Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 15 Mei 2025 |
ALKISAH, di sebuah negeri antah berantah, hiduplah sepasang suami istri (pasutri) yang memegang kuasa di dua tingkatan wilayah. Sang suami menduduki singgasana tertinggi di Wilayah Agung, sementara istrinya menguasai Kadipaten Lumbung, tempat segala proyek dan anggaran berlabuh.
Dinasti Warisan Takhta yang mereka bangun bertahun-tahun lamanya tampak kokoh, seolah mampu menahan segala badai. Tak ada lagi kritik. Ruang-ruang perdebatan dikunci rapat. Semua hal bisa dibeli, semua hal bisa dikorupsi.
Hingga tibalah malam yang tak pernah mereka bayangkan, Malam Jumat keramat, di hari ke-24 Purnama Angin Membara — saat langit Antah Berantah seakan menahan napas. Kerajaan yang berdiri di atas janji dan tipu daya itu tiba-tiba berguncang. KPK datang mendadak, mengobrak-abrik seisi istana tanpa salam pembuka.
Kepanikan melanda. Sang istri segera meminta pertolongan ke Wilayah Agung, sedangkan sang suami mencari dukungan ke Kota Pusat Perselingkuhan Kekuasaan—tempat segala siasat dan sandiwara dilahirkan.
Isu pun merebak, konon, penyusupan para pendekar Ketoprak berkaitan dengan dugaan korupsi yang selama ini dikubur rapat. Tapi entahlah. Sejak malam itu, hingga sebulan lamanya berlalu, tak ada kabar kelanjutannya. Senyap.
Bahkan rakyat pun mulai lupa. Apa sebenarnya kepanjangan dari KPK? Yang mereka ingat hanyalah, Kumpulan Pecinta Ketoprak.
Catatan Redaksi:
Cerita ini adalah bagian dari rangkaian lakon panjang tentang kekuasaan, korupsi, dan janji-janji yang terkunci di negeri Antah Berantah. Setiap bab membuka tabir demi tabir, setiap nama dan tempat telah kami ubah demi menjaga jarak dari dunia nyata. Tapi esensinya tetap tajam dan menggigit.
Mohon bersabar, karena cerita ini bersambung. Bab demi bab akan hadir secara berkala. Dan seperti semua sandiwara kekuasaan, yang sabar menunggu, akan tahu siapa sebenarnya dalangnya.
Nantikan kelanjutannya hanya di KALBARONLINE.com.
ALKISAH, di sebuah negeri antah berantah, hiduplah sepasang suami istri (pasutri) yang memegang kuasa di dua tingkatan wilayah. Sang suami menduduki singgasana tertinggi di Wilayah Agung, sementara istrinya menguasai Kadipaten Lumbung, tempat segala proyek dan anggaran berlabuh.
Dinasti Warisan Takhta yang mereka bangun bertahun-tahun lamanya tampak kokoh, seolah mampu menahan segala badai. Tak ada lagi kritik. Ruang-ruang perdebatan dikunci rapat. Semua hal bisa dibeli, semua hal bisa dikorupsi.
Hingga tibalah malam yang tak pernah mereka bayangkan, Malam Jumat keramat, di hari ke-24 Purnama Angin Membara — saat langit Antah Berantah seakan menahan napas. Kerajaan yang berdiri di atas janji dan tipu daya itu tiba-tiba berguncang. KPK datang mendadak, mengobrak-abrik seisi istana tanpa salam pembuka.
Kepanikan melanda. Sang istri segera meminta pertolongan ke Wilayah Agung, sedangkan sang suami mencari dukungan ke Kota Pusat Perselingkuhan Kekuasaan—tempat segala siasat dan sandiwara dilahirkan.
Isu pun merebak, konon, penyusupan para pendekar Ketoprak berkaitan dengan dugaan korupsi yang selama ini dikubur rapat. Tapi entahlah. Sejak malam itu, hingga sebulan lamanya berlalu, tak ada kabar kelanjutannya. Senyap.
Bahkan rakyat pun mulai lupa. Apa sebenarnya kepanjangan dari KPK? Yang mereka ingat hanyalah, Kumpulan Pecinta Ketoprak.
Catatan Redaksi:
Cerita ini adalah bagian dari rangkaian lakon panjang tentang kekuasaan, korupsi, dan janji-janji yang terkunci di negeri Antah Berantah. Setiap bab membuka tabir demi tabir, setiap nama dan tempat telah kami ubah demi menjaga jarak dari dunia nyata. Tapi esensinya tetap tajam dan menggigit.
Mohon bersabar, karena cerita ini bersambung. Bab demi bab akan hadir secara berkala. Dan seperti semua sandiwara kekuasaan, yang sabar menunggu, akan tahu siapa sebenarnya dalangnya.
Nantikan kelanjutannya hanya di KALBARONLINE.com.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini