5 Fakta Mastitis pada saat Menyusui yang Mums Perlu Tahu

Memberikan air susu ibu (ASI) kepada buah hati adalah salah satu pengalaman terbaik yang pernah saya alami sebagai ibu baru. Melalui menyusui, saya merasakan betul terbentuknya bonding atau ikatan antara saya dan anak saya. Saya yakin, Mums sekalian juga merasakan hal yang sama.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Perjalanan menyusui seorang ibu memang tentunya penuh pengalaman, baik yang membahagiakan maupun yang kurang menyenangkan. Hal tidak mengenakkan yang mungkin dialami oleh para ibu menyusui salah satunya adalah mastitis.

Secara umum mastitis berarti terjadinya peradangan atau inflamasi pada payudara. Saya sendiri pernah mengalami mastitis semasa menyusui anak saya. Saat itu tubuh saya terasa meriang dan suhu tubuh saya mencapai 39°C. Payudara saya juga terasa kencang dan nyeri sekali ketika disentuh. Saat itu malam hari, jadi saya langsung pergi ke Unit Gawat Darurat rumah sakit tempat saya melahirkan, dan di sana dokter mendiagnosis saya mengalami mastitis!

Mastitis bukanlah hal yang jarang terjadi pada ibu menyusui. Karena itu bagi para Mums yang sedang menyusui atau Mums yang sedang menunggu kehadiran buah hati dan nantinya berencana menyusui, mari kita simak beberapa fakta terkait mastitis berikut ini.

Baca juga: Apa itu Mastitis?

1. Mastitis ditandai payudara mengeras dan tubuh terasa meriang

Seperti pengalaman yang sudah saya lalui, mastitis ditandai dengan payudara yang mengeras, memerah, nyeri dan terasa tidak nyaman. Tubuh juga terasa seperti hendak flu, meriang dan terkadang dibarengi dengan demam dan menggigil.

2. Mastitis dapat disebabkan oleh penggunaan bra yang terlalu ketat

Penyebab mastitis yang paling utama pada masa menyusui adalah pengeluaran ASI yang tidak paripurna. Hal ini dapat dikarenakan perlekatan yang kurang baik oleh bayi kepada ibu, adanya kelenjar ASI yang tersumbat, ada jeda waktu yang panjang dari satu waktu menyusui ke waktu menyusui berikutnya, atau jika kegiatan menyusui dihentikan secara tiba-tiba. Selain itu, mastitis ternyata juga dapat disebabkan oleh penggunaan bra – terutama bra berkawat – yang terlalu ketat.

Baca Juga :  Menyusui Selama Pandemi COVID-19? Perhatikan Hal-hal Ini!

3. Mastitis dapat dicegah dengan pemberian ASI yang lebih sering atau memompa ASI saat payudara terasa penuh

Meskipun cukup umum terjadi, mastitis bukannya tidak dapat dicegah. Ada beberapa hal yang dapat Mums lakukan untuk mencegah mastitis. Yang pertama adalah meningkatkan frekuensi menyusui dan jangan memberikan jeda terlalu panjang dari satu periode ke periode menyusui berikutnya. Saat menyusui sebaiknya gunakan kedua payudara, atau berganti-gantian antara payudara kiri dan kanan.

Jika bayi sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh, Mums bisa memompa ASI yang tersisa dan menyimpannya agar payudara terasa nyaman. Proses perlekatan yang kurang baik dari bayi juga dapat menyebabkan bayi tidak menyusu dengan benar dan dengan demikian ASI tidak keluar dengan baik, dan jika hal ini terjadi Mums sebaiknya berkonsultasi dengan bidan atau konselor laktasi untuk memperbaiki perlekatan. Mums juga dapat menggunakan bra dan pakaian yang tidak ketat selama menyusui untuk mencegah payudara mendapat tekanan berlebih.

Baca juga: Atasi Puting Lecet dan Berdarah saat Menyusui

4. ASI tetap aman diberikan saat ibu mengalami mastitis

Jika Mums sedang mengalami mastitis, bayi tetap dapat menyusu. Justru hal ini dapat membantu mengurangi gejala mastitis karena ASI dikeluarkan dengan baik. Dari pengalaman saya, menyusui saat mastitis memang kurang nyaman karena payudara terasa nyeri dan kencang. Oleh karena itu, sebelum menyusui saya biasanya memijat payudara dengan lembut sebelum dan saat menyusui untuk mengurangi tekanan yang dirasakan.

Baca Juga :  Camat Bunut Hilir Sebut Aktivitas PETI Sebabkan Angka Stunting di 3 Desa Masih Ada

Pijat payudara secara rutin juga dapat membantu mencegah dan mengurangi gejala mastitis. Jadi sempatkan untuk memijat payudara ya Mums, misalnya saat sedang mandi dengan air hangat.

5. Mungkin diperlukan obat pereda rasa sakit saat mastitis terjadi

Peradangan yang terjadi saat mastitis tidak jarang disertai dengan rasa sakit yang bisa jadi menganggu. Jika rasa sakit ini membuat Mums tidak nyaman, Mums dapat mengonsumsi obat pereda rasa sakit yang aman bagi ibu menyusui seperti parasetamol. Parasetamol dalam bentuk tablet dapat dibeli tanpa resep dokter, dan dapat dikonsumsi dengan dosis 500-600 miligram setiap 4 hingga 6 jam sekali.

Selain pereda rasa sakit, Mums mungkin akan diminta oleh dokter untuk mengonsumsi antibiotik jika dicurigai mastitis yang dialami disebabkan adanya infeksi bakteri. Dokter akan memilihkan antibiotik yang aman untuk bayi yang disusui sehingga Mums tetap dapat memberikan ASI, kecuali jika dinyatakan lain oleh dokter yang merawat Mums.

Selain dengan penggunaan obat penahan rasa sakit, penggunaan kompres hangat atau dingin juga cukup membantu saya kala dahulu mengalami mastitis lho!

Mastitis adalah salah satu masalah yang kerap dialami oleh ibu menyusui. Mengenali gejala mastitis dan melakukan penanganan dengan segera merupakan kunci agar mastitis tidak menganggu proses memberikan ASI bagi sang buah hati. Jangan lupa Mums, mastitis juga dapat dicegah dengan pemberian ASI yang lebih frekuentif dan memastikan pengosongan payudara setelah menyusui. Salam sehat!

Baca juga: 5 Masalah Kesehatan Payudara yang Sering Terjadi

Referensi:

The Royal Women’s Hospital, 2019. Mastitis.

Comment