Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, sesuatu yang dimulai tahun 1988 untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dunia untuk bersatu melawan penyakit AIDS (acquired immunodefficiency syndrome) dan untuk menunjukkan solidaritas pada orang yang hidup dengan penyakit AIDS.
Sesuai namanya, AIDS adalah suatu sindroma di mana terjadi penurunan imunitas atau kekebalan tubuh karena infeksi virus human immunodefficiency (HIV). AIDS adalah kondisi dimana infeksi virus HIV sudah sedemikian beratnya. Jika tidak ditangani, pasien dengan AIDS akan memiliki sistem imun yang sangat lemah sehingga tidak dapat melawan jika ada infeksi yang terjadi.
Obat antiretroviral (ARV) adalah golongan obat yang digunakan untuk mengontrol jumlah virus HIV dalam tubuh. Obat ARV memang tidak dapat menyembuhkan HIV, namun jika jumlah virus (viral load) dalam tubuh dapat dikendalikan, maka sistem imun tubuh tetap dapat bekerja dengan baik saat terjadi infeksi.
Obat ARV sangat disarankan untuk dikonsumsi dengan rutin oleh para penderita HIV/AIDS, termasuk oleh ibu yang sedang hamil. Baik ibu hamil yang sudah mengonsumsi ARV sejak sebelum hamil, atau yang baru terdeteksi positif HIV pada saat hamil semuanya wajib mengonsumsi ARV. Tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu maupun janin dan meminimalkan risiko penularan dari ibu ke janin.
Mengonsumsi obat selama hamil, apalagi rutin setiap hari, tentu menjadi suatu perhatian tersendiri bagi para ibu hamil. Terkadang ibu merasa ragu untuk mengonsumsi obat selama kehamilan karena khawatir obat tersebut akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
Baca juga: Yurike Ferdinandus, Buktikan Ibu Rumah Tangga yang Terinfeksi HIV/AIDS Masih Dapat Hidup Berkualitas
Bagaimana dengan obat antiretroviral untuk terapi HIV/AIDS sendiri? Apakah obat-obatan ini aman digunakan oleh ibu hamil? Dan bagaimana manfaat konsumsi obat bagi ibu dan bayi?
Ini dia fakta seputar pemberian obat antiretroviral bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS!
1. Konsumsi obat secara rutin dapat memperkecil risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral, melakukan upaya-upaya yang tepat dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dapat menurunkan risiko penularan dari ibu hamil ke bayi hingga menjadi kurang dari 2%. Bahkan, risiko penularan dapat turun hingga kurang dari 1% jika viral load ibu sudah tidak terdeteksi dalam terapi ARV sebelum kehamilan.
Ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib segera memulai pengobatan dengan ARV tidak hanya demi kesehatan dirinya, namun juga untuk mengurangi transmisi atau penularan kepada janin yang dikandung.
2. Obat ARV yang digunakan aman bagi janin
Obat-obatan ARV yang digunakan untuk ibu hamil sama dengan yang digunakan untuk pasien dewasa pada umumnya. Obat ARV biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat.
Pilihan kombinasi lini pertama yang digunakan adalah tenofovir (TDF), lamivudin (3TC), dan efavirenz (EFV). Kombinasi ini tersedia dalam bentuk tablet fixed dose combination sehingga pasien cukup meminum satu tablet saja yang sudah terdiri dari ketiga obat ini. Kombinasi ini juga akan terus digunakan ketika ibu dengan HIV memilih untuk memberikan ASI kepada bayi. Jika ibu sudah mengonsumsi ARV sejak sebelum kehamilan, maka obat dapat diteruskan.
Apabila terjadi kegagalan terapi di mana target terapi tidak tercapai, atau terjadi efek samping yang tidak dapat ditoleransi, dokter akan mempertimbangkan untuk mengganti kombinasi obat.
Manfaat dari konsumsi ARV bagi kesehatan ibu dan janin yang dikandung adalah lebih besar daripada risiko yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat-obatan ini. Dahulu efavirenz tidak dapat diberikan pada usia kehamilan trimester pertama, namun karena uji klinis menunjukkan efavirenz tidak menimbulkan efek teratogenik atau penghambatan perkembangan janin yang mengkhawatirkan, maka sejak 2012 WHO memperbolehkan penggunaan efavirenz pada usia kehamilan berapapun.
Baca juga: Kenali Perbedaan HIV dan AIDS
3. Bayi baru lahir akan menerima ARV sebagai pencegahan
Selain memastikan ibu rutin mengonsumsi ARV selama kehamilan, setiap bayi baru lahir dari ibu dengan HIV positif akan menerima terapi pencegahan dengan obat zidovudin mulai dari 12 jam pertama setelah lahir hingga usia enam minggu dengan dosis yang disesuaikan berdasarkan usia dan bobot badan bayi.
Adapun ibu tetap dapat menyusui bayi dengan ASI selama ibu mengonsumsi terapi ARV dengan teratur dan benar selama menyusui.
Fakta-fakta di atas adalah alasan mengapa ibu hamil baik yang baru terkonfirmasi HIV maupun yang sudah terkonfirmasi HIV sejak sebelum kehamilan wajib mengonsumsi obat antiretroviral atau ARV pada usia kehamilan berapapun, dan obat tetap dilanjutkan hingga seumur hidup.
Kondisi kesehatan ibu hamil tentunya juga akan berpengaruh kepada kesehatan janin yang dikandung, sehingga terapi ARV diberikan agar mengurangi viral load dalam tubuh. Dengan semakin rendahnya viral load ibu, maka risiko penularan dari ibu ke janin juga dapat diturunkan.
Tentunya bersamaan dengan praktik persalinan yang aman untuk mencegah penularan saat persalinan, pemberian terapi obat ARV sebagai pencegahan bagi bayi yang baru dilahirkan, dan pemberian nutrisi yang aman bagi bayi.
Baca juga: Prosedur Tes HIV: Persiapan, Jenis, dan Risikonya
Referensi:
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral.
Comment