Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 01 Agustus 2025 |
KALBARONLINE.com – Tidak semua orang siap mental saat mendengar vonis, diabetes. Bukan cuma soal gula darah yang melonjak, tapi juga soal beban pikiran, tekanan batin, bahkan kehilangan semangat hidup. Inilah yang dikenal sebagai distres diabetes, respons emosional negatif yang muncul saat seseorang harus menjalani hidup berdampingan dengan penyakit kronis tersebut.
Hal ini disampaikan oleh edukator kesehatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, Ns Istafiyana Rahayu, S.Kep, saat memberikan edukasi kepada pasien dan pengunjung rumah sakit, Jumat (1/8/2025).
“Ketika seseorang menerima diagnosis diabetes, artinya ia harus siap hidup berdampingan dengan penyakit kronis yang membutuhkan perhatian dan perawatan seumur hidup,” ujar Istafiyana.
Ia mengungkapkan bahwa banyak pasien merasa terpukul di awal, membayangkan harus minum obat seumur hidup, menyuntik insulin, menghindari makanan favorit, sampai risiko komplikasi seperti kebutaan, gagal ginjal, hingga amputasi.
Menurutnya, kondisi ini tak bisa dianggap remeh karena dapat memengaruhi kepatuhan pasien terhadap pengobatan. “Tidak sedikit pasien yang akhirnya menyerah. Ada yang berhenti minum obat, malas kontrol, bahkan kembali ke pola makan yang sembarangan,” jelasnya.
Jangan Hadapi Sendiri, Butuh Support System
Istafiyana menekankan pentingnya dukungan emosional. Ketika mulai merasa tertekan, pasien disarankan untuk mencari bantuan dari tenaga kesehatan guna menata ulang pikiran dan membangun motivasi.
“Peran keluarga juga sangat penting. Mereka harus bisa jadi pendengar yang baik, teman dalam proses penyembuhan, bukan malah menghakimi,” katanya.
Menurut Istafiyana, mengelola stres bukan berarti menyingkirkan semua emosi negatif, tapi belajar mengenali dan menghadapinya dengan cara sehat. Salah satunya dengan memperbanyak pengetahuan tentang diabetes agar tidak lagi merasa takut berlebihan.
“Coba ganti camilan tinggi karbohidrat dengan buah, lakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki 30 menit tiap hari. Kecil tapi konsisten,” imbaunya.
Ia menegaskan bahwa hidup dengan diabetes tetap bisa dijalani dengan bahagia, selama pasien memiliki pemahaman yang baik, dukungan emosional, dan pola hidup yang sehat.
“Diabetes bukan akhir dari segalanya. Yang penting kita tahu cara berdamai dan tetap semangat,” pungkasnya. (Jau)
KALBARONLINE.com – Tidak semua orang siap mental saat mendengar vonis, diabetes. Bukan cuma soal gula darah yang melonjak, tapi juga soal beban pikiran, tekanan batin, bahkan kehilangan semangat hidup. Inilah yang dikenal sebagai distres diabetes, respons emosional negatif yang muncul saat seseorang harus menjalani hidup berdampingan dengan penyakit kronis tersebut.
Hal ini disampaikan oleh edukator kesehatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, Ns Istafiyana Rahayu, S.Kep, saat memberikan edukasi kepada pasien dan pengunjung rumah sakit, Jumat (1/8/2025).
“Ketika seseorang menerima diagnosis diabetes, artinya ia harus siap hidup berdampingan dengan penyakit kronis yang membutuhkan perhatian dan perawatan seumur hidup,” ujar Istafiyana.
Ia mengungkapkan bahwa banyak pasien merasa terpukul di awal, membayangkan harus minum obat seumur hidup, menyuntik insulin, menghindari makanan favorit, sampai risiko komplikasi seperti kebutaan, gagal ginjal, hingga amputasi.
Menurutnya, kondisi ini tak bisa dianggap remeh karena dapat memengaruhi kepatuhan pasien terhadap pengobatan. “Tidak sedikit pasien yang akhirnya menyerah. Ada yang berhenti minum obat, malas kontrol, bahkan kembali ke pola makan yang sembarangan,” jelasnya.
Jangan Hadapi Sendiri, Butuh Support System
Istafiyana menekankan pentingnya dukungan emosional. Ketika mulai merasa tertekan, pasien disarankan untuk mencari bantuan dari tenaga kesehatan guna menata ulang pikiran dan membangun motivasi.
“Peran keluarga juga sangat penting. Mereka harus bisa jadi pendengar yang baik, teman dalam proses penyembuhan, bukan malah menghakimi,” katanya.
Menurut Istafiyana, mengelola stres bukan berarti menyingkirkan semua emosi negatif, tapi belajar mengenali dan menghadapinya dengan cara sehat. Salah satunya dengan memperbanyak pengetahuan tentang diabetes agar tidak lagi merasa takut berlebihan.
“Coba ganti camilan tinggi karbohidrat dengan buah, lakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki 30 menit tiap hari. Kecil tapi konsisten,” imbaunya.
Ia menegaskan bahwa hidup dengan diabetes tetap bisa dijalani dengan bahagia, selama pasien memiliki pemahaman yang baik, dukungan emosional, dan pola hidup yang sehat.
“Diabetes bukan akhir dari segalanya. Yang penting kita tahu cara berdamai dan tetap semangat,” pungkasnya. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini