KalbarOnline.com – Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kora kembali menjadi sorotan dan diburu aparat kepolisian usai melakukan aksi sadis membunuh empat warga Sigi, Sulawesi Tengah.
Ali Kalora dengan MIT memang terkenal dengan aksi kekerasannya dan menerapkan teori kebiadaban. Mereka bergerilya di hutan, kelompok ini sering mengandalkan warga sekitar hutan untuk meminta logistik makanan.
Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto, mengungkapkan jika tak diberikan makanan maka kelompok ini nekad melakukan aksi brutal kepada warga. Wawan bilang kelompok MIT ini terafiliasi dengan kelompok ISIS.
“Mereka menerapkan teori kebiadaban, mereka membunuh sesadis-sadisnya untuk menekuk mental lawannya. Ini juga dilakukan oleh ISIS di sana,” ujar Wawan, dikutip dari Kabar Petang tvOne, Senin, (30/11/2020).
Wawan mengatakan untuk membuat mental lawan takut, kelompok ini secara sadis memang biasa menyembelih leher korban.
Menurut Wawan, sejak Santoso meninggal, kekuatan MIT terus mengecil. Meski demikian kekuatan MIT saat ini bertambah 2 atau 3 orang. Dengan demikian, Ali Kalora Cs ini ditaksir berjumlah 10 orang.
“Awalnya tujuh sekarang jadi 10 ini. Ada rekruitmen baru,” kata Wawan.
Sementara, pengamat terorisme, Al-Chaidar mengatakan aksi sadis MIT dilakukan karena ingin menunjukkan eksistensi dan afiliasi kepada ISIS yang masih berdenyut. Dengan kebrutalan terhadap korban maka memperlihatkan gerakan teror mereka masih bergerak di wilayah Tanah Air.
“Dan mereka berharap bahwa pihak-pihak yang tadinya sudah terafiliasi dengan ISIS di Suriah itu akan kembali mendukung mereka. Karena dukungan terhadap MIT ini cukup besar sebenarnya. Baik dari Filipina, Indonesia, bahkan Uighur,” kata Al-Chaidar.
Teror kelompok ini karena terdorong motif teologis yang sangat kuat. Menurutnya, dalam setiap aksinya, MIT selalu anggap orang-orang kafir sebagai sasaran.
“Kelompok ini dulu afiliasinya ke Al-Qaedah. Kemudian hadirnya ISIS di tahun 2014, mereka lalu berubah afiliasinya,” ujarnya. [rif]
Comment