Teknologi    

Mengenal Dark AI, Teknologi Liar dan Berbahaya yang Kini Mulai Digunakan Agen Pemerintah

Oleh : adminkalbaronline
Senin, 11 Agustus 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang pesat tidak selalu membawa dampak positif. Di balik inovasi yang mempermudah kehidupan, muncul ancaman baru bernama Dark AI — teknologi AI yang digunakan untuk tujuan berbahaya, ilegal, dan tidak etis.

Kaspersky, perusahaan keamanan siber asal Rusia, menjelaskan bahwa Dark AI merujuk pada penerapan model bahasa besar (large language model/LLM) yang beroperasi di luar kontrol keamanan, kepatuhan, dan tata kelola standar. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan penipuan, manipulasi, serangan siber, hingga penyalahgunaan data tanpa pengawasan.

Sergey Lozhkin, Kepala Tim Riset Analisis Global (GReAT) untuk META dan APAC di Kaspersky, menyebut salah satu bentuk Dark AI yang populer adalah Black Hat GPT, yang mulai muncul pada pertengahan 2023. Model ini sengaja dibuat atau dimodifikasi untuk memproduksi kode berbahaya, merancang email phishing yang persuasif, membuat deepfake suara dan video, hingga mendukung operasi Red Team.

Beberapa varian Dark AI yang telah teridentifikasi antara lain WormGPT, DarkBard, FraudGPT, dan Xanthorox. Seluruhnya dirancang untuk mendukung kejahatan siber, penipuan, dan otomatisasi aktivitas ilegal.

Lebih mengkhawatirkan, menurut Kaspersky, tren terbaru menunjukkan bahwa aktor negara mulai memanfaatkan LLM dalam kampanye siber mereka. OpenAI bahkan melaporkan telah menggagalkan lebih dari 20 operasi siber terselubung yang mencoba menyalahgunakan perangkat AI miliknya.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pelaku kejahatan memanfaatkan LLM untuk menciptakan persona palsu yang meyakinkan, merespons target secara real-time, dan menghasilkan konten multibahasa yang dirancang menembus filter keamanan tradisional.

“AI tidak secara inheren membedakan yang benar dan salah. Ia hanyalah alat yang mengikuti perintah. Bahkan dengan perlindungan, aktor ancaman tingkat lanjut tetap gigih mencari celah,” kata Lozhkin.

Kaspersky mengimbau organisasi dan individu di Asia Pasifik untuk meningkatkan kesadaran dan kebersihan keamanan siber, berinvestasi pada deteksi ancaman berbasis AI, serta mempelajari cara teknologi ini dapat dieksploitasi demi mengantisipasi ancaman Dark AI di masa depan. (**)

Artikel Selanjutnya
Ini Kata Musisi Pontianak Soal Putar Lagu di Ruang Publik Wajib Bayar Royalti
Senin, 11 Agustus 2025
Artikel Sebelumnya
Bukan Caplok Gaza, Netanyahu Sebut Hanya Ingin Selamatkan Warga dari Kelompok Hamas
Senin, 11 Agustus 2025

Berita terkait