Komisi II DPRD Kalbar Ingatkan Pemerintah untuk Berbenah Hadapi Serbuan Daging Ayam Impor dari Brasil
KalbarOnline, Pontianak – Komisi II DPRD Kalimantan Barat menanggapi serius ancaman impor daging ayam dari Brasil yang bakal masuk ke Tanah Air. Ancaman ini menyusul setelah Brasil memenangkan kasus sengketa dagang dengan Indonesia di Badan Perdagangan Dunia (WTO) atas kebijakan importasi daging ayam Indonesia. Hal itu membuat Brasil dapat memasok ayam untuk Indonesia sehingga impor tak terhindarkan.
“Belum masuknya daging ayam Brasil ke pasar Indonesia karena Pemerintah Indonesia masih melakukan banding atas sengketa tersebut. Hanya tinggal menunggu waktu saja. Kalau sampai daging ayam impor masuk ke pasar Indonesia termasuk Kalimantan Barat tentunya ini pasti merusak harga di tingkat peternak, pedang dan konsumen karena tidak mampu bersaing harga, daging ayam impor ini pasti akan lebih jauh murah ketimbang daging ayam dalam negeri,” ujar Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalbar, Suib, Rabu (21/4/2021).
Ingatkan Pemerintah dan pelaku perunggasan berbenah diri
Oleh karena itu, Suib mengingatkan agar Pemerintah bersama pelaku perunggasan dan industri pakan untuk berbenah diri. Mencari solusi dan bekerja keras mengejar efisiensi agar mampu bersaing menghadapi tantangan tersebut.
“Sebelum ini terjadi, kita perlu carikan solusi dan benang merahnya, agar harga daging ayam kita nantinya tidak tergilas atau tidak kalah saing dengan harga daging ayam impor. Tentunya pemerintah, pihak swasta dan peternak harus berkolaborasi, bekerjasama terutama terkait bibit dan pakan ayam itu sendiri,” kata dia.
Kondisi lapangan yang terjadi saat ini, diungkapkan Suib, harga bibit dan pakan ayam sangat tidak bersahabat. Terutama harga pakan ayam. Lebih lagi, stok nasional khususnya di Kalbar sangat terbatas sehingga menyebabkan pakan impor mendominasi pasar.
“Padahal bahan bakunya bisa kita ciptakan sendiri,” ucapnya.
Politisi Hanura ini menegaskan bahwa, Pemerintah mesti berani menggandeng pihak swasta untuk mendirikan pabrik berskala industri pengolahan pakan dan bibit ayam. Di mana, Pemerintah bisa bekerjasama dalam hal bahan baku dengan petani.
“Tinggal pembinaan dan bantuan dasar saja yang harus pemerintah berikan kepada petani. Supaya gampang untuk mengontrol dan membinanya, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota bisa bekerjasama untuk menentukan lokasi tanam berbasis kawasan. Saya harap kita jangan lengah dalam menghadapi perkembangan. Supaya kita bisa terus memacu penyeimbangan pasar, makanya semua pihak yang berkepentingan dituntut untuk selalu berinovasi dan terbuka untuk saling melengkapi segala keperluan dasar kita,” pungkasnya.
Indonesia masih mengulur waktu
Seperti diketahui, Brasil memenangkan kasus sengketa dagang dengan Indonesia di Badan Perdagangan Dunia (WTO) soal perdagangan daging ayam. Hal itu membuat Brasil dapat memasok ayam untuk Indonesia sehingga impor tak terhindarkan.
Namun, hasil sengketa dagang itu belum dilaksanakan hanya karena ada persoalan banding yang belum tuntas. Tetapi, jika melihat tren yang ada, industri dalam negeri bisa kalah saing karena harga daging ayam dari Brazil bisa jauh lebih murah.
“Ini hanya mengulur waktu saja, kita tidak tahu mampu mengulur waktu dalam satu tahun, satu tengah tahun, atau dua tahun. Tapi daging ayam murah akan masuk,” ujar Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Syailendera.
Oleh sebab itu, ia menekankan, jika industri perunggasan dan industri pakan tidak mempersiapkan diri dan hanya menikmati penjualan produk dengan harga tinggi, persaingan akan dimenangkan oleh Brasil.
Simak video menarik berikut ini:
Comment