KalbarOnline.com – Ketua Perhimpunan Orangtua Penderita Talasemia Indonesia (POPTI) Provinsi Kalimantan Barat, Windy Prihastari Harisson, mengajak seluruh masyarakat dan pihak terkait untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak penyandang talasemia. Anak-anak ini sangat bergantung pada pendonor darah agar dapat menjalani transfusi darah secara rutin.
Windy Prihastari mengungkapkan bahwa satu anak penyandang talasemia membutuhkan setidaknya 20 pendonor darah tetap. Oleh karena itu, POPTI Kalbar aktif mensosialisasikan Gerakan Sahabat Talasemia, yang tidak hanya bertujuan merekrut pendonor tetap, tetapi juga menyediakan pendampingan psikologis bagi anak-anak talasemia.
“Kami terus gencar melakukan sosialisasi Gerakan Sahabat Talasemia untuk mencari pendonor darah tetap,” ujar Windy dalam keterangan persnya, kemarin.
Tantangan Anak Penyandang Talasemia
Windy menjelaskan bahwa meskipun keseharian anak-anak talasemia mirip dengan anak-anak lain, mereka memerlukan perhatian khusus. Hal ini terutama terkait dengan ketersediaan hemoglobin dalam darah mereka agar tetap normal. Selain itu, karena mereka harus sering menjalani transfusi darah, kadar zat besi dalam tubuh mereka harus dipantau agar tidak berlebihan, yang dapat berisiko mengganggu organ tubuh lainnya.
Windy menegaskan bahwa talasemia adalah kelainan darah yang belum ada obatnya. Para pengidapnya harus melakukan transfusi secara rutin sepanjang hidup mereka untuk dapat bertahan hidup.
“Bayangkan perjuangan anak-anak talasemia dan orang tua mereka. Setiap bulan mereka harus ke rumah sakit, dan tidak jarang transfusi dilakukan lebih dari sekali dalam sebulan,” kata Windy.
Kebutuhan Transfusi Berdasarkan Usia
Windy menjelaskan lebih lanjut bahwa kebutuhan transfusi darah bagi penyandang talasemia bervariasi berdasarkan usia. Anak-anak di bawah lima tahun umumnya membutuhkan satu kantong darah setiap bulan. Sedangkan remaja dan dewasa dapat memerlukan hingga tiga atau empat kantong darah per bulan, yang berarti mereka harus bolak-balik ke rumah sakit beberapa kali.
“Selain transfusi, mereka juga harus menjalani berbagai pemeriksaan seperti hemoglobin dan feritin, bahkan pemeriksaan lanjutan seperti MRI jantung. Ini tentu saja menambah beban bagi mereka,” ungkap Windy.
Windy menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak penyandang talasemia. Salah satunya adalah Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat yang telah berkontribusi dalam aksi sosial donor darah, sekaligus merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 mereka.
“Bank Indonesia telah menjadi salah satu Sahabat Talasemia. Kami berharap di masa depan, lebih banyak stakeholder yang bersedia menjadi pendonor darah tetap bagi penderita talasemia, karena kebutuhan mereka sangat mendesak,” tutup Windy. (Jau)
Comment