Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 12 Februari 2018 |
KalbarOnline, Sekadau – Harga komoditas karet tidak seperti harga tahun – tahun dulu. Namun saat ini harga karet bagi masyarakat Kabupaten Sekadau pada khususnya bahkan masyarakat petani karet Kalimantan Barat pada umumnya tidak lagi menjadi primadona dan andalan sebagai mata pencarian hidup untuk menggerakan roda perekonomian.
Sekarang petani karet maupun masyarakat Sekadau yang bertanam karet tidak lagi menggantungkan hidup dengan komoditi karet yang sempat menjadi andalan masyarakat.
Salah seorang warga Desa Sungai Sambang, Abo Jainal, yang memiliki kebun karet menuturkan, karet tidak lagi menjadi komoditi andalan bagi dirinya dan masyarakat setempat.
“Tidak seperti di tahun 2000, harga perkilogram karet pernah mencapai harga Rp22.000. Tetapi sekarang harga karet anjlok. Herannya, pemerintah tidak pernah menemukan solusi untuk mengatasi persoalan harga karet ini, sehingga berlarut-larut,” ucapnya, saat ditemui KalbarOnline, belum lama ini.
Menurutnya, masyarakat kampung dulunya banyak yang bergantung dengan sektor perkebun karet untuk menggerakan roda perekonomian sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Sekarang karet tidak lagi menjadi andalan kami, terus terang kami sangat mengeluhkan kondisi harga karet yang anjlok sampai hari ini,” tukas Jainal.
“Kami masih sangat menaruh harapan kepada Pemerintah terlebih khusus kepada pemimpin Kalimantan Barat yang nantinya terpilih, siapapun yang menjadi Gubernur Kalbar tidak ada masalah bagi kami, yang penting dapat memperjuangkan harga karet yang anjlok ini, jika yang menang dan terpilih menjadi Gubernur, kami harap dapat memperjuangkan nasib petani karet dan mampu menstabilkan kembali harga komoditi karet seperti di dekade tahun 2000 lalu, sehingga kesejahteraan maupun roda perekonomian petani karet maupun masyarakat yang memiliki kebun karet dapat meningkat dan bergairah lagi dan tidak menjadi kebun sawit yang gersang atau gundul,” tandasnya. (Mus)
KalbarOnline, Sekadau – Harga komoditas karet tidak seperti harga tahun – tahun dulu. Namun saat ini harga karet bagi masyarakat Kabupaten Sekadau pada khususnya bahkan masyarakat petani karet Kalimantan Barat pada umumnya tidak lagi menjadi primadona dan andalan sebagai mata pencarian hidup untuk menggerakan roda perekonomian.
Sekarang petani karet maupun masyarakat Sekadau yang bertanam karet tidak lagi menggantungkan hidup dengan komoditi karet yang sempat menjadi andalan masyarakat.
Salah seorang warga Desa Sungai Sambang, Abo Jainal, yang memiliki kebun karet menuturkan, karet tidak lagi menjadi komoditi andalan bagi dirinya dan masyarakat setempat.
“Tidak seperti di tahun 2000, harga perkilogram karet pernah mencapai harga Rp22.000. Tetapi sekarang harga karet anjlok. Herannya, pemerintah tidak pernah menemukan solusi untuk mengatasi persoalan harga karet ini, sehingga berlarut-larut,” ucapnya, saat ditemui KalbarOnline, belum lama ini.
Menurutnya, masyarakat kampung dulunya banyak yang bergantung dengan sektor perkebun karet untuk menggerakan roda perekonomian sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Sekarang karet tidak lagi menjadi andalan kami, terus terang kami sangat mengeluhkan kondisi harga karet yang anjlok sampai hari ini,” tukas Jainal.
“Kami masih sangat menaruh harapan kepada Pemerintah terlebih khusus kepada pemimpin Kalimantan Barat yang nantinya terpilih, siapapun yang menjadi Gubernur Kalbar tidak ada masalah bagi kami, yang penting dapat memperjuangkan harga karet yang anjlok ini, jika yang menang dan terpilih menjadi Gubernur, kami harap dapat memperjuangkan nasib petani karet dan mampu menstabilkan kembali harga komoditi karet seperti di dekade tahun 2000 lalu, sehingga kesejahteraan maupun roda perekonomian petani karet maupun masyarakat yang memiliki kebun karet dapat meningkat dan bergairah lagi dan tidak menjadi kebun sawit yang gersang atau gundul,” tandasnya. (Mus)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini