Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 28 September 2018 |
KalbarOnline, Pontianak – Kepala SMP Negeri 13 Pontianak, Sri
Azyanti menolak keras tudingan sentimen SARA yang diposting akun Facebook Monik.
Dalam postingannya, Monik menuding Sri Azyanti mengeluarkan kalimat sentimen
Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) terhadap peserta didiknya, postingan yang
diunggah pada Rabu (26/9/2018) itu pun membuat gempar warganet.
“Berita
yang beredar itu salah, itu fitnah. Tidak benar yang diberitakan oleh saudari
Monik,” tegasnya.

Sri Azyanti
mengaku tak mengenal pemilik akun Monik yang menyudutkannya melalui postingan
tersebut. Saat ini postingan bahkan akun tersebut sudah tak dapat ditemukan.
Terkait pelajaran
agama kristen, Sri Azyanti mengakui bahwa sekolah yang dipimpinnya tersebut memang
belum memiliki ruangan khusus. Pasalnya, kata dia, gedung sekolah tersebut
memang belum sepenuhnya dapat digunakan untuk proses belajar mengajar.
“Memang
tidak ada ruangan khusus, gedung kita didepan ada. Jadi solusinya, mereka (peserta
didik) belajar di ruangan depan, karena memang gedung sekolah kita belum sepenuhnya
siap digunakan. Kita tau bahwa rehap gedung dananya itu tidak bisa dikeluarkan
melalui dana BOS, tapi yang pasti mereka sudah mendapat tempat yang cukup,”
tuturnya.
Ia juga menegaskan
bahwa foto di postingan yang beredar di media sosial yang terkesan peserta
didik terlantar di luar ruangan itu merupakan bagian dari proses belajar
mengajar.
“Belajar
kan tidak mesti didalam ruangan kan bisa diluar ruangan juga. Kadang saya
malahan ajak anak-anak murid belajar dibawah pohon, saya kira itu tidak ada
masalah dan yang diberitakan itu sekali lagi saya tegaskan itu fitnah, hoaks,”
tegasnya lagi.
Sri Azyanti
juga menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengharuskan siswa membayar sebesar
Rp200 ribu untuk pembangunan ruangan khusus siswa agama Kristen seperti yang
dituliskan Monik di akun Facebook-nya itu.
“Itu tidak
benar, fitnah. Tidak ada seperti itu,” ucapnya.
Mengenai postingan
itu, Sri mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Pontianak,
sebab, lanjutnya, hal ini bukan hanya menyangkut dirinya pribadi namun juga
menyangkut dunia pendidikan di Kota Pontianak.
“Nanti
setelah kita koordinasi dengan dinas, akan ada klarifikasi resminya,” ucapnya
lagi.
Selain itu,
dirinya juga mengaku masih menimbang untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
“Mungkin akan kita laporkan ke Cyber Crime Polda Kalbar. Cuma saya berpikir dampaknya kedepannya nanti seperti apa. Kalau dampaknya baik, saya akan lakukan. Tapi kalau tidak baik, untuk apa saya lakukan,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, akun Facebook bernama Monik memposting status yang berisikan tudingannya kepada Kepala SMP Negeri 13 Pontianak, Sri Azyanti yang dinilai sentimen SARA. Tak butuh waktu lama, postingan tersebut langsung dibanjiri like, komentar pro dan kontra bahkan telah ribuan kali dibagikan warganet. (Fat)
KalbarOnline, Pontianak – Kepala SMP Negeri 13 Pontianak, Sri
Azyanti menolak keras tudingan sentimen SARA yang diposting akun Facebook Monik.
Dalam postingannya, Monik menuding Sri Azyanti mengeluarkan kalimat sentimen
Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) terhadap peserta didiknya, postingan yang
diunggah pada Rabu (26/9/2018) itu pun membuat gempar warganet.
“Berita
yang beredar itu salah, itu fitnah. Tidak benar yang diberitakan oleh saudari
Monik,” tegasnya.

Sri Azyanti
mengaku tak mengenal pemilik akun Monik yang menyudutkannya melalui postingan
tersebut. Saat ini postingan bahkan akun tersebut sudah tak dapat ditemukan.
Terkait pelajaran
agama kristen, Sri Azyanti mengakui bahwa sekolah yang dipimpinnya tersebut memang
belum memiliki ruangan khusus. Pasalnya, kata dia, gedung sekolah tersebut
memang belum sepenuhnya dapat digunakan untuk proses belajar mengajar.
“Memang
tidak ada ruangan khusus, gedung kita didepan ada. Jadi solusinya, mereka (peserta
didik) belajar di ruangan depan, karena memang gedung sekolah kita belum sepenuhnya
siap digunakan. Kita tau bahwa rehap gedung dananya itu tidak bisa dikeluarkan
melalui dana BOS, tapi yang pasti mereka sudah mendapat tempat yang cukup,”
tuturnya.
Ia juga menegaskan
bahwa foto di postingan yang beredar di media sosial yang terkesan peserta
didik terlantar di luar ruangan itu merupakan bagian dari proses belajar
mengajar.
“Belajar
kan tidak mesti didalam ruangan kan bisa diluar ruangan juga. Kadang saya
malahan ajak anak-anak murid belajar dibawah pohon, saya kira itu tidak ada
masalah dan yang diberitakan itu sekali lagi saya tegaskan itu fitnah, hoaks,”
tegasnya lagi.
Sri Azyanti
juga menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengharuskan siswa membayar sebesar
Rp200 ribu untuk pembangunan ruangan khusus siswa agama Kristen seperti yang
dituliskan Monik di akun Facebook-nya itu.
“Itu tidak
benar, fitnah. Tidak ada seperti itu,” ucapnya.
Mengenai postingan
itu, Sri mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Pontianak,
sebab, lanjutnya, hal ini bukan hanya menyangkut dirinya pribadi namun juga
menyangkut dunia pendidikan di Kota Pontianak.
“Nanti
setelah kita koordinasi dengan dinas, akan ada klarifikasi resminya,” ucapnya
lagi.
Selain itu,
dirinya juga mengaku masih menimbang untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.
“Mungkin akan kita laporkan ke Cyber Crime Polda Kalbar. Cuma saya berpikir dampaknya kedepannya nanti seperti apa. Kalau dampaknya baik, saya akan lakukan. Tapi kalau tidak baik, untuk apa saya lakukan,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, akun Facebook bernama Monik memposting status yang berisikan tudingannya kepada Kepala SMP Negeri 13 Pontianak, Sri Azyanti yang dinilai sentimen SARA. Tak butuh waktu lama, postingan tersebut langsung dibanjiri like, komentar pro dan kontra bahkan telah ribuan kali dibagikan warganet. (Fat)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini