KalbarOnline.com – Orang yang telah pulih dari Covid-19 bisa terinfeksi kembali. Sebab kekebalan berkurang seiring berjalannya waktu. Masalah itu yang kini sedang dihadapi oleh Singapura. Negara itu melaporkan kasus perdana penyintas Covid-19 yang terinfeksi ulang yakni seorang pria asal Bangladesh.
“Mereka yang sembuh dari penyakit biasanya akan meningkatkan respons antibodi penawar untuk jangka waktu tertentu, yang umumnya melindungi dari infeksi ulang,” kata Dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura (NUS), Profesor Teo Yik Ying, seperti dilansir dari Straits Times, Selasa (9/2).
Namun, laporan infeksi ulang sebelumnya pernah terjadi di Korea Selatan, Hongkong, dan negara bagian lain usai tiga bulan setelah infeksi pertama. Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengatakan pria Bangladesh berusia 28 tahun, dipastikan terinfeksi Covid-19 pada 12 April tahun lalu dan kemudian sembuh. Dia secara konsisten dites negatif untuk infeksi sejak Juni.
Baca juga: Ahli Singapura Temukan Cikal Bakal Covid-19 Sebelum Muncul di Wuhan
Tetapi pada 25 Januari 2021, hasil tesnya kembali positif terinfeksi Covid-19, dan dia diisolasi. Sejumlah tes berulang juga menyatakan dia positif untuk virus tersebut.
Dia diidentifikasi dari tes pemantauan rostered yang dilakukan sebagai bagian dari pengawasan terhadap pekerja yang pulih untuk memantau kekebalan pascainfeksi mereka. Dia telah melaporkan merasa tidak enak badan pada 22 dan 23 Januari.
Baca juga: Chinatown Singapura Ramai Jelang Imlek, Dikhawatirkan Klaster Covid-19
Direktur klinis Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) dr. Shawn Vasoo mengatakan data telah menunjukkan bahwa kekebalan dari infeksi alami dapat bertahan setidaknya enam bulan, mungkin lebih lama. Kekebalan ini diberikan oleh antibodi penetral yang dibuat tubuh setelah infeksi.
Dia mengatakan mereka yang mengalami imunosupresi seperti pasien yang mengonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan atau hanya mengalami infeksi ringan pertama mungkin memiliki kekebalan yang lebih pendek. Tetapi para ahli mengatakan bahwa pengetahuan tentang virus Korona, dan bagaimana sistem kekebalan di dalam tubuh masih terus berkembang.
Ahli dari departemen kedokteran di NUS Yong Loo Lin School of Medicine, Prof Dale Fisher mengatakan para ahli tidak tahu seberapa lengkap dan berapa lama kekebalan setelah infeksi bertahan. “Kami telah melihat lusinan infeksi ulang yang terbukti secara global dan banyak lagi yang dicurigai. Akan tetapi tetap sangat jarang,” kata Prof Fisher.
Ahli lain, Associate Professor Alex Cook di NUS Saw Swee Hock School of Public Health, mengatakan bahwa tidak hanya respons antibodi berubah seiring waktu, tetapi juga antibodi seseorang berbeda dengan orang yang lain.
“Beberapa orang mungkin memiliki respons yang lebih sedikit daripada yang lain, yang dapat membuat mereka berisiko lebih besar terkena infeksi ulang,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment