KalbarOnline, Landak – Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar, Harisson memimpin upacara ziarah dan tabur bunga dalam rangka memperingati Hari Berkabung Daerah (HBD), di Makam Juang Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Selasa (28/06/2023).
Upacara HBD yang diperingati pada tanggal 28 Juni setiap tahunnya itu ditujukan sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur pada peristiwa Mandor.
Tampak hadir dalam upacara tersebut, Pj Bupati Landak Samuel, Forkopimda Provinsi Kalbar, anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Dewan Harian Daerah (DHD) 45, ahli waris korban Mandor dan jajaran kepala perangkat daerah di lingkungan Provinsi Kalbar dan Pemerintah Kabupaten Landak serta para pelajar dan mahasiswa.
Sekda Kalbar dalam sambutannya mengungkapkan, tanggal 28 Juni diperingati sebagai HBD lantaran di periode tahun 1942 sampai 1945, banyak tokoh-tokoh seperti sultan, raja, guru, dokter, cendekiawan dan pejuang yang dianggap dapat menghambat penjajahan Jepang saat itu, dibunuh dan dibuang ke daerah Mandor.
“Untuk itulah kita sebagai bangsa yang besar harus menghormati sejarah para pahlawan dan seluruh pejuang,” ujarnya.
Dirinya berharap kepada semua generasi saat ini, terus menjaga nilai perjuangan dan cinta tanah air dan harus menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, bukan hanya sekedar mengenang belaka.
“Kita bisa melihat, yang menjadi korban tidak hanya dilihat dari latar belakang etnis, agama dan golongan. Itu artinya persatuan para pejuang itu satu, dan kita harus mencintai tanah air kita Indonesia khususnya Provinsi Kalbar,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Biantara Ardhana Wiyogo, cicit dari dr. Rubini yang juga menjadi korban peristiwa Mandor mengutarakan, kalau dirinya terharu dan bersedih saat mengikuti upacara peringatan HBD untuk mengenang leluhurnya yang bersama-sama masyarakat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu, sehingga mereka harus diculik dan dibunuh dalam melawan kejahatan tentara Jepang waktu itu.
“Di sini saya datang sebagai cicit dr Rubini salah satu korban di Mandor, almarhum dr. Rubini adalah dokter pada saat itu bersama istri menjadi korban pada masa 1944,” ujarnya.
“Kami sebagai keluarga berterima kasih kepada pemprov Kalbar yang telah mengadakan upacara ini dan kita bisa mengenang perjuangan pahlawan kita dalam melawan penjajahan jepang pada saat itu,” sambung Wiyogo.
Menurut catatan sejarah, tahun 1942 – 1944, di Kalbar telah terjadi peristiwa pembunuhan besar-besaran secara keji dan kejam oleh tentara Jepang terhadap tokoh-tokoh masyarakat, pemuka masyarakat, kaum cendekiawan dan para pejuang yang tidak berdosa, atau tepatnya pada tanggal 28 Rokugatsu 2604 atau tanggal 28 Juni 1944.
Berdasarkan data surat kabar Jepang yang terbit di Pontianak Borneo Shimbun terbitan hari Sabtu tanggal 1 Shigatsu 2604 atau tanggal 1 Juli 1944, disebutkan sebanyak 21.037 jiwa korban pembunuhan massal yang dikuburkan di 10 makam Juang Mandor.
Berdasarkan Perda Nomor 5/2007 tentang Peristiwa Mandor, setiap 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar, sehingga wajib dilaksanakan setiap tahunnya dengan kegiatan-kegiatan yang mengajak untuk merenungkan dan memaknai perjuangan nasional tersebut. (Jau)
Comment