KalbarOnline, Sekadau – Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman, baik itu, Suku, Budaya, Tradisi, Bahasa dan sebagainya.
Berdasarkan data yang ada di Wikipedia, Indonesia saat ini memiliki 34 Provinsi, 416 Kabupaten dan 99 Kota. Sedangkan jumlah Kecamatan dan Kelurahan berjumlah ribuan.
Tentunya dengan begitu luas Bumi Nusantara, kita patut merasa bangga dengan keanekaragaman yang kita miliki meskipun negara kita berada diatas pulau-pulau berbeda, tapi perbedaan tersebut bisa menyatu karena semboyan sakti ‘Bhineka Tunggal Ika’, yang artinya walaupun berbeda tetap satu jua, yang sampai saat ini masih tetap kita pegang teguh.
Dengan adanya jumlah pulau, provinsi, kabupaten dan kecamatan yang begitu banyak di Indonesia, terdapat tiap-tiap daerah memiliki budaya, tradisi dan bahasanya masing-masing.
Namun seiring perkembangan zaman, keanekaragaman tersebut perlahan mulai luntur oleh beberapa faktor yang saat ini mempengaruhi, seperti teknologi dan pendidikan, baik pendidikan langsung diSekolah maupun pendidikan secara tidak langsung di lingkungan sekitar.
Sebagai contoh : Bahasa Sekadau (Bahasa daerah asli Kabupaten Sekadau) daerah yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Bahasa Sekadau awalnya merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Sekadau untuk berkomunikasi sesama penduduk lokal, namun seiring berjalannya waktu, perkembangan daerah dan membaur antara penduduk lokal dan pendatang bahasa tersebut secara perlahan satu demi satu kosa kata mulai terlupakan.
Beberapa contoh bahasa Sekadau yang jarang digunakan/mulai terlupakan :
Merongat artinya Mulas
Lopok artinya Rugi
Dadal artinya Nakal
Losi artinya hilang senyap,
Encakong artinya Duduk Jongkok dan masih banyak lagi.
Hamdan selaku generasi muda peduli bahasa Sekadau mencoba menanyakan beberapa kata dalam bahasa asli Sekadau kepada pemuda lokal bernama Dikin (17), sebagai contoh “Kin, kalau ikau bediri bayah nyomak Kenamin kolak ikau jatuk”, jika diartikan ke bahasa Indonesia “Kin, kalau berdiri jangan dekat jurang nanti kamu jatuh”. Justru dia malah balik bertanya, Kenamin yak apai? Dalam bahasa Indonesia “Kenamin itu apa?.
Hal ini sangat disayangkan jika generasi mendatang tak diperkenalkan bahasa daerahnya sendiri bukan tidak mungkin bahasa Sekadau tinggal menjadi cerita dalam dongeng pengantar tidur.
Untuk itu Hamdan berharap kepada instansi terkait memperhatikan dan peduli kepada bahasa yang menjadi jati diri daerah, agar tidak dilupakan seiring perkembangan zaman, apakah itu dibuatkan kamus, pendidikan non formal, sosialisai ke sekolah-sekolah dan sebagainya.
Hamdan juga menambahkan, bahwa dilingkungan keluarga dan sekitar juga berperan memperkenalkan bahasa asli kepada anak-anak sebagai generasi penerus.
JANGAN MALU MENGGUNAKAN BAHASA DAERAH KITA SENDIRI
Comment