HUT ke-48 PDI Perjuangan, Ini Pidato Lengkap Megawati Soekarno Putri

KalbarOnline.com — Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menggelar perayaan HUT ke-48 secara virtual, Minggu (10/1/2021).

Ini pidato lengkap ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri:

IKLANSUMPAHPEMUDA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,

Om Swasti Astu,

Namo Budaya,

Salam Kebajikan,

Rahayu.

Rakyat Indonesia di seluruh tanah air,

Pertama-tama saya sampaikan bela sungkawa mendalam atas tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu kemarin. Mari kita panjatkan doa bagi seluruh korban, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

Hadirin yang saya hormati,

Hari ini, 10 Januari 2021, Partai yang saya bangun mencapai usia 48 tahun. Saya memilih berpolitik dengan membangun partai politik. Partai ini didirikan tidak dengan hamparan karpet merah, tetapi dengan darah dan air mata, bahkan nyawa, dari bernama PDI hingga PDI Perjuangan. Masih lekat dalam ingatan saya:

  • tahun 1987 mengikuti Pemilu dan saya terpilih sebagai anggota DPR RI.
  • tahun 1993 terjadi peristiwa KLB Sukolilo, yang secara de facto menetapkan saya sebagai Ketua Umum PDI.
  • 27 Juli 1996 terjadi peristiwa serangan terhadap kantor DPP PDI. Saya memilih jalur hukum dan menang di Pengadilan Riau. Lalu saya putuskan nama PDI berganti menjadi PDI Perjuangan.

Sungguh perjalanan politik yang luar biasa yang telah saya tempuh. Kegembiraan, kepedihan, kemajuan, harapan, kekecewaan, rasa unggul, rasa pahit, rasa getir, manis, rasa cemas, letih, rasa babak bundas, semua sudah saya alami, sudah kita alami.

Selama itu, selalu, tanpa henti saya gelorakan dengan segenap semangat dan tenaga:

Bendera harus terus kita kibarkan! Kibarkan dengan penuh keyakinan! “Kita harus terus bergerak untuk mencapai tujuan, kita pasti akan berhasil sampai tujuan: Indonesia Raya! Indonesia yang sejati-jatinya merdeka!”

Ulang tahun partai kali ini di tengah suasana memprihatinkan akibat pandemi Covid-19. Maka sebelum saya sampaikan pidato politik, ijinkan saya menyampaikan bela sungkawa yang mendalam bagi para tenaga kesehatan yang wafat dalam tugas pengabdian.

Terima kasih bagi para tenaga kesehatan yang terus mengabdikan diri menyelamatkan rakyat dari paparan Covid-19.

Terima kasih bagi para pengajar dan pendidik yang terus mengabdikan diri menerangi anak-anak dengan ilmu pengetahuan, meski dengan kendala teknis yang harus dihadapi.

Terima kasih pula bagi para petani, nelayan, pekerja di semua sektor dan UMKM yang tidak menyerah, terus berjuang menjaga ekonomi negara tetap berjalan.

Doa dan perjuangan Ibu bersama kalian.

Saudara-saudara,

Beberapa hari ini saya merenung. Saya mencoba menggali kembali lembar-lembar perjalanan kehidupan politik yang telah saya lewati. Perenungan spiritual itu mengantarkan saya pada memori terdalam tentang cita-cita dan gagasan politik seorang lelaki, yang saya panggil Bapak. Bapak yang telah menempa saya sejak kecil, untuk hidup di jalan pengabdian kepada tanah air dan bangsa. Bapak mengatakan,

“Saya memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, tetapkan-lah kecintaanku kepada tanah air dan bangsa, selalu menyala-nyala di dalam saya punya dada, sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggilku pulang.”

Saya telah sampaikan kalimat di atas tepat di tanggal yang sama, satu tahun lalu. Sebulan kemudian kita diguncang oleh virus Corona-19. Bukan hanya Indonesia, tapi juga dunia. Dunia dipaksa untuk masuk pada peradaban baru, yang justru seharusnya membuka mata batin, pikiran, dan jiwa kita. Inilah saatnya kita untuk benar-benar, konsisten, dan sungguh-sungguh menjalankan Pancasila. Pancasila jangan menjadi jargon. Bangsa ini butuh Pancasila diimplementasikan.

Di saat krisis seperti ini keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa diuji, diuji untuk tetap berjuang dengan ikhtiar dan tawakal bagi kemanusiaan, dalam semangat persatuan. Hidupkan semangat kekeluargaan dan gotong royong, yang dipimpin oleh suatu kebijaksanaan, yang mengupayakan negara tetap dapat memelihara hidup dan penghidupan, yang sejahtera, tertib dan damai. Suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia!

Baca Juga :  Seleksi Jabatan Esselon II, RSU Tangsel Gelar Tes Kesehatan

Saudara-saudara,

Pandemi Corona-19 seakan memperlihatkan pula kebenaran hukum evolusi, yang menetapkan bahwa pergantian alam atau keadaan, perubahan zaman atau masyarakat, selalu diikuti pergantian cara hidup dan penghidupan. Selalu terdapat pula sisi positif dan kemajuan dari setiap kesukaran.

Untuk menjaga agar hukum evolusi jangan menjadi penghalang kemajuan, maka diperlukan hukum-hukum positif yang menjamin keberlangsungan kemajuan ekonomi, kesusilaan, kebudayaan dan pemerintahan yang berjalan dengan kebajikan. Dasar dari segala upaya itu adalah keselamatan, kebahagiaan hidup rakyat, serta tetap hidupnya kepribadian bangsa.

Pertimbangan tersebut yang melandasi tema HUT PDI Perjuangan ke 48 tahun:

“Mewujudkan Indonesia Berkepribadian dalam Kebudayaan.”

Saudara-saudara,

Kebijaksanaan berisikan dua unsur, yaitu kebenaran dan keadilan. Kita tak perlu mencari-cari lagi model kebijaksanaan lain, karena sebenarnya sejak bangsa ini berada di jalan revolusi mencapai kemerdekaan, ada satu bintang penuntun, yaitu: Pancasila! Dengan dasar-dasar Ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial, maka bangsa ini tidak membutuhkan pedoman lainnya. Pancasila adalah Jalan Kebudayaan, dan sekaligus Kepribadian Bangsa Indonesia!

Kondisi sulit bukan menjadi alasan bagi kita untuk kehilangan kepribadian bangsa, yang dikenal dengan semboyan;

“sepi ing pamrih, rame ing gawe.”

Segala cita-cita, keluhuran dan kesucian batin, jangan kemudian terhalangi oleh gerak individualistis dan materialistis. Karena kesemuanya itu yang akan mengikis sistem demokrasi Pancasila. Saat ini adalah momentum yang tepat bagi kita semua, untuk ada dalam satu semangat, semangat gotong royong Pancasila.

Tunjukkan dan hidupkan toleransi dan solidaritas di jiwa segenap bangsa!

Saudara-saudara,

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 telah usai. Terima kasih kepada seluruh rakyat, pihak penyelenggara, KPU dan Bawaslu, serta TNI dan POLRI yang menjaga penyelenggaraan Pilkada relatif berlangsung tertib, damai dan aman, meskipun dengan teknis penyelenggaraan yang tidak mudah di masa pandemi ini. Hingga tiga tahun ke depan direncanakan tidak ada Pilkada, momen elektoral akan dilakukan di 2024, serentak dengan Pemilu Presiden dan Legislatif. Hingga saat ini teknis dan mekanisme penyelenggaraan tersebut masih terus digodok oleh DPR-RI dan Pemerintah.

Saya memikirkan satu hal krusial, yang saya harap menjadi pertimbangan bagi para penentu kebijakan, baik eksekutif, maupun legislatif.

Mari kita renungkan bersama, saat Pemilihan Umum serentak dilakukan dengan Pemilihan Kepala Daerah, saat itu juga setiap calon akan menyampaikan visi misinya masing-masing.

Bayangkan, ada berapa visi misi yang akan disuarakan di tahun 2024?

Pertanyaan sederhana saja:

Dapatkah atau bolehkah Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki visi misi yang berbeda-beda?

Semoga menjadi perenungan bersama, bahwa sesungguhnya visi dan misi NKRI hanya ada satu! Yaitu yang terpatri dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Saudara-saudara,

Satu lagi hal penting yang ingin saya sampaikan adalah terkait Desa. Desa adalah ujung tombak pemerintahan, yang berada di garda terdepan pelayanan publik, sekaligus tempat hidupnya tradisi dan adat istiadat. Desa adalah taman sari kearifan lokal nusantara. Itulah sumber kebudayaan dan kepribadian bangsa.

Masa pandemi ini mengingatkan kita bahwa membangun Indonesia harus mulai dari Desa. Dimulai dengan pendataan desa yang presisi, data yang akurat. Sudah waktunya Indonesia memiliki data yang komprehensif.

Baca Juga :  Duh Rekor Lagi, Kasus Baru Covid-19 Bertambah 12.818, Ini Sebarannya

Program pembangunan di segala bidang kehidupan dapat menjadi tepat guna, tepat sasaran, transparan, dan akuntabel, hanya apabila program tersebut berbasis pada data hasil riset nasional yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ideologis, etis, dan ilmiah.

Optimalkan peran peneliti dan perekayasa di perguruan-perguruan tinggi Indonesia. Kita punya banyak putra-putri bangsa yang memiliki kemampuan yang bisa diandalkan untuk kepentingan dan kemajuan nasional, termasuk soal sistem pendataan nasional.

Sudah saatnya Indonesia memiliki data tunggal yang digunakan oleh seluruh Kementerian dan Lembaga Negara, juga Pemerintah Daerah. Sekali lagi, pendataan tersebut harus dimulai dari Desa, dengan melibatkan partisipasi warga agar mampu menggambarkan kondisi dan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya, memetakan potensi ekonomi desa untuk dijadikan kekuatan ekonomi bangsa.

Bung Karno mengingatkan bahwa Desa merupakan salah satu benteng pertahanan negara. Kebijakan dan program pembangunan haruslah menitik-beratkan pada pemberdayaan Desa.

Membangun Indonesia dari Desa!

Jika Desa Kuat, maka Indonesia mampu Berdiri di Atas Kaki Sendiri!

Itulah Indonesia Maju yang Berdaulat!

Indonesia yang berakar dan bertumpu pada Desa yang Kuat!

Rakyat Indonesia dimana pun berada,

Saya sengaja menyampaikan pentingnya pembangunan desa berbasis data yang presisi dan akurat tersebut pada peringatan HUT PDI Perjuangan yang ke 48. Semoga seluruh elemen bangsa memberi dukungan positif.

Saya menginstruksikan kepada Tiga Pilar Partai:

Untuk rumuskan politik legislasi, politik anggaran, politik pengawasan untuk mewujudkan pembangunan pedesaan yang demokratis, terukur, terencana dan tepat sasaran! Itulah tugas ideologis kalian!

Kemenangan elektoral tidak ada artinya, jika partai ini tidak memperjuangkan perbaikan kehidupan rakyat melalui keputusan-keputusan politik yang jelas. Segera siapkan Rapat Kerja Nasional dengan agenda yang saya telah sampaikan di atas. Minimal, mulai dijalankan oleh kepalakepala daerah dan legislatif kita di semua tingkatan.

Sebagai Ketua Umum Partai, yang membidani dan terus memperjuangkan keberlangsungan Partai, saya ingatkan kepada seluruh kader Partai untuk jangan pernah memunggungi rakyat. Jalankan instruksi ini, jangan jalan sendiri-sendiri, atau semaunya sendiri.

Bergeraklah dalam satu rampak barisan perjuangan!

Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, bukan hanya pada saat partai terpuruk.

Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, justru pada saat kita menang!

Saat kita menduduki posisi-posisi penting!

Saat palu kekuasaan digunakan untuk memutuskan perbaikan kehidupan rakyat, bangsa dan negara, yang sesuai dengan ideologi Pancasila!

Kader-kader PDI Perjuangan dimana pun berada,

Sadarlah, harapan rakyat dititipkan di pundak kita!

Berjuanglah bersama dan untuk rakyat!

Perjuangan mewujudkan Pancasila tidak akan pernah ada akhir!

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi bangsa ini tidak akan lenyap dalam tempo satu malam!

Camkan, hayati, dan jalankan pesan Bung Karno:

“Kesulitan-kesulitan hanya dapat diatasi dengan keuletan bangsa!

Yang berani menyingsingkan lengan baju untuk memecahkan kesulitan-kesulitan itu!

Dengan segenap tenaganya sendiri!

Dengan segenap kecerdasannya sendiri!

Hanya bangsa yang demikian itu yang akan menjadi bangsa gemblengan!

Bangsa yang “HANYAKRAWARTI HAMBAUDENDA!”

Itulah cita-cita, perjuangan dan tujuan hidupku!

Wajib pula menjadi cita-cita, perjuangan, dan tujuan hidup seluruh kader PDI Perjuangan!

Dirgahayu PDI Perjuangan yang ke-48 tahun!

Solid bergerak wujudkan Indonesia yang berkepribadian dalam Kebudayaan!

Membangun Indonesia Dari Desa!

Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh,

Syaloom,

Om Shanti Shanti Shanti Om,

Rahayu.

Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!

Megawati Soekarnoputri,

Ketua Umum PDI Perjuangan

(ind)

Comment