercaya akan membawa kebijakan yang lebih menyejukkan. Tidak menyerukan perang dagang dengan Tiongkok dan lebih konsisten dalam mengambil keputusan.

”Keunggulan suara Joe Biden atas Trump saat ini jelas menjadi sentimen positif pasar global saat ini,” ungkapnya.

Terlihat, bursa saham AS (Wall Street) menguat tajam. Indeks Dow Jones menguat 1,6 persen ke posisi 26.925,05; S&P 500 naik 1,23 persen ke 3,310,24; dan Nasdaq ikut terkerek 0,42 persen di level 10.957,61.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment