Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 02 September 2024 |
KalbarOnline.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa yang cerah pada perdagangan Senin (2/09/2024), meskipun data ekonomi terbaru di Indonesia kurang menggembirakan. Berdasarkan laporan dari RTI, IHSG ditutup menguat sebesar 0,31% ke posisi 7.694,53, meski gagal bertahan di level psikologis 7.700.
Meskipun demikian, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH), setelah sebelumnya mencetak ATH pada akhir pekan lalu di posisi 7.670,73. Pada perdagangan hari ini, nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume perdagangan mencapai 16,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 351 saham menguat, 243 saham melemah, dan 200 saham stagnan.
Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 3,82%. Sementara itu, emiten telekomunikasi BUMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I, menyumbang 9,6 poin indeks.
Penguatan IHSG terjadi di tengah rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan, seperti data aktivitas manufaktur Indonesia yang tergambar pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Agustus 2024. S&P Global melaporkan bahwa PMI manufaktur Indonesia jatuh ke angka 48,9, menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, setelah sebelumnya tercatat 49,3 pada Juli 2024.
Ambruknya PMI manufaktur ini menjadi perhatian serius karena sektor manufaktur merupakan salah satu penyumbang utama perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Penurunan yang terus-menerus dalam PMI ini bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan turun jabatan pada Oktober mendatang.
Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia kembali mencatat deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2024. Ini adalah deflasi keempat sepanjang tahun ini, yang umumnya disebabkan oleh turunnya harga komoditas komponen harga bergejolak.
Meski begitu, ada harapan bahwa IHSG akan mencatat kinerja positif sepanjang September, meskipun biasanya September dikenal dengan efek September Effect yang cenderung membuat pasar lesu. Harapan ini muncul dari kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yang mungkin akan mulai memangkas suku bunga pada September ini. (Jau)
KalbarOnline.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa yang cerah pada perdagangan Senin (2/09/2024), meskipun data ekonomi terbaru di Indonesia kurang menggembirakan. Berdasarkan laporan dari RTI, IHSG ditutup menguat sebesar 0,31% ke posisi 7.694,53, meski gagal bertahan di level psikologis 7.700.
Meskipun demikian, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH), setelah sebelumnya mencetak ATH pada akhir pekan lalu di posisi 7.670,73. Pada perdagangan hari ini, nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume perdagangan mencapai 16,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan lebih dari 1,2 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 351 saham menguat, 243 saham melemah, dan 200 saham stagnan.
Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 3,82%. Sementara itu, emiten telekomunikasi BUMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I, menyumbang 9,6 poin indeks.
Penguatan IHSG terjadi di tengah rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan, seperti data aktivitas manufaktur Indonesia yang tergambar pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Agustus 2024. S&P Global melaporkan bahwa PMI manufaktur Indonesia jatuh ke angka 48,9, menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, setelah sebelumnya tercatat 49,3 pada Juli 2024.
Ambruknya PMI manufaktur ini menjadi perhatian serius karena sektor manufaktur merupakan salah satu penyumbang utama perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Penurunan yang terus-menerus dalam PMI ini bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan turun jabatan pada Oktober mendatang.
Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia kembali mencatat deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2024. Ini adalah deflasi keempat sepanjang tahun ini, yang umumnya disebabkan oleh turunnya harga komoditas komponen harga bergejolak.
Meski begitu, ada harapan bahwa IHSG akan mencatat kinerja positif sepanjang September, meskipun biasanya September dikenal dengan efek September Effect yang cenderung membuat pasar lesu. Harapan ini muncul dari kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yang mungkin akan mulai memangkas suku bunga pada September ini. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini