Pontianak    

Komisi VII DPR RI Dorong Kalbar Diproklamirkan Sebagai Provinsi Pertama Dibangun PLTN

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 02 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan

Pasaribu mengatakan bahwa Pemerintah dalam hal ini Dewan Energi Nasional saat

ini memang belum menjadikan tenaga nuklir sebagai prioritas.

“Pastilah semua harus dihitung. Kalau

bicara  Jepang, mereka itu negara gempa. Tetapi,

saya kira perkembangan berikut bisa juga kebijakan energi nasional direvisi,

tinggal kita yakinkan Pemerintah dan tentu secara kajian harus aman dan tentu

kita berharap ada satu kebijakan oleh pemerintah,” tukas politisi Gerindra ini.

Anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi menegaskan

bahwa untuk jangka panjang, Kalbar harus lebih serius merencanakan untuk

pemenuhan kebutuhan listrik untuk masyarakat, tidak hanya untuk penerangan

melainkan juga harus mulai merencakan listrik untuk industrialisasi.

“Salah satu yang bisa menciptakan pertumbuhan

ekonomi dan lapangan pekerjaan itu adalah industri. Semua jenis industri

berbasis apapun itu membutuhkan suplai listrik 24 jam,” ujarnya.

Kurtubi juga mengatakan, tuntutan dunia

kedepan, udara harus lebih bersih. Terlebih lagi, kata dia, Indonesia telah

menandatangani perjanjian Paris sebagai komitmen untuk mengurangi polusi udara

dunia.

“PLTU batubara kita akan kurangi, sebab itu

kotor, menghasilkan CO2 yang luar biasa dan debu. Yang sudah terbangun oke.

Kedepan tolong PLN perhatikan ini, tidak boleh merencanakan listrik tanpa

memperhatikan lingkungan hidup,” tegasnya.

Dunia saat ini, lanjut Kurtubi, sudah mengarah

pada listrik dengan mengurangi bahan dari fosil seperti minyak gas dan

batubara.

“PLTU yang direncanakan ini, kalau memang

tidak bisa berjalan lebih baik dihentikan saja. Kami Komisi VII menganjurkan

agar industrialisasi di Kalbar ini berjalan butuh listrik yang stabil. Mata air

dan matahari kita butuhkan, setuju saya itu, tapi tidak bisa untuk industri,”

tukasnya.

Jadi, kata dia, kalau Kalbar ingin pertumbuhan

ekonominya pesat, satu-satunya jalan harus industrialisasi.

“Pontianak harus penuh dengan industri yang

butuh listrik stabil. Kami Komisi VII datang untuk menawarkan bagaimana kalau

Kalbar menjadi provinsi pertama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir

(PLTN). Suka tidak suka, cepat atau lambat Kalbar harus berhenti ketergantungan

listrik dari Malaysia. Kita tidak dengan eropa, beda. Eropa itu sistemnya satu

kontinental atau benua itu terkoneksi,” tukasnya.

Selain itu juga, Anggota DPR RI Fraksi Nasdem

ini menegaskan bahwa Kalbar memiliki potensi uranium yang sangat luar biasa.

Itu, kata dia, karunia ilahi, tak seharusnya dibiarkan menganggur.

“Uranium itu bisa menghasilkan tenaga yang

amat sangat besar, bandingannya satu banding sekian juta batubara, kenapa tidak

kita manfaatkan. Kapan kita mau mulai memanfaatkan karunia Tuhan yang ada di

Kalbar ini. Kami datang ke Kalbar ini serius dan untuk jangka panjang agar

Kalbar ini menjadi contoh soal di Indonesia untuk bisa memanfaatkan tenaga

nuklir untuk kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tukasnya

lagi.

“Omong kosong kalau kita bicara pertumbuhan

ekonomi kalau listrik saja kita kurang. Listrik itu harus empat kali lipat dari

sekarang. Bukan sekedar 500-600 mega watt, kedepan harus lebih besar lagi dan

itu jawabannya nuklir. Batubara kalau sedang direncanakan, silahkan jalan tapi

seterunya jangan. Sebab kasihan masyarakat menghirup udara yang kotor, kita

ingin harapan hidup anak cucu kita itu minimal 80 tahun, sekarang Indonesia

hanya 60-65 tahun. Kalbar salah satu provinsi yang dikaruniai Tuhan uranium,

ahli-ahli disini seperti di Universitas Tanjungpura harus mengkaji untuk

memanfaatkan sumber daya ini. Ini harus direncanakan jangka panjang,”

sambungnya.

“Saya mendorong Pak Gubernur, mari bersama

parlemen di Komisi VII, kita proklamirkan Kalbar ini menjadi provinsi pertama

pembangunan PLTN, karena disini ada uranium, sambil kita sempurnakan

Undang-undang ketenagalistrikan untuk bagaimana memproduksikan uranium.

Meskipun itu belum diproduksikan tapi bukan hambatan untuk membangun PLTN

karena uranium bisa dibeli di pasar dengan harga yang amat stabil. Sementara

uranium Kalbar belum diproduskikan, PLTN bisa tetap jalan,” tandasnya.

Senada dengan Kurtubi, Anggota Komisi VII

Fraksi Golkar, Maman Abdurahman juga mendukung penuh bahkan mendorong dan mengendors

segera terjadi percepatan kebijakan nasional terkait pembangunan listrik tenaga

nuklir.

Sebab ia menilai ada dua kebutuhan listrik

yakni kebutuhan masyarakat dan kebutuhan industrialisasi.

“Kalau cara kerja PLN seperti yang disampaikan

tadi, paling mampu kita hanya menyelesaikan kebutuhan masyarakat. Nah, pertanyaannya

terkait dengan kebutuhan industrialisasi dimana. Memang salah satunya adalah pembangkit

listrik tenaga nuklir, makanya kita percepat pembahasan Rancangan Undang-Undang

Energi Baru Terbarukan (EBT) supaya ada payung hukum untuk lebih memperkuat

upaya kita mendorong energi alternatif baru,” ujarnya.

“Kita tidak hanya ada uranium, tapi ada juga torium

yang sebetulnya dari segi pemanfaatan jauh lebih tinggi. Uranium itu paling

maksimal hanya 60 persen tapi kalau torium itu kurang lebih 95 persen dan itu

ada di Kapuas Hulu. Artinya, Kalbar kedepan bisa menjadi salah satu fortopolio

percontohan provinsi di Indonesia khususnya dalam pembangunan pembangkit

listrik tenaga nuklir (PLTN). Kalau memang Undang-Undang belum mendukung, saya pikir

kita bisa trading, bisa diambil dari luar yang penting pembangkit listriknya

kita ada,”.

“Toh, marketnya juga ada dan ini akan kita dorong kedepan dan kita dari

Golkar akan mengawal melalui Komisi VII. Saya pikir Gerindra, PAN, Nasdem dan

PDIP serta partai lain selama itu bisa memberikan kontribusi yang besar untuk

masyarakat, saya rasa pasti didukung. Kita harapkan Gubernur baru juga

mendukung,” tandasnya. (Fat)

Artikel Selanjutnya
Atasi Persoalan Listrik, Gubernur Sutarmidji Dukung Kalbar Dibangun PLTN
Jumat, 02 November 2018
Artikel Sebelumnya
Aliansi Pemuda Kalbar Gelar Aksi Bela Bangsa: Pancasila Final
Jumat, 02 November 2018

Berita terkait