Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Selasa, 30 Juli 2024 |
KalbarOnline, Kubu Raya - Tidak ada tempat untuk mengungsi, satu keluarga di Dusun Rasau Karya (Sekunder C), Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya memilih bertahan di rumah, meski dikepung kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Athu mengatakan, ia dan keluarganya yang terdiri dari istri, satu anak laki-laki berusia 6 tahun, beserta ibunya berusia 61 tahun dan saudara laki-lakinya enggan meninggalkan rumah yang telah ditempatinya kurang lebih 9 tahun, karena tidak ada tempat untuk mengungsi. Meskipun rumah mereka dekat dengan lahan yang terbakar.
“Mau ngungsi di mana? Ngungsi tidak ada tempat lagi. Terpaksa harus bertahan,” katanya kepada wartawan, Sabtu (27/07/2024) siang.
“Siang mau ke warung bentar juga takut, takut apinya mendekat,” tambah Athu.
[caption id="attachment_169645" align="alignnone" width="1280"]
Athu, warga Dusun Rasau Karya, Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya yang memilih menetap di rumah meski dikepung karhutla. (Foto: Lydia/KalbarOnline)[/caption]
Tempat tinggalnya dekat dengan kebakaran lahan. Athu bilang, setiap malam mereka harus menghirup udara yang tidak sehat. Kondisi tersebut tentu sangat mengganggu saluran pernafasan mereka.
“Malam hari susah tidur, sesak nafas, sampai pagi,” ungkapnya.
Pria yang berprofesi sebagai petani sayur ini, khawatir kondisi tersebut mengancam keluarganya dan juga ladang pertaniannya. Sebab saat ini, beberapa tanaman sayur yang ia tanam menguning dan mati.
Athu berharap, ke depan tidak ada lagi pembukaan lahan dengan cara dibakar karena merugikan dirinya dan orang banyak. Selain itu ia juga berharap pemerintah dan instansi terkait dapat berupaya mencari solusi untuk memadamkan karhutla. (Lid)
KalbarOnline, Kubu Raya - Tidak ada tempat untuk mengungsi, satu keluarga di Dusun Rasau Karya (Sekunder C), Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya memilih bertahan di rumah, meski dikepung kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Athu mengatakan, ia dan keluarganya yang terdiri dari istri, satu anak laki-laki berusia 6 tahun, beserta ibunya berusia 61 tahun dan saudara laki-lakinya enggan meninggalkan rumah yang telah ditempatinya kurang lebih 9 tahun, karena tidak ada tempat untuk mengungsi. Meskipun rumah mereka dekat dengan lahan yang terbakar.
“Mau ngungsi di mana? Ngungsi tidak ada tempat lagi. Terpaksa harus bertahan,” katanya kepada wartawan, Sabtu (27/07/2024) siang.
“Siang mau ke warung bentar juga takut, takut apinya mendekat,” tambah Athu.
[caption id="attachment_169645" align="alignnone" width="1280"]
Athu, warga Dusun Rasau Karya, Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya yang memilih menetap di rumah meski dikepung karhutla. (Foto: Lydia/KalbarOnline)[/caption]
Tempat tinggalnya dekat dengan kebakaran lahan. Athu bilang, setiap malam mereka harus menghirup udara yang tidak sehat. Kondisi tersebut tentu sangat mengganggu saluran pernafasan mereka.
“Malam hari susah tidur, sesak nafas, sampai pagi,” ungkapnya.
Pria yang berprofesi sebagai petani sayur ini, khawatir kondisi tersebut mengancam keluarganya dan juga ladang pertaniannya. Sebab saat ini, beberapa tanaman sayur yang ia tanam menguning dan mati.
Athu berharap, ke depan tidak ada lagi pembukaan lahan dengan cara dibakar karena merugikan dirinya dan orang banyak. Selain itu ia juga berharap pemerintah dan instansi terkait dapat berupaya mencari solusi untuk memadamkan karhutla. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini