Pontianak    

Kapolda Kalbar: Menghantar Pesta Demokrasi Melalui FGD Deklarasi Narasi Kebangsaan

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 01 Oktober 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Perbedaan, multi etnis dan keragaman budaya adalah ciri khas

Bangsa Indonesia, hal ini adalah salah satu nilai kekayaan Indonesia, dimana

keberagaman tersebut disatukan dengan bingkai Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Arus globalisasi, ancaman modernisasi bukan lah suatu hal

yang bisa menggantikan nilai-nilai dan budaya bangsa, sehingga persatuan dan

persatuan tetap adalah hal yang utama baik dalam pesta demokrasi dan perbedaan

apapun kita semua disatukan oleh semangat kebangsaan dan budaya demokrasi

pancasila.

Demikian hal tersebut disampaikan Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi

Haryono dalam acara FGD Deklarasi Narasi Kebangsaan Pemilu 2019 yang mengusung

tema ‘menakar konflik horizontal dalam pusaran tahun demokrasi Pemilu 2019’

yang bertujuan untuk mempersatukan kerukunan budaya dan agama lintas masyarakat

di Kalimantan Barat, bertempat di Hotel Mercure Pontianak, Senin (1/10/2018).

“Hari ini 1 Oktober, tepat kita merayakan hari kesaktian

Pancasila dimana esensi dalam peringatan tersebut adalah, salah satu pilar

bangsa yaitu pancasila adalah sebagai pondasi dan pandangan hidup bangsa Indonesia,

yang berperan strategis sebagai pedoman dasar untuk mengatur penyelenggaraan

ketatanegaraan yang meliputi bidang, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya

serta pertahanan dan keamanan,” kata Kapolda.

Ditengah terpaan dan pengaruh globalisasi dan modernisasi,

lanjut Kapolda, Indonesia harus menerima konsekuensi perubahan tersebut, terkadang

selain dampak positif muncul dampak-dampak negatif yang timbul bahkan dapat

mengikis nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, perkembangan

teknologi informasi kehidupan di dunia nyata yang tidak paralel dengan

kehidupan di dunia digital, terlebih media sosial kini dipenuhi berita

informasi palsu (hoax), provokasi, fitnah, sikap intoleran bahkan anti

pancasila.

“Kemajuan teknologi di era globalisasi membuat informasi

begitu cepat beredar luas, keberadaan internet sebagai media online membuat

informasi yang belum terverifikasi benar dan tidaknya tersebar sangat cepat,

seperti yang saya sampaikan ini adalah salah satu dampak dari kemajuan dan era

globalisasi tersebut,” ungkapnya

Kembali berbicara tentang demokrasi, tahun ini kita telah melaksanakan

Pilkada serentak dan Pemilu 2019 yang sudah memasuki tahapan kampanye,

Kalimantan Barat yang syarat dengan kompleksitas serta karakteristik kerawanan

tersendiri, pada Pilkada serentak 2018 KPU menetapkan indeks kerawanan pilkada

pada rangking ke-2 paling rawan setelah Papua.

“Namun berkat kerjasama, soliditas antar stakeholder, elemen pemerintah dan

profesionalitas penyelenggara Pemilu serta serta pemahaman masyarakat Kalbar

yang selalu ingin menjadikan pesta demokrasi sebagai pesta yang syarat akan

damai, tertib dan sejuk maka pelaksanaan Pilkada serentak 2018 Kalimantan Barat

menjadi salah satu provinsi yang tersukses dan teraman,” tuturnya.

Menyikapi pemilu 2019 yang sudah memasuki tahapan kampanye

tentunya hal-hal baik yang telah kita lakukan dalam mengawal, melancarkan dan

mensukseskan pilkada kemarin menjadi contoh dan referensi kita bersama.

“Ada beberapa ancaman kedepan yang harus kita inditifikasi

bersama dalam penyelengaraan pesta demokarasi 2019, seperti politik identitas,

isu hoax/ujaran kebencian, dan konflik horisontal,” ungkapnya.

Penggunaan media sosial makin mengarah kepada ujaran

kebencian dan bentuk-bentuk intoleransi serta informasi palsu (hoax) menjadi

trending topik yang marak menghiasi jagad media sosial.

“Hal ini berlangsung khususnya di situasi politik tertentu,

misalnya saat pemilu Pilpres dan Pileg 2019, dimana terdapat indikasi adanya

persaingan politik yang dilakukan melalui media sosial,” tuturnya.

Peran media dalam membentuk sebuah opini kepada civil society, perubahan dinamika

masyarakat saat ini menuntut kita semua berfikir cepat, cerdas dan tepat untuk

menentukan bagaimana situasi ini kita bawa kepada situasi yang positif.

“Perkembangan zaman boleh saja terjadi namun kita tetap

berpegang kepada benteng dan landasan kita sebagai warga negara, yaitu

Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945 serta NKRI, sehingga situasi dan

kondisi perubahan tersebut menjadi sebuah kebaikan bagi kita bersama,

masyarakat bangsa dan negara khususnya di Kalimantan Barat,” terangnya.

Besarnya peran media baik konvensional dan sosial dalam

membentuk opini dimasyarakat penting kita sikapi dengan bijak karena opini

tidak selamanya positif ini dapat dimanfaatkan menjadi sebuah trending sosial

yang diarahkan menjadi sebuah isu/pemberitaan yang tidak benar yang mendorong

masyarakat cenderung mengambil sikap bahkan tindakan yang bisa memicu kerawanan

kamtibmas bahkan dapat menimbulkan perpecahan dan konflik sosial.

“Dalam kurun dua tahun terakhir ini polda kalbar sendiri

telah menangani 20 tindak pidana ITE, tindak pidana kesusilaan, perjudian,

sara, hacking dan ujaran kebencian, ini diakibatkan penggunaan media elektronik

dan media sosial yang tidak bijak,” ungkap dia.

“Untuk itu kita hadir bersama disini membahas dan duduk

bersama guna menyatukan kembali komitmen dalam mensuksesakan pesta demokrasi

pemilu 2019 di Kalimantan Barat yang aman, lancar dan sukses,” tutupnya

Sebagai informasi, kegiayan FGD ini dihadiri Wakapolda

Kalbar, Forkopimda, KPU Provinsi Kalbar, KNPI Kalbar, Ketua BEM seluruh

universitas di Kalbar, tokoh agama, tokoh adat, tokoh politik dan tokoh

masyarakat Kalbar serta tamu undangan lainnya. (*/Fai)

Artikel Selanjutnya
Wujud Nyata Komitmen Mengabdi, Polda Kalbar Gembleng Jajaran Melalui Latkatpuan Dokpol
Senin, 01 Oktober 2018
Artikel Sebelumnya
Hadiri FGD Deklarasi Narasi Kebangsaan Pemilu 2019, Ini Kata Kapolda Kalbar
Senin, 01 Oktober 2018

Berita terkait