KalbarOnline.com – Posisi Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) hingga saat ini masih kosong. Sebelumnya, Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti digadang akan mendampingi Mendikbud Nadiem Makarim, akan tetapi dia menolaknya.
Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiasji menuturkan beberapa pandangannya. Pertama adalah beda pandangan antara PP Muhammadiyah dan Kemendikbud.
“Ini perkiraan saya, yang tahu betul tentunya Pak Mu’ti sendiri. Yang pertama, dari awal pandangan PP Muhammadiyah dan Nadiem sudah berseberangan dalam banyak hal. Kalau filosofi pendidikan sudah berbeda akan sulit dikolaborasikan,” jelas dia kepada KalbarOnline.com, Rabu (23/12).
Lalu, terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang disebutnya tidak berjalan lancar. Hal itu bisa jadi alasan Abdul Mu’ti menolak posisi Wamendikbud.
“Yang kedua, target RPJMN bidang pendidikan tidak akan tercapai dengan langkah yang diambil Nadiem, bisa jadi Muhammadiyah tidak mau ikut bertanggung jawab dengan kegagalan tersebut,” ucap dia.
Lalu, terakhir adalah Abdul Mu’ti kurang melihat adanya kerjasama yang baik dari internal Kemendikbud sendiri. Seperti diketahui, Mu’ti merupakan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang merupakan bagian Kemendikbud.
“Yang ketiga, Pak Mu’ti kan selama ini adalah Ketua BSNP yang kerjanya erat sekali dengan Kemendikbud. Beliau jelas tahu siapa saja tim inti Kemendikbud dan bagaimana cara kerjanya. Sepertinya beliau tidak cocok, apalagi kita semua tahu bahwa BSNP jarang sekali diajak komunikasi dan koordinasi,” kata dia.
Seperti diketahui, Abdul Mu’ti menurutkan bahwa dirinya menolak untuk masuk ke dalam bagian Kabinet Indonesia Maju. Ia merasa dirinya bukan orang yang tepat mengemban tugas sebagai Wamendikbud.
“Setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dalam jabatan wakil menteri,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya yang dikutip.
Comment