KalbarOnline.com – Suara menggelegar dari arah Gunung Semeru memecah keheningan malam di Curah Kobokan, Lumajang. Tak lama kemudian, terdengar teriakan yang meminta semua orang menyingkir. Hasan, penambang pasir di Curah Kobokan, terkejut bukan main.
Bersama teman-temannya, dia bergegas menyelamatkan diri.
“Tidak ada korban. Semua selamat,” ujar Hasan kepada Jawa Pos Radar Jember kemarin. Namun, Hasan tak sempat menyelamatkan alat-alat berat di lokasi penambangan. Akibatnya, satu unit backhoe dan dua truk terkubur lahar serta material vulkanis. Menurut Hasan, di daerah lain ada puluhan truk dan alat berat yang juga tertimbun.
Erupsi Gunung Semeru memang makin mengkhawatirkan. Guguran material vulkanis terus bertambah. Warga yang tinggal di sekitar gunung mulai mengungsi. Dalam sehari kemarin, banjir lahar panas menerjang kawasan Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, sampai dua kali. Lahar panas pertama datang sekitar pukul 02.00 dan kedua pukul 05.15.
Banjir lahar panas susulan yang menerjang memang tidak begitu besar. Namun, hal tersebut justru pertanda bahaya. Karena itu, kewaspadaan di sekitar gunung harus ditingkatkan. Petugas Pos Pantau Gunung Semeru Mukdas Sofyan menyatakan, tingkat kerawanan akan bertambah ketika terjadi letusan susulan. Namun, hingga tadi malam, letusan kedua belum terjadi. Banjir susulan lahar panas di Curah Kobokan adalah sisa dari letusan pertama.
Aliran lahar diketahui memiliki panjang lebih dari 11 kilometer. Akibatnya, ratusan warga yang tinggal di enam desa dari dua kecamatan dievakuasi. Enam desa itu terdapat di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Masing-masing Desa Supiturang, Oro-Oro Ombo, Kejar Kuning, Sumber Urip, Sumber Wuluh, dan Sumber Mujur.
- Baca juga: Warga Lereng Semeru Mulai Mengungsi Hindari Guguran Lava
Sementara itu, pos pengamatan gunung api (PGA) melaporkan bahwa jarak luncuran awan panas mencapai 2.000 meter ke arah Besuk Kobokan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang juga melaporkan bahwa aktivitas lava pijar terlihat dari puncak gunung pada hari sebelumnya pukul 23.35 WIB. Ujung lidah lava diperkirakan sejauh 1.000 meter. Awan panas guguran itu tampak pada pukul 01.23 WIB dengan jarak luncur 2.000 meter. Selanjutnya, pada pukul 02.00 WIB, awan panas guguran sudah mencapai 3.000 meter.
Sementara itu, sekitar pukul 03.00 WIB, BPBD setempat melaporkan turunnya hujan yang bercampur abu vulkanik di sekitar pos pengamatan. ”Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang turun ke wilayah kawasan rawan bencana (KRB) I untuk memonitor situasi,” kata Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati kemarin.
- Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Khofifah Kirim Ribuan Bantuan
Dia menjelaskan, pada saat awan panas guguran masih berlangsung, masyarakat di KRB wilayah Kamar A, Curah Kobokan, dan Rowobaung di Kecamatan Pronojiwo mulai melakukan evakuasi secara mandiri. Itu terjadi pukul 03.45 WIB. TRC yang berada di lapangan mengimbau warga untuk tetap tenang dan tidak panik saat peristiwa vulkanik itu menyertai upaya evakuasi warga.
Selang sekitar satu jam kemudian, TRC kembali menurunkan satu tim untuk membawa peralatan dan perlengkapan seperti terpal, matras, masker, paket lauk-pauk, tambahan gizi, selimut, air mineral, dan P3K.
Data sementara BPBD setempat mencatat jumlah warga yang mengungsi 500 jiwa yang tersebar di beberapa titik. Antara lain, di Pos Gunung Sawur, SD Supiturang, dan masjid setempat. ”Tidak ada laporan korban jiwa akibat aktivitas vulkanik Gunung Semeru,” katanya.
Baca juga: Gunung Semeru Muntahkan Lava 1.000 Meter
BPBD Kabupaten Lumajang telah meminta masyarakat yang tinggal di sekitar gunung untuk keluar dari rumah. Sebab, banjir lahar panas dapat menerjang permukiman jika turun hujan. Di samping itu, banyak warga yang melakukan aktivitas penambangan di daerah aliran sungai (DAS) Rejali, Besuk Semut, dan Besuk Sat. BPBD telah menurunkan tim untuk memonitor kondisi lapangan serta membuka pos pengungsian untuk menampung warga.
Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani menyebut, saat ini beberapa gunung api memang mengalami peningkatan aktivitas. Misalnya, Gunung Merapi, Semeru, dan Gunung Ile Lewotolok di NTT.
Namun, dia menegaskan bahwa tidak ada korelasi antara aktifnya gunung satu dan yang lain. Gunung api aktif berarti masing-masing gunung berpotensi untuk erupsi. ”Tiap gunung berbeda sistem magmatik vulkaniknya. Kapan suatu gunung api meletus itu tergantung kondisi dapur magmanya, apakah siap atau tidak,” katanya.
Nia menambahkan, banyak faktor yang mendasari peningkatan aktivitas sebuah gunung api. ”Ada faktor termodinamika, khususnya kenaikan tekanan akibat proses fisika-kimia magma di dalam tubuh gunung api,” jelasnya.
- Baca juga: Guguran Awan Panas Semeru Meluncur hingga Sejauh 3.000 Meter
Pemprov Kirim Tenda hingga Disinfektan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memerintahkan BPBD Jawa Timur untuk turun tangan ke Lumajang. Bantuan tenaga, sarana, dan prasarana langsung dikirim ke Lumajang. Bantuan yang dikirim, antara lain, dua tenda pengungsian yang dilengkapi light tower. Dengan begitu, masyarakat tetap bisa menempati tenda itu pada malam hari. ’’Ada penerangan yang memadai,’’ ucap Khofifah. Dia juga meminta BPBD menyiapkan sembako untuk para pengungsi. Satu ton beras dikirim ke lokasi. Termasuk mi instan, minyak goreng, dan lauk-pauk. ’’Semua harus terdistribusi cepat kepada warga di pengungsian,’’ kata dia.
Khofifah juga mengingatkan bahwa standar protokol kesehatan dalam mencegah Covid-19 harus diperhatikan. ’’Pandemi belum selesai. Penanganan harus memperhatikan itu semua,’’ tegas dia. Karena itu, BPBD Jawa Timur mengirim 20 liter hand sanitizer, 20 liter disinfektan, 5.000 pcs masker, 1 unit mobil rescue, dan 2 unit mobil serbaguna. Dinas sosial juga mengirim dukungan peralatan dan logistik. Yakni, 2 unit tenda pengungsi, 50 paket family kit, 50 paket kid ware, 50 paket food ware, 50 paket perlengkapan dapur keluarga, 50 paket paket sandang, serta 30 buah kasur. ”Bantuan tersebut kita arahkan langsung ke tempat pengungsian. Tentu semua kita koordinasikan dengan bupati Lumajang,” jelas Khofifah.
Comment