Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 22 Mei 2025 |
Cerita ini berlanjut dari bab sebelumnya, saat bayangan pendekar Ketoprak menyelinap ke Balai Janji, dan rakyat mulai bertanya-tanya — tentang kain perlawanan, naskah-naskah kuno yang diangkut diam-diam, dan istana yang tetap bungkam. Kini, suara pertama akhirnya terdengar. Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah, mengumumkan satu kata yang mengguncang panggung Kadipaten: "Sudah." Apakah ini awal dari akhir sebuah dinasti? Atau babak baru dari sandiwara yang belum selesai?
SEHARI setelah kabar penyusupan para pendekar Ketoprak ke Balai Janji mengguncang Kadipaten Lumbung, rakyat belum juga mendapat kepastian. Tapi awan mulai menipis, ketika Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah Kumpulann Pecinta Ketoprak (KPK), kembali bersuara.
Kali ini tak lagi penuh teka-teki. Dengan nada tegas, ia menyampaikan lewat surat bergaris emas:
"Sudah."
“Sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka.”
Suara itu menjadi gong pertama. Suara yang menandai bahwa sandiwara di panggung Kadipaten telah memasuki babak baru.
Sebelumnya, Mas Wacana memang telah membenarkan bahwa para pendekar Ketoprak melakukan penggeledahan di Kadipaten Lumbung, bagian dari penyidikan yang disebutnya “serius”. Namun, sebagaimana gaya bicara para penjaga lidah, identitas si pesakitan masih disimpan rapi dalam laci kedap suara.
“Perkara dan nama akan disampaikan setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai,” tulisnya—lagi-lagi dalam bahasa yang menenangkan, tapi menggantung.
Sementara itu, bayangan dari malam keramat masih beredar di penjuru negeri. Tayangan Cermin Maya dari Balai Janji, yang memperlihatkan naskah-naskah diangkut oleh pendekar Ketoprak dengan penjagaan pasukan bersenjata, terus dibagikan ulang oleh para Penyalur Bisik di Pasar Maya.
Rakyat pun bersiap. Angin terasa berbeda. Kain-kain perlawanan masih tergantung, mata-mata rakyat masih menyusuri lorong informasi, dan semua bertanya.
Siapa yang bakal diumumkan sebagai pesakitan?
Dan… apakah dia bagian dari dinasti yang tak pernah belajar dari janji-janji lama?
Jawabannya, hanya tinggal menunggu waktu. Karena dalam negeri yang terbiasa dengan sandiwara, kadang kebenaran baru diumumkan setelah panggung dibersihkan.
Cerita ini berlanjut dari bab sebelumnya, saat bayangan pendekar Ketoprak menyelinap ke Balai Janji, dan rakyat mulai bertanya-tanya — tentang kain perlawanan, naskah-naskah kuno yang diangkut diam-diam, dan istana yang tetap bungkam. Kini, suara pertama akhirnya terdengar. Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah, mengumumkan satu kata yang mengguncang panggung Kadipaten: "Sudah." Apakah ini awal dari akhir sebuah dinasti? Atau babak baru dari sandiwara yang belum selesai?
SEHARI setelah kabar penyusupan para pendekar Ketoprak ke Balai Janji mengguncang Kadipaten Lumbung, rakyat belum juga mendapat kepastian. Tapi awan mulai menipis, ketika Mas Wacana Mahardika, sang penjaga lidah Kumpulann Pecinta Ketoprak (KPK), kembali bersuara.
Kali ini tak lagi penuh teka-teki. Dengan nada tegas, ia menyampaikan lewat surat bergaris emas:
"Sudah."
“Sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka.”
Suara itu menjadi gong pertama. Suara yang menandai bahwa sandiwara di panggung Kadipaten telah memasuki babak baru.
Sebelumnya, Mas Wacana memang telah membenarkan bahwa para pendekar Ketoprak melakukan penggeledahan di Kadipaten Lumbung, bagian dari penyidikan yang disebutnya “serius”. Namun, sebagaimana gaya bicara para penjaga lidah, identitas si pesakitan masih disimpan rapi dalam laci kedap suara.
“Perkara dan nama akan disampaikan setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai,” tulisnya—lagi-lagi dalam bahasa yang menenangkan, tapi menggantung.
Sementara itu, bayangan dari malam keramat masih beredar di penjuru negeri. Tayangan Cermin Maya dari Balai Janji, yang memperlihatkan naskah-naskah diangkut oleh pendekar Ketoprak dengan penjagaan pasukan bersenjata, terus dibagikan ulang oleh para Penyalur Bisik di Pasar Maya.
Rakyat pun bersiap. Angin terasa berbeda. Kain-kain perlawanan masih tergantung, mata-mata rakyat masih menyusuri lorong informasi, dan semua bertanya.
Siapa yang bakal diumumkan sebagai pesakitan?
Dan… apakah dia bagian dari dinasti yang tak pernah belajar dari janji-janji lama?
Jawabannya, hanya tinggal menunggu waktu. Karena dalam negeri yang terbiasa dengan sandiwara, kadang kebenaran baru diumumkan setelah panggung dibersihkan.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini