Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 10 September 2020 |
KalbarOnline.com – Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menjadi inspektur upacara serah terima jenazah tokoh pers nasional Jakob Oetama. Penyerahan jenazah dilakukan oleh Irwan Oetama, putra sulung Jakob Oetama, kepada Bamsoet berlangsung di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Barat, Kamis (10/9).
Selanjutnya, jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Jakob Oetama lahir di Magelang, Borobudur pada 27 September 1931. Tokoh jurnalistik sekaligus pendiri Kompas itu wafat pada usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading pada Rabu (9/9/20).
Kecintaannya terhadap Indonesia tak perlu diragukan. Bisa dilihat dari rekam jejaknya sebagai jurnalis, budayawan, sekaligus pejuang demokrasi. Hingga akhirnya mengantarkan dirinya meraih penghargaan Bintang Mahaputera dari pemerintah Indonesia pada 1973.
Baca juga: Perginya Jakob Oetama, Orang Bijak dari Palmerah
“Terlalu banyak testimoni yang bisa diberikan tentang kehebatan Pak Jakob Oetama di bidang jurnalis, budayawan, dan demokrasi. Namun tak banyak yang mengulas sosoknya sebagai manusia yang rendah hati, peduli terhadap sesama, dan yang terpenting caranya memperlakukan para wartawan dan karyawannya dengan sangat baik. Tak heran jika di bawah kepemimpinan Jakob Oetama, Kompas tak sekadar menjadi koran biasa. Melainkan berkembang menjadi imperium Kompas Gramedia Group yang memiliki gedung setinggi 223 meter dengan 53 lantai, terletak di jantung Ibu Kota Jakarta,” ujar Bamsoet usai melepas jenazah Jakob Oetama, di Jakarta, Kamis (10/9/20).
Ketua DPR ke-20 itu menceritakan, saat mulai berkarir menjadi wartawan di periode 1985-an, dirinya banyak mendengar cerita tentang kehebatan sentuhan hati Jakob Oetama kepada para wartawan Kompas. Jakob tak segan menelepon langsung wartawan yang bertugas di lapangan untuk mengapresiasi berita yang mereka tulis. Tepukan bahu saat bertemu serta menyapa para wartawannya dengan nama sapaan mereka, adalah cerita lain yang menggambarkan cara Jakob Oetama memimpin dengan hati.
“Tak heran jika banyak orang, bukan hanya para wartawan dan karyawannya, namun juga yang pernah bergaul dengan dirinya termasuk saya, menganggap Pak Jakob Oetama sebagai ayah ideologis. Sebagai orang tua yang bijaksana, penuh welas asih dengan kharisma kepemimpinan yang kuat,” tandas Bamsoet.
Baca juga: Jakob Oetama Membentuk Fondasi Jurnalisme Presisi
Menurut Bamsoet, berkat pemikiran Pak Jakob, Kompas, dan dunia jurnalistik Indonesia dikenalkan prinsip baru. Yaitu, dari jurnalisme fakta ke jurnalisme makna. Prinsip tersebut pada intinya mengajarkan para jurnalis tak sekadar membuat berita sesuai fakta, melainkan juga menghadirkan makna dari fakta peristiwa yang terjadi.
“Pak Jakob mengajarkan media seyogianya menjadi batu penjuru, tempat masyarakat mendapat kepastian. Media harus memberi jawab, menjelaskan duduknya perkara. Dengan begitu, pembaca mendapatkan pencerahan. Selamat jalan Pak Jakob. Semangat dan idelismemu tetap di hati kami,” pungkas Bamsoet.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menjadi inspektur upacara serah terima jenazah tokoh pers nasional Jakob Oetama. Penyerahan jenazah dilakukan oleh Irwan Oetama, putra sulung Jakob Oetama, kepada Bamsoet berlangsung di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Barat, Kamis (10/9).
Selanjutnya, jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Jakob Oetama lahir di Magelang, Borobudur pada 27 September 1931. Tokoh jurnalistik sekaligus pendiri Kompas itu wafat pada usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading pada Rabu (9/9/20).
Kecintaannya terhadap Indonesia tak perlu diragukan. Bisa dilihat dari rekam jejaknya sebagai jurnalis, budayawan, sekaligus pejuang demokrasi. Hingga akhirnya mengantarkan dirinya meraih penghargaan Bintang Mahaputera dari pemerintah Indonesia pada 1973.
Baca juga: Perginya Jakob Oetama, Orang Bijak dari Palmerah
“Terlalu banyak testimoni yang bisa diberikan tentang kehebatan Pak Jakob Oetama di bidang jurnalis, budayawan, dan demokrasi. Namun tak banyak yang mengulas sosoknya sebagai manusia yang rendah hati, peduli terhadap sesama, dan yang terpenting caranya memperlakukan para wartawan dan karyawannya dengan sangat baik. Tak heran jika di bawah kepemimpinan Jakob Oetama, Kompas tak sekadar menjadi koran biasa. Melainkan berkembang menjadi imperium Kompas Gramedia Group yang memiliki gedung setinggi 223 meter dengan 53 lantai, terletak di jantung Ibu Kota Jakarta,” ujar Bamsoet usai melepas jenazah Jakob Oetama, di Jakarta, Kamis (10/9/20).
Ketua DPR ke-20 itu menceritakan, saat mulai berkarir menjadi wartawan di periode 1985-an, dirinya banyak mendengar cerita tentang kehebatan sentuhan hati Jakob Oetama kepada para wartawan Kompas. Jakob tak segan menelepon langsung wartawan yang bertugas di lapangan untuk mengapresiasi berita yang mereka tulis. Tepukan bahu saat bertemu serta menyapa para wartawannya dengan nama sapaan mereka, adalah cerita lain yang menggambarkan cara Jakob Oetama memimpin dengan hati.
“Tak heran jika banyak orang, bukan hanya para wartawan dan karyawannya, namun juga yang pernah bergaul dengan dirinya termasuk saya, menganggap Pak Jakob Oetama sebagai ayah ideologis. Sebagai orang tua yang bijaksana, penuh welas asih dengan kharisma kepemimpinan yang kuat,” tandas Bamsoet.
Baca juga: Jakob Oetama Membentuk Fondasi Jurnalisme Presisi
Menurut Bamsoet, berkat pemikiran Pak Jakob, Kompas, dan dunia jurnalistik Indonesia dikenalkan prinsip baru. Yaitu, dari jurnalisme fakta ke jurnalisme makna. Prinsip tersebut pada intinya mengajarkan para jurnalis tak sekadar membuat berita sesuai fakta, melainkan juga menghadirkan makna dari fakta peristiwa yang terjadi.
“Pak Jakob mengajarkan media seyogianya menjadi batu penjuru, tempat masyarakat mendapat kepastian. Media harus memberi jawab, menjelaskan duduknya perkara. Dengan begitu, pembaca mendapatkan pencerahan. Selamat jalan Pak Jakob. Semangat dan idelismemu tetap di hati kami,” pungkas Bamsoet.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini