KalbarOnline, Pontianak – Pj Gubernur Kalbar, Harisson meminta kepada masyarakat Kota Pontianak untuk memahami psikologis para simpatisan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) atas kericuhan yang terjadi di Asrama Haji Pontianak beberapa hari kemarin.
Menurut Harisson, jauhnya perjalanan disambung dengan adanya miss komunikasi antara simpatisan dan panitia kongres mengenai teknis akomodasi lah yang menyebabkan kericuhan itu terjadi. Tidak lebih.
“Saya pesan kepada masyarakat Pontianak untuk tenang, mereka ini dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Ada yang sampai 18 jam perjalanan, ke Makassar menggunakan darat kemudian ke Surabaya menggunakan kapal laut. Dari Surabaya mereka ke Kalteng, kemudian melanjutkan perjalanan darat menggunakan bus ke Kalbar,” katanya.
Hal itu disampaikan Harisson saat mengunjungi para simpatisan HMI yang diinapkan di Asrama Haji Pontianak di Jalan Sutoyo Pontianak, Minggu (26/11/2023). Kehadiran Harisson kala itu turut didampingi oleh Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari.
“Sehingga datang dalam keadaan capai, lapar dan sebagainya. Ada miss komunikasi dengan panitia kongres HMI di Pontianak. Sehingga mereka tidak mendapatkan penginapan sesuai ekspektasi mereka,” sambung Harisson.
Dari informasi yang diperoleh, sebelum berangkat ke Pontianak, para simpatisan ini memang diinformasikan akan diinapkan di Asrama Haji. Namun sesampainya di Asrama haji, mereka tidak menyangka kalau hanya akan disiapkan tenda, bukan kamar atau ruangan.
“Mereka hanya disampaikan di Asrama Haji, tidak dibilang di tenda yang disiapkan. Ini yang membuat mereka kemarin marah. Mereka sekarang sudah bisa menerima dan relatif lebih tenang,” katanya.
Harisson pun menjamin, bahwa insiden beberapa hari lalu itu hanya sebuah tindakan spontanitas, tanpa bermaksud mengganggu ketertiban maupun kedamaian masyarakat Pontianak.
“Masyarakat Pontianak, masyarakat Kalbar tidak perlu khawatir, karena mereka juga sebenarnya tidak berniat membuat kekacauan atau keonaran di Kalbar, di Pontianak yang tenang ini, mengusik kedamaian dan ketenangan kita di Kalbar ini. Tak ada niat mereka begitu,” tegas Harisson.
Lebih lanjut Harisson mengungkapkan, secara tradisi dari generasi ke generasi, para anggota HMI akan selalu menghadiri setiap acara kongres HMI di manapun di Indonesia. Hal itu sebagai bentuk dukungan dan kecintaan mereka terhadap organisasi HMI.
“Mereka simpatisan HMI. Secara tradisi dari generasi ke generasi, kalau ada kongres di manapun di Indonesia ini, mereka akan turun ramai-ramai, tanpa diundang, biasanya mereka akan turun ramai-ramai ke tempat dilaksanakannya kongres,” ujarnya.
Sekalipun simpatisan tersebut tidak dapat masuk ke arena kongres, tempat persidangan, tempat seminar dan diskusi yang dilakukan dalam rangka kongres tersebut—karena memang bukan peserta inti—namun tetap mereka akan datang untuk menyemarakkan momentum tersebut.
“Kalau peserta inti yang mengikuti kongres itu yang bisa masuk atau memang utusan resmi, itu mereka menginap memang di hotel-hotel atau penginapan-penginapan dan itu memang tersusun rapi,” kata Harisson.
“Jadi mereka yang di Asrama Haji itu adalah simpatisan, bukan peserta inti. Jadi yang berkongres, yang masuk ke ruang sidang, melakukan sidang-sidang, melakukan pemilihan ketua, menentukan garis besar haluan organisasi itu adalah peserta inti,” timpalnya.
Dalam kunjungannya tersebut, Harisson juga berpesan kepada adik-adik anggota HMI yang ada di Asrama Haji agar tetap menjaga ketertiban dan keamanan di Kota Pontianak.
“Tetap pada prinsipnya, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Dan mereka tadi sudah sepakat, mereka akan bersikap tenang dan lebih bersikap intelektual sebagai mahasiswa calon pemimpin bangsa ini,” tandas Harisson.
Sebelum meninggalkan Asrama Haji, Harisson bersama Windy Prihastari turut memberikan bingkisan kepada para simpatisan HMI asal Sulselbar. (Jau)
Comment