KalbarOnline, Singkawang – Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson kembali turun ke lapangan dalam rangka mendorong percepatan penanganan kasus stunting di daerah. Kali ini ia melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kita Singkawang, pada Sabtu (30/12/2023).
Menurutnya, penanganan stunting di Kota Seribu Kelenteng itu harus menjadi perhatian serius, apalagi berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, stunting di Singkawang masih berada pada angka 23,5 persen.
Dalam kunkernya tersebut, Pj Gubernur Harisson turun menyambangi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Anggrek Biru di Kelurahan Kuala, Kecamatan Pasiran, guna memberikan edukasi gizi di sana.
Harisson menginstruksikan, kalau aksi-aksi nyata harus digencarkan, terutama dengan turun langsung ke tengah-tengah masyarakat. Seperti yang dicontohkan dirinya, dengan turun langsung mengunjungi sejumlah posyandu di 14 kabupaten kota. Untuk level kepala daerah, bupati atau wali kota juga seharusnya rajin turun berkeliling ke kecamatan atau desa di kabupaten atau kitanya masing-masing.
“Penanganan stunting ini kita harus benar-benar tahu, siapa yang stunting? Di daerah mana itu? Harus kita serbu dengan aksi-aksi nyata, makanya saya sering turun ke posyandu,” jelas Pj Gubernur Harisson.
Dirinya pun menekankan, dalam penanganan stunting, tidak hanya sekadar berakhir di omongan belaka atau lip service. Misalnya usai dirinya turun langsung ke posyandu-posyandu, lantas setelah itu tidak ada tindak lanjut lagi dari pemerintah kabupaten kota.
Maka dirinya menginginkan, pasca ia turun ke posyandu-posyandu, haruslah dibarengi oleh upaya lanjutan dengan berbagai program yang harus dilakukan dalam menurunkan stunting. Terutama dalam memasifkan edukasi gizi yang tepat dengan menyasar langsung para ibu-ibu.
“Penanganan stunting kita harus benar-benar melakukan aksi nyata tidak hanya sekadar lip service,” tegas pria berdarah Palembang itu.
Lebih lanjut Harisson mengatakan, upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap penurunan angka stunting adalah peningkatan pengetahuan ibu-ibu. Terutama terkait pola asuh, pentingnya imunisasi dan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) tepat gizi.
Harisson menilai, edukasi terkait menu bergizi yang dapat diberikan ibu-ibu kepada baduta balitanya harus terus digalakkan. Para ibu-ibu menurutnya harus menjadi perhatian untuk diberikan pengetahuan akan makanan penuh gizi yang dapat diberikan kepada anak-anak mereka.
“Ajarkan di posyandu itu demo memasak makanan bergizi kemudian langsung disuapkan ke anak-anak itu makanan yang kita buatkan,” jelasnya.
Masih kata Harisson, terdapat tiga komponen penting yang harus terkandung di dalam MPASI tepat gizi. Pertama yakni karbohidrat yang bisa didapatkan dari bubur, lalu protein hewani dari ikan serta lemak dari minyak makan, minyak sayur, santan dan margarin.
Dirinya menekankan, prinsip utama dalam penurunan stunting yakni pemenuhan protein hewani bagi anak-anak. Protein hewani dapat diperoleh dari ikan, hati, udang, ayam dan daging sapi.
“Protein hewani yang paling penting untuk balita bukan protein nabati karena asam aminonya lebih banyak disitu,” ungkap Harisson.
Dalam momentum itu pula, Harisson berpesan kepada ibu-ibu untuk mempersiapkan generasi emas dalam menyambut bonus demografi 2024 mendatang. Pada tahun tersebut dikatakannya, Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara maju.
“Maka ketika menjadi negara maju Indonesia membutuhkan tenaga kerja, maka tugas kita semua mempersiapkan tenaga kerja yang akan bekerja pada 2045,” pesan Harisson.
“Jangan sampai anak-anak kita pada 2045 nanti tumbuh tidak sesuai kompetensi, jangan sampai tenaga kerja kita menjadi tenaga kasar,” sambungnya.
Harisson menyebutkan, upaya untuk mempersiapkan SDM yang mumpuni harus digencarkan dari sekarang. Terutama dalam mewujudkan tenaga kerja yang handal untuk menduduki posisi berbagai strategis.
Ia menambahkan, persiapan tersebut bisa dilakukan sejak dini, misalnya pengetahuan pola asuh yang baik kepada ibu-ibu. Maka menurutnya upaya untuk turun langsung memberikan edukasi gizi sangat penting.
“Sekarang saatnya kita turun langsung ke ibu-ibu untuk memberikan edukasi gizi yang baik,” tuntas Harisson. (Jau)
Comment