Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Senin, 12 Mei 2025 |
KALBARONLINE.com - Ratusan umat Buddha memadati Vihara Vajra Bumi Kertayuga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, pada Senin (12/05/2025), untuk memperingati Hari Tri Suci Waisak 2569 BE/2025.
Sejak pagi, umat telah berkumpul untuk mengikuti rangkaian ibadah, termasuk prosesi pemandian rupang atau patung bayi Siddhartha Gautama.
Prosesi mandi rupang menjadi salah satu bagian utama dalam perayaan Waisak. Ritual ini melambangkan penyucian diri secara lahir dan batin, serta menjadi wujud penghormatan atas kelahiran Sang Buddha Gautama.
Seluruh umat berbaris rapi dan secara bergiliran menyiramkan air bunga ke patung kecil Buddha menggunakan gayung dari kendi yang telah disiapkan.
Biksu Lian Sui menjelaskan, bahwa pemandian rupang tidak hanya simbolik, namun juga membawa makna mendalam dalam kehidupan spiritual umat Buddha.
“Hari Waisak ini memperingati kelahiran Sang Buddha. Pemandian rupang ini adalah simbol kita menyucikan diri, seperti membersihkan tubuh dan jiwa agar kembali putih dan bersih. Ini sudah menjadi tradisi dari dulu dan tetap dilestarikan hingga sekarang,” ungkapnya.
Tahun ini, perayaan Waisak mengangkat tema “Kebijaksanaan dan Pengendalian Diri”. Biksu Lian Sui berharap, umat Buddha dapat terus meningkatkan kualitas diri, menaati sila, dan menjalankan ajaran Sang Buddha demi kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, Rakima, Penyelenggara Buddha Kementerian Agama Kota Pontianak menyampaikan apresiasi atas perayaan Waisak yang berlangsung khidmat dan meriah di Kalimantan Barat, khususnya di Kubu Raya.
“Pemerintah selalu mendukung kegiatan keagamaan seperti Waisak ini. Selain sebagai bentuk ibadah, perayaan ini juga menjadi momen introspeksi diri bagi umat,” ujarnya.
Rakima juga menyampaikan pesan dari Menteri Agama RI yang tahun ini mengangkat tema ekoteologi sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup. Ia mengimbau umat Buddha untuk turut aktif menjaga alam, antara lain melalui penanaman pohon dan penyiraman eco-enzyme ke perairan yang tercemar.
“Kami mendorong kepada semua umat beragama termasuk umat Buddha Untuk menjalankan ekoteologi diantaranya adalah penanaman pohon Kemudian penyiraman eco enzim ke air yang kondisinya atau kualitasnya kurang baik, tujuannya adalah supaya lingkungan kita berangsur-angsur, pulih dan membaik demi kebaikan kita bersama,” harapnya. (Lid)
KALBARONLINE.com - Ratusan umat Buddha memadati Vihara Vajra Bumi Kertayuga, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, pada Senin (12/05/2025), untuk memperingati Hari Tri Suci Waisak 2569 BE/2025.
Sejak pagi, umat telah berkumpul untuk mengikuti rangkaian ibadah, termasuk prosesi pemandian rupang atau patung bayi Siddhartha Gautama.
Prosesi mandi rupang menjadi salah satu bagian utama dalam perayaan Waisak. Ritual ini melambangkan penyucian diri secara lahir dan batin, serta menjadi wujud penghormatan atas kelahiran Sang Buddha Gautama.
Seluruh umat berbaris rapi dan secara bergiliran menyiramkan air bunga ke patung kecil Buddha menggunakan gayung dari kendi yang telah disiapkan.
Biksu Lian Sui menjelaskan, bahwa pemandian rupang tidak hanya simbolik, namun juga membawa makna mendalam dalam kehidupan spiritual umat Buddha.
“Hari Waisak ini memperingati kelahiran Sang Buddha. Pemandian rupang ini adalah simbol kita menyucikan diri, seperti membersihkan tubuh dan jiwa agar kembali putih dan bersih. Ini sudah menjadi tradisi dari dulu dan tetap dilestarikan hingga sekarang,” ungkapnya.
Tahun ini, perayaan Waisak mengangkat tema “Kebijaksanaan dan Pengendalian Diri”. Biksu Lian Sui berharap, umat Buddha dapat terus meningkatkan kualitas diri, menaati sila, dan menjalankan ajaran Sang Buddha demi kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, Rakima, Penyelenggara Buddha Kementerian Agama Kota Pontianak menyampaikan apresiasi atas perayaan Waisak yang berlangsung khidmat dan meriah di Kalimantan Barat, khususnya di Kubu Raya.
“Pemerintah selalu mendukung kegiatan keagamaan seperti Waisak ini. Selain sebagai bentuk ibadah, perayaan ini juga menjadi momen introspeksi diri bagi umat,” ujarnya.
Rakima juga menyampaikan pesan dari Menteri Agama RI yang tahun ini mengangkat tema ekoteologi sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup. Ia mengimbau umat Buddha untuk turut aktif menjaga alam, antara lain melalui penanaman pohon dan penyiraman eco-enzyme ke perairan yang tercemar.
“Kami mendorong kepada semua umat beragama termasuk umat Buddha Untuk menjalankan ekoteologi diantaranya adalah penanaman pohon Kemudian penyiraman eco enzim ke air yang kondisinya atau kualitasnya kurang baik, tujuannya adalah supaya lingkungan kita berangsur-angsur, pulih dan membaik demi kebaikan kita bersama,” harapnya. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini