70 Peserta Ikut Sertifikasi SKKNI Bidang TIK
KalbarOnline, Pontianak – Sebanyak 70 peserta berasal dari lulusan SMK, Diploma dan Strata 1 mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Aula Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Kantor Wali Kota Pontianak, Senin (17/4).
Bimtek sekaligus sertifikasi ini digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak.
Staf Ahli Bidang Hukum Kemenkominfo RI, Henri Subiakto mengatakan, para peserta bimtek ini nantinya akan mengikuti tes kompetensi. Bagi para peserta yang dinyatakan lulus dan berhak mengantongi sertifikat, mereka bisa terjun langsung di dunia industri maupun start up – start up.
Hal ini bertujuan untuk mendorong para generasi muda menjadi entrepreneur-entrepreneur di dunia IT yang memiliki prospek menjanjikan.
“Artinya, seperti yang dikatakan Pak Wali Kota bahwa di sini ada aplikasi yang bisa memantau harga pasar kebutuhan pokok atau aplikasi-aplikasi lainnya. Nah, itu merupakan peluang sebab hampir semua wilayah akan membutuhkannya,” ujarnya.
Ia berharap, para peserta sertifikasi di bidang TIK ini tidak hanya semata-mata menjadi SDM atau karyawan. Mereka diharapkan mampu menggeluti dunia-dunia industri di bidang IT yang saat ini terus berkembang. Selain itu, mereka juga bisa menjadi entrepreneur IT.
“Nanti kaitannya dengan program 1.000 start up. Kalau sekarang yang kita gelar ini lebih kepada sertifikasi. Nanti ada program dari direktorat jenderal yang lain dengan nama program 1.000 start up,” ungkap Henri.
Peserta sertifikasi yang berasal dari kalangan generasi muda ini, lanjutnya, akan didorong supaya lebih mengembangkan kreatifitasnya di bidang IT. Sebab menurutnya, kreatifitas itu bukan hanya dikuasai oleh generasi muda yang ada di Pulau Jawa maupun kota-kota besar lainnya.
“Kalimantan pun kalau sudah tersentuh pengetahuannya di dunia IT dan punya niat berkreasi, mereka tidak kalah dengan anak-anak muda di luar Kalimantan,” ucapnya.
Henri menilai, semakin muda usia orang yang menggeluti IT, maka semakin mahir dia dalam bidang itu. Bahkan, sebagaimana yang terungkap baru-baru ini, di mana para hacker yang berhasil diamankan pihak kepolisian karena meretas ribuan situs itu adalah siswa lulusan SMP.
“Jadi, jangan hanya memandang tingkat pendidikan yang disandang seseorang. Semakin tua usia seseorang, semakin ketinggalan ia di bidang IT. Sebaliknya, semakin muda usianya, maka semakin hebat penguasaan IT-nya,” sebutnya.
Kadangkala, kata Henri, orang-orang di luar bidang IT, mampu memunculkan apa yang dibutuhkan masyarakat. Mereka memiliki peran yang besar dalam konteks memikirkan ide-ide baru yang perlu dikembangkan. Terpenting adalah memiliki visi kreativitas yang bisa dikembangkan, baik bagi mereka yang berbasis IT maupun non IT.
“Seperti Pak Wali, Pak Wali ini latar belakangnya orang hukum, tetapi ketika punya visi pengembangan IT untuk layanan publik, beliau bisa menerapkannya. Yang penting punya visi, eksekusinya baru melibatkan orang-orang yang menguasai IT. Tapi kalau tidak punya visi, ya tidak akan jalan,” tuturnya.
Sementara Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyebut, bagi peserta yang lulus dan memiliki sertifikasi, tentu kompetensinya lebih dari pada yang belum memiliki sertifikasi. Dengan demikian, akan banyak perusahaan atau pemerintah daerah (pemda) yang membutuhkan tenaga mereka.
Namun ia berharap, para peserta yang lulus dan mengantongi sertifikasi, bisa mandiri dengan menciptakan aplikasi-aplikasi dan programmer. Aplikasi ciptaan mereka itu, nantinya bisa dijual kepada pemda atau pihak swasta yang membutuhkan.
“Kita juga sudah menggunakan aplikasi karya anak-anak muda seperti e-pemerintahan, open data juga kita biayai, hal-hal seperti ini bagus,” imbuhnya.
Untuk bisa bersaing di dunia IT ini, Sutarmidji memberikan kunci bagaimana bisa berhasil menggeluti bisnis IT. Kuncinya adalah mereka harus banyak tahu tentang informasi. Misalnya, informasi di pemda-pemda terkait apa-apa saja yang dibutuhkan mereka di bidang IT maupun aplikasi. Bahkan, Pemkot Pontianak sudah selangkah lebih maju. Tidak lagi bicara parade aplikasi, tetapi bagaimana mengintegrasikan seluruh kegiatan atau aplikasi.
“Mengintegrasikan ini tidak gampang dan butuh biaya mahal. Bahkan ada yang mengeluarkan dana senilai Rp60-80 miliar. Tetapi untuk Pemkot, tidak sampai Rp7 miliar. Mereka bisa buat murah,” bebernya.
Dikatakan Wali Kota dua periode ini, persaingan SDM di bidang IT cukup ketat. Ke depan, pihaknya akan meminta Kemenkominfo untuk kembali menggelar sertifikasi. Bahkan, bila diperlukan biaya, pihaknya siap menganggarkan untuk mengikutsertakan peserta sertifikasi bidang TIK. Selain itu, ia akan menyiapkan sebuah ruang di Gedung Pontianak Convention Center (PCC) untuk komunitas penggiat IT berdiskusi berbagai hal terkait IT.
“Silakan berdiskusi di sana di lantai 3 Gedung PCC. Sebagai penggelut IT, mereka harus sering berdiskusi,” pungkasnya. (Fat/Jim Hms)
Comment