Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 16 Agustus 2018 |
KalbarOnline, Pontianak – Kalbar darurat asap. Berdasarkan hasil pemantauan terbaru titik api berdasarkan data pengelolaan LAPAN menunjukkan angka yang cukup signifikan yaitu 1.075 titik. Lima kabupaten penyumbang titik api terbesar berdasarkan urutan, Sanggau, Landak, Kubu Raya, Ketapang dan Sintang.
Asap tersebut merupakan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang jelas sangat mengganggu aktivitas masyarakat, sehingga pemerintah harus segera mencarikan solusi.
Karhutla di Kalbar juga telah memakan korban, dimana seorang bocah di Kabupaten Melawi meninggal dunia setelah mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya akibat kebakaran lahan yang menyambar pondok kebun ayahnya.
Baca: Bocah 7 Tahun di Kabupaten Melawi Meninggal Akibat Karhutla
Baca: Dewan Minta Polisi Usut Tuntas Karhutla di PT Prana Indah Gemilang
Permasalahan karhutla juga kerap dikaitkan dengan aktivitas berladang berpindah, yang dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk mengusahakan pertanian tanaman pangan. Padahal, berdasarkan analisa, kemampuan masyarakat dalam mengelola lahan pertanian di Kalbar, luas satu hektar sudah dikategorikan luar biasa. Jadi, kalau pun ada masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar, maka skalanya terbilang kecil.
Artinya, kecil kemungkinan karhutla ini disebabkan aktivitas berladang masyarakat.
“Hingga detik ini belum ada penjelasan resmi dari aparat pemerintah terkait dengan persoalan kebakaran lahan ini. Sehingga saat ini kita pun bertanya-tanya, lahan yang terbakar itu milik siapa? Terbakar sendiri atau dibakar secara sengaja,” kata Pengamat sosial dari Forum Diskusi Era Baru (Fordeb), Beni Sulastiyo.
Beni mengatakan, kebakaran hutan dan lahan itu sebenarnya sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu. Namun, jumlah titik api tak sebanyak saat ini. Sementara Kapolri telah menginstruksikan untuk mengusut kemungkinan adanya tindak pidana di balik kejadian kebakaran hutan dan lahan.
“Bahkan instruksi tersebut diikuti juga dengan diturunkannya puluhan penyidik Polri ke daerah-daerah tempat di mana kebakaran lahan dan hutan terjadi. Tapi bukannya berkurang, jumlah titik panas di Kalbar malah justru bertambah,” ujarnya.
“Apakah itu berarti instruksi Kapolri tak diindahkan oleh bawahnya? Atau ada oknum yang bermain di belakang ini?. Kita tak tahu, karena hingga saat ini belum ada keterangan resmi hasil penyelidikan dari tim khusus yang diturunkan oleh Kapolri dan belum ada pula informasi tentang penyebab, pemilik lahan, dan atau pelaku di balik terjadinya kebakaran yang membuat kita terpaksa menghirup asap ini,” tukasnya.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa BNPB sudah mengerahkan sebanyak empat helikopter untuk mendukung pengendalian Karhutla di Kalbar, tiga helikopter jenis Bell untuk melakukan water bombing.
“Kemudian satu helikopter jenis Bolco untuk melakukan water bombing dan patroli, rencana BNPB akan menambahkan dua helikopter lagi untuk pengendalian karhutla di Kalbar,” katanya.
Meski upaya pemadaman terus dilakukan, namun kata dia, di lapangan jumlah yang membakar lebih banyak.
“Sehingga harus terus ditingkatkan patroli dan pencegahan karhutla,” katanya.
Dari pantauan satelit Modis pada Rabu pagi, Kalbar menjadi wilayah dengan titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Menurut Sutopo, titik panas tersebut bermunculan pada sepekan belakangan.
“Sudah seminggu lebih, terlihat banyak titik panas akibat Karhutla di Kalbar karena disengaja,” kata dia.
Sementara Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono menegaskan 90 persen kebakaran hutan dan lahan dilakukan oleh manusia.
“Tolong sampaikan ini sangat berbahaya terutama untuk lingkungan hidup dan kesehatan,” ujar dia.
“Apalagi sudah ada kejadian di Melawi. Karena membakar lahan di sekitar tempat tinggal, lalu dibiarkan, terhirup asap yang mengandung karbondioksida dan monodioksida sehingga pingsan dan terbakar ketiga-tiganya. Dua orang bisa diselamatkan, satu orang gak bisa diselamatkan,” jelasnya.
Kapolda mengimbau masyarakat untuk sama-sama mengawasi dan menjaga lingkungan sekitar dari potensi-potensi karhutla. Masyarakat diharapkan tidak buka lahan dengan cara membakar. Pasalnya tanpa disadari, keteledoran tidak mengawasi lahan bisa berakibat sebaran wilayah terbakar yang kian luas.
“Tolong ini. Karena bagaimanapun kita punya kehidupan bersama. Aktivitas membakar lahan itu banyak dampak negatifnya daripada positifnya,” tandasnya. (Fai)
KalbarOnline, Pontianak – Kalbar darurat asap. Berdasarkan hasil pemantauan terbaru titik api berdasarkan data pengelolaan LAPAN menunjukkan angka yang cukup signifikan yaitu 1.075 titik. Lima kabupaten penyumbang titik api terbesar berdasarkan urutan, Sanggau, Landak, Kubu Raya, Ketapang dan Sintang.
Asap tersebut merupakan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang jelas sangat mengganggu aktivitas masyarakat, sehingga pemerintah harus segera mencarikan solusi.
Karhutla di Kalbar juga telah memakan korban, dimana seorang bocah di Kabupaten Melawi meninggal dunia setelah mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya akibat kebakaran lahan yang menyambar pondok kebun ayahnya.
Baca: Bocah 7 Tahun di Kabupaten Melawi Meninggal Akibat Karhutla
Baca: Dewan Minta Polisi Usut Tuntas Karhutla di PT Prana Indah Gemilang
Permasalahan karhutla juga kerap dikaitkan dengan aktivitas berladang berpindah, yang dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk mengusahakan pertanian tanaman pangan. Padahal, berdasarkan analisa, kemampuan masyarakat dalam mengelola lahan pertanian di Kalbar, luas satu hektar sudah dikategorikan luar biasa. Jadi, kalau pun ada masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar, maka skalanya terbilang kecil.
Artinya, kecil kemungkinan karhutla ini disebabkan aktivitas berladang masyarakat.
“Hingga detik ini belum ada penjelasan resmi dari aparat pemerintah terkait dengan persoalan kebakaran lahan ini. Sehingga saat ini kita pun bertanya-tanya, lahan yang terbakar itu milik siapa? Terbakar sendiri atau dibakar secara sengaja,” kata Pengamat sosial dari Forum Diskusi Era Baru (Fordeb), Beni Sulastiyo.
Beni mengatakan, kebakaran hutan dan lahan itu sebenarnya sudah terjadi sejak dua minggu yang lalu. Namun, jumlah titik api tak sebanyak saat ini. Sementara Kapolri telah menginstruksikan untuk mengusut kemungkinan adanya tindak pidana di balik kejadian kebakaran hutan dan lahan.
“Bahkan instruksi tersebut diikuti juga dengan diturunkannya puluhan penyidik Polri ke daerah-daerah tempat di mana kebakaran lahan dan hutan terjadi. Tapi bukannya berkurang, jumlah titik panas di Kalbar malah justru bertambah,” ujarnya.
“Apakah itu berarti instruksi Kapolri tak diindahkan oleh bawahnya? Atau ada oknum yang bermain di belakang ini?. Kita tak tahu, karena hingga saat ini belum ada keterangan resmi hasil penyelidikan dari tim khusus yang diturunkan oleh Kapolri dan belum ada pula informasi tentang penyebab, pemilik lahan, dan atau pelaku di balik terjadinya kebakaran yang membuat kita terpaksa menghirup asap ini,” tukasnya.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa BNPB sudah mengerahkan sebanyak empat helikopter untuk mendukung pengendalian Karhutla di Kalbar, tiga helikopter jenis Bell untuk melakukan water bombing.
“Kemudian satu helikopter jenis Bolco untuk melakukan water bombing dan patroli, rencana BNPB akan menambahkan dua helikopter lagi untuk pengendalian karhutla di Kalbar,” katanya.
Meski upaya pemadaman terus dilakukan, namun kata dia, di lapangan jumlah yang membakar lebih banyak.
“Sehingga harus terus ditingkatkan patroli dan pencegahan karhutla,” katanya.
Dari pantauan satelit Modis pada Rabu pagi, Kalbar menjadi wilayah dengan titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Menurut Sutopo, titik panas tersebut bermunculan pada sepekan belakangan.
“Sudah seminggu lebih, terlihat banyak titik panas akibat Karhutla di Kalbar karena disengaja,” kata dia.
Sementara Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono menegaskan 90 persen kebakaran hutan dan lahan dilakukan oleh manusia.
“Tolong sampaikan ini sangat berbahaya terutama untuk lingkungan hidup dan kesehatan,” ujar dia.
“Apalagi sudah ada kejadian di Melawi. Karena membakar lahan di sekitar tempat tinggal, lalu dibiarkan, terhirup asap yang mengandung karbondioksida dan monodioksida sehingga pingsan dan terbakar ketiga-tiganya. Dua orang bisa diselamatkan, satu orang gak bisa diselamatkan,” jelasnya.
Kapolda mengimbau masyarakat untuk sama-sama mengawasi dan menjaga lingkungan sekitar dari potensi-potensi karhutla. Masyarakat diharapkan tidak buka lahan dengan cara membakar. Pasalnya tanpa disadari, keteledoran tidak mengawasi lahan bisa berakibat sebaran wilayah terbakar yang kian luas.
“Tolong ini. Karena bagaimanapun kita punya kehidupan bersama. Aktivitas membakar lahan itu banyak dampak negatifnya daripada positifnya,” tandasnya. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini