Pameran Seni Merawat Ingatan Warga, Rekomendasi Gallery Date untuk Libur Panjang di Pontianak

KalbarOnline, Pontianak – Pameran Seni “Merawat Ingatan Warga” bisa menjadi salah satu pilihan untuk menikmati libur panjang 9 – 12 Mei 2024 di Kota Pontianak. Termasuk jika ingin merencanakan sebuah gallery date, atau kencan dengan mengunjungi eksibisi seni.

Pameran itu menghadirkan karya dari delapan orang seniman. Mereka adalah Jessica Wuysang, Teguh Yanu Priyatna, Ayu Murniati, Woituah, M Ridha Alhamdani, Sofia Rahayu, Widy Anggara dan Priska Yenirianto. Dikuratori Gusti Enda, siapa saja bisa kembali mengingat potongan adegan masa lalu dan refleksi masa depannya di Port99, Jalan Kom Yos Soedarso, Pontianak Barat, hingga 13 Mei 2024.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Ketika sampai di lokasi, kurator akan menyambut pengunjung lewat sebuah tulisan di muka pintu pameran. Termasuk memperkenalkan profil para seniman. Inisiasi bersama Pontinesia, Susur Galur, Borneo Embassy dan Ikatan Arsitek Indonesia Kalbar ini menampilkan karya dalam beragam format. Ada instalasi interaktif, fotografi, audio visual dan berbagai seni rupa.

Pameran seni Merawat Ingatan Warga tak hanya memajang sudut pandang seniman dalam memaknai ingatannya tentang alam, lingkungan, dan teknologi-gagasan yang saling terkait dan menjadi inti permasalahan sekitar. Namun juga memperbincangkan cerita dan proses dibalik karya tersebut. Obrolan itu dikemas dalam Artis Talk yang digelar di malam-malam tertentu.

Baca Juga :  Jusuf Kalla Puji Jejak Kinerja Sutarmidji, Jadikan Markas PMI Kalbar yang Terbesar dan Termegah se-Indonesia

Selain pulang dengan cerita dan nostalgia, pengunjung dipastikan bisa mengabadikan kehadirannya untuk sebuah ingatan baru. Baik itu lewat foto, atau kenangan baik.

Kurator pameran, Gusti Enda mengatakan, aktivitas kemaritiman dan pergolakan bangsa telah mengantarkan warga Kalbar menjadi kelompok masyarakat yang multikultur. Di mana lokalitas dijunjung sebagai kotak penyimpan ingatan masa lalu. Dan harapan masa depan kini dihadapkan dengan kenyataan krisis ekologi.

Hal itu terlihat dari karya yang ditampilkan. Misalnya Widy Anggara yang memotret keceriaan di tepian Sungai Kapuas. Ada pula M Ridha Alhamdani dengan video berjudul “Gertak sebagai Ruang Bunyi”. Jessica Wuysang menampilkan interaksi manusia di ruang banjir.

Priska menggambarkan sosok P_Monster dalam proses pemaknaan masyarakat pesisir yang berhubungan erat dengan berbagai perubahan dan pergeseran. Teguh merekam dinamika peradaban sungai tua dengan lensanya. Sedang Sofia, merepresentasikan kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir kuarsa di Pulau Gelam, Ketapang.

Baca Juga :  Deklarasi Kampanye Damai di Singkawang Nyaris Ricuh, Gegara Warna Bingkai Piagam Satu Paslon Berbeda

Ayu Murniati menyampaikan keresahannya akan ancaman sampah plastik terhadap biota laut di pesisir Sambas, lewat karya yang meriah. Dan Woituah, menampilkan visual animasi dan instalasi tentang pelestarian terumbu karang oleh warga di Pulau Lemukutan.

“Krisis ekologi tidak dapat dikatakan sebagai sebuah peristiwa alami, karena manusia tidak bisa melepaskan diri dari kesaling-hubungannya dengan lingkungan,” kata Gusti Enda.

Kompleksitas antara manusia dan alam itulah yang ditampilkan dengan membuka kotak penyimpanan masa lalu para seniman. Selain ada keceriaan, ada harapan dan halangan untuk masa depan. (Jau)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Comment